PART 13

40 5 1
                                    

Pada suatu senja yang penuh romansa

Di dalam sebuah kedai  sederhana,

Seorang gadis manis menyeka peluhnya,

Namun tak sepatah keluh pun terdengar dari bibir merah muda nya,

Tak ada yang ia ucapkan, selain: “Selamat datang!” ; ” Silakan pilih dulu menu-nya!”  ; “Semoga suka!” atau “Terimakasih. Sampai jumpa lagi!” kepada para pelanggannya yang berlalu lalang.
.
.
“Selamat datang! Menu spesial hari ini adalah red velvet macaroon dan beverage-nya ada hot chocolate with almond. Anda pesan menu spesial atau menu lain?” Sapa si gadis pada pelanggan pria-nya yang mengenakan hoodie abu-abu dengan pandangan terfokus pada ponsel pintar di genggamannya.

Postur tubuhnya menunjukkan usia nya yang masih muda, mungkin seumuran dengan si gadis?

Sang pelanggan bergeming, mengerutkan dahi, lalu menggeleng kecil.

“Saya pesan marshmallow”, jawab sang pelanggan dengan singkat dan terkesan tinggi hati.

“Baiklah. Minum nya kak?” tanya si gadis pelayan dengan ramah.

Sang pelanggan bergeming. Lagi. Kemudian menghela napas seperti kelelahan, dan menjawab: “Espresso saj-“. Bibirnya terbuka-terkatup seperti ikan kekurangan air dan netra nya membelalak saat mengalihkan pandangannya menuju si pelayan.

“A-an-Anesa?” dengan tergagap pelanggan mengeja sebuah nama. Lantas tergesa melepas masker hitam yang menaungi kemolekan wajahnya.

Mengutip pelanggan, pelayan pun bermimik terkejut dan melebarkan mata.

“Ro-mi?” si gadis yang dipanggil Anesa memberi pernyataan namun dengan nada bertanya.

“Ini beneran kamu?” ucapnya sambil menghela napas lega dan menangkup wajah mungil si gadis.
.
.
Hubungan antara pelanggan dan pelayan pun segera berakhir dan berganti menjadi dua insan yang saling menampung rindu.

Keduanya tergeming. Namun sesekali bergerak gelisah karena canggung.

“Aku hampir mati penasaran nyariin kamu.” Si pemuda memulai pembicaraan.

“Maaf.” Lirih Anesa.

“Ada masalah apa? Sampe kamu pindah rumah? Hm?”

“Rumah itu dijual. Kan aku cuma numpang di sana.”

“Terus sekarang kamu tinggal di mana? Biaya kost semahal apa sih sampe kamu harus kerja paruh waktu gini?”

Terselip kekhawatiran yang begitu kentara dari ucapan sang pemuda.

Berbeda dengan sang pemuda, sang gadis justru nampak santai dan tersenyum menjelaskan: “Romi, aku ikut program Young Entrepreneur yang ada di kampus. Dan aku lolos! Aku dikasih modal deh buat bikin usaha!” Seru si gadis penuh semangat.

“Hhhuuft. Aku pikir kamu berhenti kuliah dan malah kerja di sini karena ngga punya uang. Trus sekarang kamu tinggal di mana?”

“Nge-kost.”

“Hmmpph”, helaan napas terdengar (lagi) dari sang pemuda. Lantas ia menggeleng prihatin.
.
.
“Ta-daaaaaaa! Silakan masuk Baginda Romi Yang Terhormat!”
Pemuda bernama Romi itu  tertawa lantas menanggapi: “Apaan si,” sambil menggeleng.

“Wait.” Romi berhenti melangkah, nampak berpikir, kemudian melanjutkan kalimatnya “Kamu ngga boros tempat pake 2 kasur?”

“O-ohhh, aku lupa bilang, aku nggak tinggal sendiri. Aku tinggal berdua sama temenku.”

Jelas Anesa dengan sumringah.

Namun Romi kembali mengerutkan kening, bukan berpikir-melainkan curiga.

Me & Mr.Player (Me & Mr.Gambler)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang