6

1.3K 50 3
                                    

"Gue ngerti dengan apa yang lo rasain! Gue juga gak punya hak buat nentuin jalan hidup orang lain. Mungkin jalan hidup lo itu ada di basket, karena gue tahu lo sangat suka basket sejak kita berteman di kelas satu!" Ve mencoba mengatakan pendapatnya, meskipun sangat terlihat kalau dia gak ingin dikhianati oleh Mita.

"Gue ngerti kalau lo cuma mencoba mengerti tentang keadaan gue. Tetapi di dalam hati lo, pasti lo gak ingin gue mengkhianati lo, kan?" tanya Mita kepada Ve.

"Itu..., kalau masalah itu gue..." - "Ve! Percayalah sama gue! Gue gak ingin mengkhianati lo sampai kapanpun! Jika memang gue harus berhenti main basket demi sahabat gue, gue ikhlas!" kata Mita.

"Tunggu, Mit! Gue ada ide gimana lo gak ngerasa mengkhianati gue dan lo gak kehilangan basket!" tiba-tiba Ve berkata seolah-olah memang ada solusi di depannya.

Ve pun menjelaskan solusi apa yang diberikan kepada Mita.

"Lo gunakan surat izin sakit tadi untuk tidak ikut ekskul setelah pulang sekolah ini! Kalo Fani dan pelatih basket gak percaya, lo bisa minta Bu Hana untuk menjelaskan semuanya. Tapi, sayangnya gue gak bisa membantu lo dalam urusan ini, karena gue harus segera ke tempat lomba itu! Kalau memang lo gak dapetin izin itu, lo gak usah memaksakan diri! Gue udah senang kalau lo udah berjuang demi persahabatan kita," Ve menghela nafas sebentar dan berkata kembali, "Rio! Gue serahkan Mita dan masalahnya kepada lo! Mohon bantu, Mita!"

"Gue akan membantu semaksimal mungkin!" jawab Rio.

"Ve. Maafin gue karena gue selalu merepotkan lo!" Mita jadi terbawa perasaan gara-gara situasi ini.

"Apaan sih lo?! Elo kan orangnya tegar! Gak lembek kayak gini!" kata Ve menyadarkan Mita.

"Terima kasih kalian sudah berkumpul di aula basket ini demi tim basket sekolah kita! Sebelum kita memulai ekskul basket ini, kita awali kegiatan ini dengan berdoa dan mengabsen siswa terlebih dahulu!" Pak Ramli sebagai pelatih basket mulai membuka kegiatan ekskul hari ini.

Setelah selesai berdoa para siswa pun diabsen satu persatu.

"Berikutnya, Mita! Adakah Mita?" tanya Pak Ramli.

"Mita belum datang!" Fani memberitahukan kepada Pak Ramli.

"Kenapa dia belum datang?! Apa ada kegiatan tambahan di kelasnya?" tanya Pak Ramli.

"Sepertinya tidak ada, Pak!" Fani menyahut lagi.

"Lalu kemana Mita?!" tanya Pak Ramli dengan sedikit menaikkan nada suaranya.

Saat Pak Ramli mulai marah, Mita masuk ke aula basket bersama Rio dengan tergopoh-gopoh.

"Maaf, saya terlambat! Saya tadi habis dari UKS!" kata Mita kepada Pak Ramli.

"UKS?! Memangnya ada apa dengan kamu?" tanya Pak Ramli.

"Saya...saya..."

Saat Mita mau menjawab pertanyaan Pak Ramli, tiba-tiba Rio memotong pembicaraan Mita.

"Mita tiba-tiba sakit asam lambung!"

"Maksudmu sakit maag?" tanya Pak Ramli.

"Bukan! Saya bukan sakit maag! Hanya kadar asam lambung sedikit naik!" jawab Mita.

"Paling-paling itu cuma alasan lo buat bolos, kan?" tanya Fani kepada Mita dengan kata-kata yang mengagetkan.

"Gue gak bohong, Fan! Gue memang sakit, kok!" kata Mita membela diri.

"Maaf, Pak! Saya ingin bertanya! Jika ada siswa yang membolos ekskul, apakah dia akan dicoret dari ekskul tersebut?" tanya Fani kepada Pak Ramli.

"Tentu saja! Tidak ada toleransi untuk hal itu!" Pak Ramli menjawab dengan tegas.

"Saya mohon kepada Pak Ramli untuk mengizinkan saya untuk tidak mengikuti ekskul hari ini. Dan mohon jangan coret saya dari tim basket! Saya ada surat sakit dari Bu Hana! Kalau Bapak tidak percaya, silahkan Bapak tanya kepada Bu Hana!" Mita memohon dengan alasan yang seharusnya bisa dimaafkan.

"Jadi, sekarang lo bilang, lo lagi sakit? Berarti besok lo gak bisa ikut pertandingan dong? Kalau sakit seperti itu berbahaya untuk olahraga, kan?" Fani sepertinya benar-benar ingin memojokkan Mita. Mita gak tahu alasannya kenapa dia ingin memojokkan dirinya.

"Ini hanya butuh istirahat sebentar aja! Pak Ramli, Bapak tahu bagaimana permainan basket saya, kan?" Mita mencoba membela diri.

"Coba bapak lihat surat sakit itu!" Pak Ramli meminta surat sakit itu dari Mita.

"Bapak akan konfirmasikan ini kepada Bu Hana! Dan tunggu bagaimana keputusan bapak!" Pak Ramli pun meninggalkan mereka keluar dari aula basket dan menuju ke tempat Bu Hana.

"Fani! Gue mau bicara sama lo sebentar! Ayo ikut ke sana!" Rio menggandeng tangan Fani dan membawanya keluar.

Mita sekarang hanya bisa diam dan pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Fani! Kamu apa-apaan sih?!" tanya Rio kepada Fani setelah dia mengajak keluar ke tempat yang dirasa aman.

"Kamu bilang apa-apaan?! Aku kan berbicara sesuai kenyataannya! Dan aku juga asisten pelatih di tim basket ini! Wajar dong kalau aku bertindak disiplin!" kata Fani.

"Gue tahu! Paling gak kamu harus tahu gimana keadaan Mita yang lagi sakit!" Rio sedikit naik darah.

"Kenapa sih kamu selalu membela Mita?! Padahal aku pacar kamu! Kamu yang bilang cinta ke aku!"

Fani marah karena selalu melihat Rio bersama dengan Mita, bahkan waktu Fani bersama Rio lebih sedikit dibanding waktu Rio bersama dengan Mita.

"Gue...gue..."

"Udahlah! Gue tahu apa maksudmu sekarang! Gue gak percaya kamu bisa berbuat seperti ini sama aku!" kata Fani sambil pergi meninggalkan Rio.

"Tunggu, Fan! Tunggu, Fan!" Rio berusaha mengejar tetapi Fani lebih dahulu masuk ke aula basket.

Fani berlari ke pinggir lapangan basket dan saat dia berada di hadapan Mita, dia melihat Mita dengan mata yang penuh kebencian.

Setelah itu dia menyuruh pemain lainnya berkumpul kembali untuk membahas formasi dan strategi tim.

Beberapa menit kemudian Pak Ramli datang dan mulai memberitahukan keputusannya kepada Mita, Rio, Fani dan tim basket sekolah.

"Saya sudah konfirmasi semuanya kepada Bu Hana. Bu Hana bilang kalau besok semuanya akan baik-baik saja asal Mita istirahat dan banyak minum air putih. Jadi keputusannya, bapak akan mengizinkan Mita untuk tidak mengikuti ekskul hari ini. Dan bapak mohon kepada Mita untuk datang ke sekolah besok pagi-pagi! Bapak akan menunggu di sekolah! Jadi, kamu silahkan pulang dan istirahat supaya stamina dan kesehatanmu pulih! Untuk kalian yang ikut ekskul hari ini, ayo kita mulai membahas formasi dan strateginya!"

"Terima kasih, Pak! Saya akan melakukan yang terbaik! Semoga saya bisa berjuang bersama tim basket ini besok!" kata Mita kepada Pak Ramli dengan senyum kemenangan di dalam hati.

"Ve! Tunggu gue! Gue akan datang ke sana sekarang!" dalam hati Mita berjanji kepada Ve.

🏀 💝 🏀

Cinta Bola BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang