血の王 (The King of Blood)

153 12 3
                                    

*Disarankan sambil mendengarkan lagu berjudul  愛のゆくえ by Kinoko teikoku

Saat aku masih berumur empat tahun, saat itu, adalah masa yang sangat kelam. Kerajaan ayahku diserang oleh para manusia yang sangat haus akan kekuasaan. Mereka menyerang kerajaan ayah karena menurut mereka, keberadaan kami sangat mengancam jiwa mereka. Mereka menganggap makhluk seperti kami, adalah monster jahat yang siap menerkam mereka. Karena itulah mungkin, manusia menyerang kami untuk merebut kerajaan dan daerah kekuasaan kami. Selama beberapa hari, manusia-manusia itu selalu memperhatikan kegiatan kami. Mereka mengamati kami sampai mereka akhirnya menemukan titik kelemahan kami. Pada pagi harinya, manusia tiba-tiba mencoba untuk merobohkan pagar utama kami dengan ketapel raksasa mereka. Mereka mencoba masuk ke dalam istana, tapi ayahku tidak tinggal diam. Sebelum ayah menyerang mereka, ayah mencoba untuk melindungiku dengan bersembunyi diruang bawah tanah. "Ian, kau harus tetap disini bersama Liadan. Jangan kemana-mana. Ayah akan segera kembali" katanya. Itu, adalah kalimat terakhir yang ku dengar darinya. Setelah beberapa menit bersembunyi, suara gemuruh-gemuruh yang ada diluar sana tiba-tiba menjadi sunyi. Aku pun keluar untuk melihat keadaan. Tanpa ku sadari, air mata pun langsung keluar dari mataku. Ayah dibunuh oleh manusia-manusia itu. Mereka memakai senjata khusus untuk membunuhnya. Ibu juga. Ibu yang juga ikut berperang melawan manusia-manusia itu bersama ayah, juga ikut terbunuh. Tidak.. TIDAK!! Aku tidak percaya ini...

"Mari kita lanjut ke berita berikutnya. Telah terjadinya sebuah kecelakaan mobil di Shibuya pada pukul empat pagi tadi. Untungnya tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini..." kata sang pembaca berita di layar tv besar.

Aku membuka mataku dan ah... sudah tahu aku tidak suka ini, tapi kenapa kejadian itu selalu terlintas dipikiranku? Kejadian itu sudah terjadi lama sekali, tetapi kenapa aku selalu mengingatnya? Tapi akhirnya, para manusia itu bisa merasakan akibatnya. Darah mereka memang sungguh enak, dan aku tidak bisa menahan diriku pada saat itu. Aku menghabisi mereka semua. Tidak ada yang tersisa. Ya, itu benar. Aku adalah seorang vampir, dan kerajaan ayahku, adalah kerajaan vampir. Itulah kenapa manusia merasa bahwa keberadaan kami tidak diperbolehkan. Tapi sebenarnya, bukan vampir lah yang menjadi ancaman, tetapi manusia lah yang menjadi ancaman.

Setelah lampu berubah hijau, aku mulai berjalan, menyebrang. Saat aku sedang berjalan, aroma darah yang sangat enak ada dimana-mana. Setiap aku menghirup aroma darah yang dikeluarkan dari tubuh mereka, tenggorokan ku menjadi sangat kering. Ingin sekali aku menghisapnya, tetapi aku tidak bisa. Aku harus berhati-hati.

Aku pun masih berjalan, menyebrang. Awalnya aku tidak tahu tujuanku kemana, tapi mungkin nanti aku akan tahu kalau aku sudah teringat sesuatu. Ketika aku masih menyebrang, tiba-tiba seseorang menabrakku dan dia pun terjatuh. Ternyata yang menabrakku adalah seorang perempuan dan dia.. masih anak SMA.

"Eh...kamu tidak apa-apa?" kataku sambil membantunya berdiri, lalu tiba-tiba... "Manis"

"Maafkan aku. Sungguh, maafkan aku" katanya. Angin yang berhembus melewati setiap helai rambutnya, memperkuat aroma darah di dalam dirinya. Manis. Kenapa aroma darahnya manis? Ini tidak seperti biasanya, batinku.

"Maafkan aku juga"

"Hey, sudah dibilang aku yang salah," ia lalu mengecek jam tangannya "astaga, aku hampir terlambat. Sampai jumpa" lalu ia pergi sampai melambaikan tangan.

Sungguh senyum yang manis, batinku. Tapi, selain itu, ada sesuatu yang menggangguku. Manis. Aroma darahnya manis. Kenapa bisa manis? Ketika aku mencium aroma darah manusia-manusia lain selain dirinya, tidak ada aroma yang spesial. Orang lain memiliki aroma darah yang biasa. Tetapi, kenapa dia, "manis sekali?" kataku.

- -

Kegiatanku hari ini adalah untuk membeli makanan karena stok makanan di kulkas sudah habis. Ketika aku sedang mengunci pintu, tiba-tiba, tak disangka, aku melihat perempuan itu lagi sambil membawa sekantung makanan. Dia sedang berjalan menuju rumah susun yang aku tinggali. Sedang apa dia? Mau apa dia ke sini? Eh, ternyata dia tidak naik tangga. Sepertinya dia mengunjungi rumah temannya yang di lantai bawah. Aku terus memperhatikannya, sampai ia masuk ke dalam rumah. Tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung menuruni tangga dan tiba-tiba...

YOMIKOMI - Collection of Short Japanese StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang