PART 11

74 9 3
                                    

  Suara derap kaki memenuhi lorong Fakultas MIPA Universitas Satya Dharma. Puluhan mahasiswa dan dosen berlalu lalang sambil bercengkerama dengan rekannya, yang terdengar seperti dengungan. Beberapa mahasiswa yang terlambat masuk kelas nampak terbirit-birit menaiki dua anak tangga sekaligus. Beberapa mahasiswa lainnya berjalan santai sedangkan  mereka yang ingin pulang melangkahkan kakinya terburu-buru sebelum awan semakin gelap.

Sementara gadis berkemeja putih dengan rambut diikat ke belakang justru menahan kakinya sambil menoleh ke sana kemari berusaha menemukan sosok yang dicarinya.

Setelah lama mencari dan tak kunjung membuahkan hasil, gadis itu memutuskan untuk pergi ke toilet. Sesampainya di ruangan sempit itu, sang gadis memandang pantulan wajahnya di cermin yang nampak kusut karena lelah. Ia Kemudian merapikan rambut dan kemejanya. Setelah dirasa lebih baik, ia mengemasi barangnya dan beranjak keluar.

Baru saja tangannya menarik pintu, si gadis dikejutkan dengan kehadiran sosok pemuda di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baru saja tangannya menarik pintu, si gadis dikejutkan dengan kehadiran sosok pemuda di hadapannya.

"Hai Anesa," sapa pemuda yang dicarinya sedari tadi.

"Vivian? Kamu ngapain di depan toilet cewek?"

"Nungguin kamu" balasnya sembari menarik tangan Anesa keluar toilet.

"Loh Kamu tau dari mana aku ada di sini?"

Pertanyaan Anesa hanya dijawab dengan senyum misterius dan terus digiring ke tempat yang  Anesa ketahui.

° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° °

"Aku liat kamu di lobi tadi. Pas aku samperin, kamu malah pergi. Yaudah deh aku ikutin" jelas Davian yang sibuk menerima 2 porsi sate ayam .

Anesa menerima bagiannya dari tangan Davian. Melihat tusukan sate di atas piring mengingatkannya pada saat-saat pertama ia baru mengenal Romi.

Masih tercetak jelas raut wajah cowok itu saat Anesa menyerangnya dengan pukulan bertubi-tubi di warung sate kambing, betapa rakusnya cowok sekelas Romi yang bergelimang harta saat menyantap sate kambing favoritnya, dan tingkah genitnya yang tak berhenti menggoda serta merayu. Dan yang paling terpatri di memori Anesa adalah, ketika keturunan Budiharto yang katanya biasa makan masakan koki handal, sudi menyantap mie instan buatannya yang sangat sederhana.

Mengingat hal itu, pikiran Anesa menyambung ke sisi lain dari keturunan keluarga Budiharto satu itu. Anesa jadi sadar bahwa Romi tidak congkak seperti yang dikatakan media. Sebaliknya ia sangat  sederhana, mandiri, dan suka menolong. Terbukti dari hobinya makan di  warung sate kambing yang sederhana, dia bahkan punya pekerjaan sampingan sebagai fotografer, dan pertemuan pertama mereka diawali dari kebaikan hatinya yang menawarkan tumpangan bukan? Ah, memikirkan semua itu membuat Anesa semakin rindu pada sosok itu.

Tunggu, rindu?

Puk puk puk






Tepukan ringan mendarat di bahunya.

Me & Mr.Player (Me & Mr.Gambler)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang