Part 9. Evaluasi post tes

40 13 2
                                    

Pos tes GP akhirnya terselenggara dengan menyisakan nestapa bagi guru.

Nilai yang didapat sangat memprihatinkan.

Banyak komentar disana sini, bahkan ada yang sampai membuat nyanyian dengan syair not .

Do re mi fa sol, sol sol sol ...

Mengingat nilai pos tes yang dicapai jika di bagi 3 kisaran 5. Hanya beberapa yang bisa mencapai 6 atau diatas 6.

Apa mau dikata.

Evaluasi mulai dilakukan oleh para IN/Mentor di group bayangan. (Group ini dibuat sebagai wadah curhatan para mentor/IN, tanpa ada pemangku kebijakan. Sehingga mereka bebas mengutarakan apa yang dirasa).

"Apa sebenarnya yang menjadi kendala peserta GP, ya?" pertanyaan menghinggap di benak.

Padahal sebelum pelaksanaan pos tes, IN/Mentor senantiasa memberikan motivasi kepada GP untuk memahami isi modul.

Bahkan IN/Mentor berupaya untuk memberikan resume, contoh-contoh soal untuk dikaji, namun mengapa masih belum bisa meningkatkan pemahaman GP.

Apa soal yang keluar di pos tes sangat sulit?

Ataukah soal yang tidak valid?

Ataukah pemahaman yang berbeda antara guru dan kunci jawaban yang sudah terprogram di sistem?

Wallohu A'lam.

***

Banyak aku menerima pesan pertanyaan dari beberapa teman di luar daerah yang kebetulan didaerahnya belum dilaksanakan program GP.

Apa efeknya jika tidak ikut GP?
Bagaimana caranya supaya bisa terjaring dalam program GP?
Apakah nanti berpengaruh dengan tunjangan? dan lain-lain.

Aku juga tidak bisa menjawab pertanyaan ini .

***

Beberapa peserta mulai men-share piagam Diklat guru pembelajar.
Ternyata dengan berbekal nilai sikap dan keterampilan yang tinggi, mesti nilai pos tes nya belum baik, bisa mendapatkan sertifikat diklat. yang terpenting nilai rata-rata nya mencapai 70.

Mulai bisa bernafas lega. Beberapa GP yang aku mentori sudah mulai membuka laman GPO nya dan bisa mengunduh sertifikat diklatnya. Kemudian menyusul peserta yang lain.

Aku lihat juga di group GP sudah banyak yang bisa mengunduh sertifikat. Rasa syukur yang mereka tulis, dan aku ikut merasakan kebahagiaan itu. Mereka merasa apa yang mereka lalui sampai saat ini, membuahkan hasil 2 lembar sertifikat.

Ada juga rasa sesal dari beberapa GP, karena nilainya belum baik, ia merasa belum maksimal mengikuti program Guru pembelajar ini, dan berharap di tahun depan ia bisa mengikuti program ini dengan lebih serius lagi.

Apalagi untuk yang sudah PNS, sertifikat ini sangat berarti karena memiliki nilai kredit yang tinggi (katanya sih, karena aku bukan PNS).

***

Kisah guru pembelajar ini belum usai, karena masih menyisakan nasib guru yang mengikuti program IN ON IN yang sampai saat ini belum bisa mengetahui apakah mereka akan dapat sertifikat atau tidak, karena nilai yang tampil di laman GPO baru nilai post tes, sedang nilai sikap dan keterampilan belum muncul.

***

Kututup kisah guru pembelajar ini dengan harapan guru-guru Indonesia menjadi mentari yang selalu menyinari, tidak perduli ia dipuji atau di caci, ia tetap akan menyinari bumi dengan cahayanya sampai kehendak Sang Pencipta, menghentikan sinarnya.

Jayalah terus Guru Indonesia

Guru Mulya Karena Karya

Teruslah berkarya dan ikut andil dalam mencerdaskan anak bangsa dengan terus belajar. Belajar dari apa saja dan dimana saja.

Belajar sepanjang hayat, buku jendela ilmu, ilmu yang bermanfaat semoga menghantar kebahagiaan di Akherat kelak.

Aamiin

***

Untuk part selanjutnya akan kuisi dengan curhatanku sebagai seorang pendidik, permasalahan yang ada di sekolah dan sekitarnya.

Lika-liku Sang GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang