Diedit yaa kawan:)
__________________________________Senin, 12 Desember 2022
Romi POV
Hari ini adalah hari yang cerah buat gue, meskipun di luar hujan rintik-rintik.
Hahah..gue nggak gila. Gue cuma semangat aja memulai hari ini sampai dua minggu ke depan dengan satu misi. Dapetin Anesa!Huh, memangnya cewek macam apa sih si Anesa itu? Sampai sampai Diky sama Rendy semangat banget jadiin dia bahan taruhan? Gue semangat sekaligus penasaran waktu gue melangkah ke mobil menuju kampus.
Dua minggu?? Hah! Kelamaan!! Biasa juga dalam waktu tiga hari gue udah bisa meluluhkan hati cewek-cewek korban taruhan gue! Heheheh
°°°
Author pov
Di waktu yang sama, seorang gadis sedang gelisah dan khawatir. Hujan tak kunjung reda, bus yang ia tunggu juga tak kunjung datang. 'Bisa telat nih!' , batinnya.
Anesa berdiri dari tempat duduknya saat melihat dari kejauhan sebuah bus sedang terhenti karena lampu merah. Beberapa saat kemudian bus tersebut lewat di hadapannya, namun Anesa kecewa karena di jendela bus tersebut tertulis dengan jelas, 'Koridor 1'. Sedangkan bus yang ia tunggu adalah koridor dua karena hanya itu bus yang melewati kampusnya, Universitas Satya Dharma. Anesa mendengus kesal, lalu duduk kembali.
Sementara gadis itu masih menekuk wajahnya, Romi yang bersenandung kecil menyanyikan 'Kesempurnaan Cinta' milik Rizky Febrian tiba-tiba berhenti saat melihat sosok yang familiar di kepalanya dari balik kaca mobilnya yang basah oleh hujan.
Romi kemudian memelankan laju mobilnya dan segera membuka galeri ponselnya sambil tetap menyetir dengan satu tangan. Ia lalu membandingkan foto gadis bahan taruhannya dengan seorang gadis yang duduk di halte dengan tas di pangkuannya sambil menatap hujan.
"Wow!! Ini sihh namanya takdir!! Hahah emang nasib lo jadi penakluk wanita Rom! Ayo kita mulai, gadisku", Romi bergumam riang mendapati gadis di halte itu adalah Anesa, gadis incarannya yang menjadi bahan taruhannya dengan Rendy, Diky, dan Davian. Tanpa menunggu lama ia pun meletakkan ponselnya ke dashboard dan menepikan mobilnya lalu membuka kaca jendela mobilnya.
"Hai", sapa Romi pada Anesa yang hanya dibalas dengan lirikan 'siapa sih!' oleh Anesa, gadis itu kemudian memalingkan wajahnya ke arah datangnya bus dengan harapan bus yang ditunggunya segera datang.
"Ck!" ,Romi mendengus pelan, kemudian berkata lagi "Hey! Lo anak Satya Dharma kan? Mau tumpangan gratis nggak?" Romi melongokkan kepalanya ke luar jendela.
Anesa terkejut. Darimana orang ini tahu kalau dia mahasiswi Satya Dharma? Dahinya mengernyit sesaat sambil memikirkan tawaran cowok di hadapannya.
"Woy! Mau nebeng nggak? Keburu macet nih!", untuk ketiga kalinya Romi mengajak Anesa berbicara.
'Sialan! Cewek bisu kayak gini dijadiin bahan taruhan. Pantes aja mereka kasih waktu ekstra!' rutuk Romi dalam hati.
Anesa mengerutkan bibirnya, menimbang-nimbang. Ia melirik arlojinya yang menunjukkan pukul 7.40. Itu artinya sepuluh menit lagi ia harus sudah ada di kelas sedangkan bus yang ia tunggu belum ada kabarnya. Dengan terpaksa Anesa mengangkat tas ranselnya dan beranjak dari tempat duduknya kemudian melesat ke dalam mobil berwarna hitam metalik milik Romi.
"Yes!" Romi bergumam riang. Dengan segera ia melajukan mobilnya menuju kampus setelah Anesa duduk di sampingnya.
"Kamu siapa? Apa kita pernah kenal?" tanya Anesa tanpa basa-basi sambil membenarkan posisi duduknya di dalam mobil Romi.
'Wew! Nyablak bener nih cewek. Ceplas-ceplos. Tampang doang melankolis!' batin Romi terkejut mendapati pertanyaan dari Anesa
"Ehm. Kenalin. Gue Romi. Dari Fakultas Seni" jawab Romi memperkenalkan diri.
"Oh" Anesa terdiam sejenak, Romi baru menjawab satu pertanyannya.
"Emm .. maaf sebelumnya, tapi aku merasa nggak punya kenalan dari fakultas seni, jadi..?" Anesa menggantung kalimatnya, memberi Romi kesempatan untuk menjawab pertanyaannya.
"Oh, yaa..Kamu mungkin nggak kenal aku, tapi aku kenal kamu" jawab Romi dengan senyum manisnya dan kerlingan mata yang membuat hati wanita klepek-klepek.
Tapi yang Romi dapati hanyalah kerutan di dahi cewek buruannya itu dan jawaban "Kok bisa?" dari Anesa.
"Hahahah" Romi tertawa renyah
"Ya bisalah, cantiiiiik. Siapa sih yang nggak kenal sama mahasiswi berpretasi yang baru aja pulang dari Singapore?" Romi menimpali dengan lancar sambil sesekali melirik gadis itu.
Hah! Dasar Romi playboy. Ia sudah terlatih untuk membuat kebohongan serta rayuan dan berbagai alasan untuk wanita.
"Ouwww" jawab Anesa sambil manggut-manggut. Setelahnya hening sesaat, hingga Romi kembali membuka pembicaraan.
"Ehm. Lo ke kampus naik bus tiap hari?"
"Iya" hanya itu jawaban dari Anesa.
'Gila. Nih cewek dingin banget. Ngelirik gue aja enggak. Biasa juga cewek-cewek pada natap gue kagum' , umpat Romi dalam hati.
"Emangnya lo tinggal di mana sih?" Romi tetap berusaha
"Deket kok. Di Utara halte tadi kan ada jembatan, nah dari jembatan belok kanan seratus meter, trus belok kiri. Sampe deh. Kalo kamu, tinggal di mana? Oiya, kok kamu baik banget sih,kasih tumpangan ke aku?"
"What? Waaahhh udah aku kamu aja nihh, padahal baru kenal haha. Aku tinggal di perumahan Heaven Residence. Tahu kan? Searah sama rumah kamu. Soal tumpangan, siapa sih yang ngga pengen semobil sama mahasiswi berprestasi" , Romi terhanyut hingga mengubah lo-gue nya menjadi aku-kamu, mengikuti Anesa.
"Ehmm maaf. Saya bukan dari Kota. Ngga cocok ngomong gue-lo. Heehe" sahut Anesa ringan.
"Wah rumah kita searah dong", lanjut Anesa yang hanya dibalas dengan senyuman lebar Romi.Baru saja Romi hendak menawarkan untuk memberi tumpangan setiap hari pada Anesa, namun Anesa terlebih dulu bersuara. Tanpa terasa mereka sudah berhenti di depan gedung Fakultas MIPA.
"Loh, kok kamu tahu fakultas ku sih?"
"Hahahah, ya taulahh. Kan uda aku bilang. Siapa sihh yang nggak kenal Mahasiswi berprestasi yang baru aja-"
Anesa menyadari kepopulerannya karena perlombaan di Singapore itu lalu memotong perkataan Romi
"Iya iya, nggak usah berlebihan.Itu udah jadi kewajibanku kok. Makasi ya, untung hujannya udah reda", Anesa lalu memberikan senyuman terimakasih kepada Romi.
" Sama-sama", balas Romi dengan senyumannya
Anesa lalu segera berlari kecil menuju ruang kelasnya setelah melambaikan tangan pada Romi dari balik kaca mobil yang setengah terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Mr.Player (Me & Mr.Gambler)
Teen FictionRomi Nathanael Budiharto memiliki hobi menjadikan cewek sebagai bahan taruhannya. Seumur hidup tidak pernah mengalami kekalahan dari ratusan taruhannya karena parasnya yang digilai kaum hawa. Namun akhirnya ia harus menelan kekalahan dari taruhannya...