PART 9

64 7 0
                                    

💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦💦

Rintik hujan masih setia membasahi bumi. Gadis itu menatap rintikan hujan dari balik jendela kaca sambil tersenyum, sesekali jemarinya bergerak menuliskan impiannya pada embun yang menghalangi pemandangannya.

"Eiffel?" suara lelaki mengganggu aktifitas si gadis.

Anesa hanya mengangguk kecil tanpa menoleh ke sumber suara, lalu menghapus tulisannya di dinding kaca yang berembun itu.

"Kamu suka Eiffel?" tanya Romi lagi sembari meletakkan secangkir hot chocolate, sedang tangannya yang lain masih memegang cangkir kopinya.

"Iya, aku pengen ke sana."

Romi nampak berpikir sebentar, lalu melanjutkan "Yaudah, weekend depan kita ke sana."

Seketika Anesa tersedak coklat hangat yang sedang disesapnya.

"Weekend depan? Kamu gila ya, kamu pikir tiket ke Paris itu murah? Kamu kira biaya penginapan di sana itu nggak mahal? Belum nanti biaya makan, transportasi, biaya ini, biaya itu, terus kalo misal di sana kita sakit biayanya juga pasti mahal, apalagi aku nggak punya mantel, terus kalo misal kita..."

Anesa tidak melanjutkan kata-katanya saat melihat ekspresi cowok di depannya datar-datar saja bahkan terkesan...meremehkan?

Oh, god! Anesa lupa dengan siapa dia bicara saat ini. Dia kan keturunan keluarga Boediharto, yang kekayaannya nggak bakal habis tujuh turunan itu! Hmmm, jelas itu semua bukan masalah, bahkan kalau mau ke Paris sekarangpun dia pasti sanggup.

"Udah ngomongnya?"

"..."

"Kalo kamu mau, kita bisa ke sana minggu depan."

"Enggak ah"

"Kenapa?"

"I-itu kan.. Emm, kamu kan belum punya penghasilan sendiri. Ntar orangtua kamu ngira aku morotin kamu lagi"

Cowok itu malah tertawa.

"Bahaahhhahahahh"

"Ihhh.. Kok ketawa sih, apanya yang lucu?" Anesa mulai kesal.

"Makanya, jangan percaya sama gosip. Pasti kamu tahunya aku ini cowok kaya yang manja yang bisanya cuma habisin duit ortu dan kelayapan ke sana kemari kan, hm?"

Dengan polosnya Anesa mengangguk.
Romi nampak kecewa dengan respon gadis itu.

"Huft. Emang banyak yang belum tahu sih, kalo sebenernya aku juga bisa cari duit sendiri. Sa, aku ini fotografer, yaahh meskipun ngga jago jago amat sih."

Anesa melotot, "Fotografer?" Keren banget, batin  Anesa.

"Mmm, ya. Tadi sih Davian telfon minta tolong sama aku buat fotoin pre-wedding klien mamanya, biasalah gegara  fotografer nya ngadat."

"Terus kok kamu ngga tolongin sih" cecar Anesa.

"Karena... Aku mau kasih surprise buat bidadariku yang cantik ini," ucap Romi lembut sembari membelai kepala Anesa.

"Surprise apaan, kalian tonjok-tonjokan itu surprise-nya?"

"Ck. Bukan lah. Surprise nya udah dirusak sama 'Vivian' AKA Davian kunyuk."

"..."

"Jadi tuhh, tadinya aku mau ngajak kamu dinner di taman belakang, romantis2 gitu deh. Kita makan macaroon, strawberry cake, red velvet, brownies, pokoknya yang manis-manis gitu. Kamu suka makanan manis kan?"

"Kok kamu tahu sih,"

"Iya lahh, kan kita soulmate. Gara-gara si kunyuk dateng ancur deh semuanya. Liat aja tuh cakes buat kamu diabisin sama dia."

"Dikit doang elaah." tiba-tiba Davian datang dari belakang Romi.

"Dasar jelangkung! Datang tak dijemput pulang tak diantar."

"Sialan lu ngatain gue jelangkung. Eh ngomong-ngomong soal jelangkung, gimana kalo kita..."

Anesa bergidik ngeri, ia menatap Romi memohon agar Romi tidak menyetujui ide Davian itu. Tapi dasar cowok..

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Me & Mr.Player (Me & Mr.Gambler)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang