4

1.6K 59 0
                                    

Jam di dinding kelas sudah menunjukkan pukul 11.30, itu tandanya bel istirahat kedua berbunyi.

Mita langsung cabut keluar kelas menuju bangku taman sekolah, menyendiri dan memikirkan bagaimana solusi yang tepat untuk masalahnya.

"Gimana ya...? Gimana ya...?" mulut Mita komat-kamit sendiri memikirkan solusinya.
Kadang dia duduk, terus berdiri, setelah itu jalan mondar-mandir gak jelas.

Tiba-tiba saja ada yang merangkulnya dari belakang dan berkata, "Hey! Cewek cantik!! Ada apa kok mondar-mandir kayak kebingungan gitu?!"

"Rio?!" Mita cuma bisa menganga karena melihat Rio merangkulnya.

"Lo lagi bingung, ya? Cerita dong...! Siapa tahu gue bisa membantu menghilangkan kebingungan lo!" pinta Rio pada Mita.

"Gue mau cerita sama elo! Tapi kali ini gue gak mungkin cerita ini sama elo!" kata Mita.

"Kenapa gak mungkin? Tinggal cerita aja gampang, kok!" kata Rio.

"Masalahnya ini berkaitan dengan gue, terus Ve sahabat gue, tim basket cewek, dan...elo" kata Mita.

"Berkaitan dengan gue?" tanya Rio.

"Maksudnya apa? Ayo cerita aja!" Rio memaksa Mita untuk cerita.

"Gue akan cerita. Tapi lo jangan marah..., ya!" Mita mencoba memelas.

"Ya, udah cerita aja!"

"Tapi, kamu janji dulu dong!" pinta dia.

"Gue janji! Gue janji tidak akan marah sama lo!" Rio akhirnya berjanji pada Mita.

"Gue lagi bingung, bagaimana caranya gue harus memilih di antara dua pilihan. Gue gak mungkin mengkhianati sahabatku, tapi di sisi lain gue juga gak mau kehilangan kesempatanku untuk bermain basket di pertandingan berikutnya!" Mita akhirnya menjelaskan kepada Rio.

"Kenapa lo harus kehilangan sahabatmu? Dan kenapa lo harus kehilangan kesempatanmu bermain basket? Bukankah selama ini berjalan dengan baik-baik saja?" tanya Rio.

Mita pun menjelaskannya dengan lebih jelas lagi. "Hari ini, tepatnya siang ini! Ve akan ikut lomba menggambar di festival Jepang. Dan dia memohon kepada gue untuk datang mendukung dia! Gue pikir dia tidak jadi ikut dalam festival itu!"

"Lalu apa masalahnya? Lo bisa langsung datang, 'kan?" Rio memotong pembicaraan Mita.

"Lo gak ingat tentang pembicaraan kita saat istirahat pertama tadi?! Fani mengumumkan kalau nanti siang sehabis sekolah ada pertemuan tim basket! Dan itu bersamaan dengan waktu lomba Ve! Lo tahu bagaimana konsekuensi yang didapat kalau gue gak datang ke pertemuan itu, kan? Gue bisa dicoret dalam pertandingan besok dan mungkin gue akan dicoret selamanya dari ekskul basket karena gue gak disiplin dan gak sportif!" Mita menjelaskan sejelas-jelasnya kepada Rio.

"Dan yang lebih gue takutkan lagi..., kalau lo bilang bahwa gue gak disiplin, gue gak sportif, gue mementingkan diri sendiri daripada kerjasama tim! Bahkan gue takut kalau pada akhirnya lo benci gue!"

Setelah menjelaskan itu semua, sekarang keadaan Mita malah jadi semakin bingung. Apakah dia harus sedih atau marah pada dirinya sendiri?

*****

"Mita ke mana ya? Gue cari di kantin gak ada. Gue cari ke toilet juga gak ada. Apa mungkin dia ke taman sekolah, ya? Coba deh gue lihat ke sana!" Ve yang mencari Mita karena dia ingin berbicara dengannya pun berjalan menuju taman sekolah untuk melihat apakah Mita ada di taman sekolah.

"Ah?! Itu Mita! Ternyata dia lagi sama Rio."

Ve melihat Mita dan Rio sedang duduk di taman sekolah dari jarak yang cukup jauh.

"Apa yang sedang mereka bicarakan, ya? Coba deh gue samperin!" kata Ve.

Namun, baru beberapa langkah Ve berjalan, dia melihat Fani berdiri di balik dinding gudang sekolah.

"Fani?! Apa yang dia lakukan di situ? Apa dia lagi mengamati Mita sama Rio?" Ve berkata dengan penuh tanda tanya.

"Mita?! Apa yang sebenarnya sudah elo lakuin ke Rio? Gue udah mencoba mendekati Rio semampu gue! Bahkan sampai di kelas pun gue juga berusaha mendekati Rio! Tapi tetap saja kenapa waktu yang diberikan Rio ke elo lebih banyak daripada gue?!" batin Fani sambil meremas-remas tangannya.

"Ini bakal jadi pertandingan antara gue dan elo, Mita!" Fani berkata-kata sendiri dengan rasa cemburu dan pergi meninggalkan Rio dan Mita yang sedang duduk di taman.

"Jadi begitu masalahnya? Kalau memang seperti itu..., itu memang menjadi sebuah pilihan yang sulit! Gue pun akan bingung jika harus memilihnya! Gue gak bakal marah kalau masalahmu memang seperti itu! Tapi, pada kenyataannya gue juga gak pernah marah sama elo, kan?" kata Rio.

"Iya, sih! Sekarang gue harus gimana nih?" tanya Mita meminta saran.

"Gue bisa bantu lo untuk ngomong sama Fani! Begitu pelajaran sekolah selesai, lo harus segera menemui Fani dan gue di aula basket! Kalau gue dan Fani belum datang, lo tunggu aja! Lo ngerti, kan?" Rio mencoba memberikan solusi.

"Tapi lo juga harus ngomong jujur ke Ve kalo lo itu..."

"Memang mau ngomong apa ke gue? Kok, pakai rahasia-rahasia segala?" tanya Ve tiba-tiba di belakang Mita dan Rio.

"Ve?!" Mita dan Rio kaget karena Ve ternyata ada di belakang mereka.

"Mita! Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Ve kepada Mita.

"Ve! Gue mohon lo tenang dulu! Gue akan jelasin semuanya!" kata Rio mencoba meringankan beban Mita dengan menjelaskannya kepada Ve.

"Jadi..." Rio mulai menjelaskan, namun sayangnya bel sekolah tanda masuk kelas lebih dulu berdering.

"Udah waktunya kita masuk ke kelas" kata Mita.

"Ve! Nanti pulang sekolah, elo langsung cabut ke aula basket! Nanti semuanya akan dijelaskan di situ!" Rio meminta kepada Ve.

"Gue gak bisa! Gue harus segera cabut ke festival Jepang karena gue ada lomba di sana!" tolak Ve.

"Begini aja! Gimana kalau Mita pura-pura sakit di jam pelajaran terakhir dan minta diantar lo ke UKS? Tapi nanti Mita meminta lo untuk gak ninggalin dia!" Rio memberikan sedikit solusi.

"Terus sekitar jeda setengah jam, gue juga akan pura-pura sakit dan minta ke UKS! Nanti di UKS gue akan jelaskan semuanya ke elo!" Rio menjelaskan solusinya.

"Oke! Gue setuju! Udah saatnya kita cabut ke kelas nih!" jawab Ve dengan tegas, sedangkan Mita hanya diam saja mendengar solusi ini.

🏀 💝 🏀

Cinta Bola BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang