chapter 8

1.1K 178 7
                                    

Jaejoong menunggu di lobi ketika Yunho tiba. Tepat waktu.

"Selamat pagi." Yunho menyapanya, dia kelihatan sangat tampan, tatapannya bergerak menyusuri sekujur tubuh Jaejoong dengan sorot kagum.

"Selamat pagi." Jaejoong berharap wajahnya tidak memerah, tapi itu memang konsekuensi yang harus dihadapinya setiap bertemu dengan Yunho. "Aku sudah menelpon Siwon tadi," ujar Jaejoong.

"Aku tadi juga sudah."

"Ya, dia memberitahuku." menyadari sandiwara ini akan segera berakhir, Jaejoong merasa jauh lebih tenang.

"Aku tahu dia pasti memberitahumu. Kedengarannya dia sudah jauh lebih baik."

"Ya, benar-benar hebat, kan?" ujar Jaejoong sambil duduk di kursi mobil sebelah pengemudi sementara Yunho memegangi pintu mobil.

Jaejoong menyadari dirinya telah melewatkan sedikit lebih banyak waktu daripada biasanya untuk memilih pakaian pagi ini. Santai tapi tetap bergaya, Jaejoong mengenakan kamisol trendi yang dipadukan dengan rok panjang bercorak bunga-bunga manis. Blusnya yang berwarna ungu terlihat serasi dengan warna bunga-bunga kecil pada roknya. Begitu juga dengan sandal yang dipakainya saat ini. Jaejoong menyadari ia mungkin harus bertemu dengan Kibum, istri Siwon, meskipun hari ini ia berdandan bukan untuk Kibum.

Yunho duduk disampingnya, memasang sabuk pengaman, lalu menghidupkan mesin mobil. "Apa kabarmu?" Tanya Yunho.

"Baik-baik saja." jawab Jaejoong.

Yunho tersenyum dan ia mulai membawa mobilnya melaju, melewati jalanan yang diteduhi pohon-pohon.

"Maaf kalau aku sedikit lancang, bagaimana kabar ayahmu setelah kematian ibumu?" Tanya Yunho.

Sesungguhnya ia bukan ayahku. Ingin rasanya Jaejoong mengatakan hal itu sekarang juga, tapi ia sudah berjanji pada Siwon. "Hubungan kami tidak pernah dekat, mungkin ia masih berduka." jawab Jaejoong.

"Menyedihkan sekali." Yunho menggeleng pelan. "Aku mencintai ayahku. Keluargaku sangat menderita saat kehilangan dia." Yunho melanjutkan pembicaraan.

"Kalau begitu kau paham tentang rasa duka?" Tanya Jaejoong.

"Sepertinya perasaan itu tak pernah absen dari kehidupanku. Tapi aku membuat kesedihan menjadi cambuk bagiku dan keluargaku. Ayahku mengalami kegagalan dalam berinvestasi dan terpaksa menjual rumah kami, serta perusahaan keluarga. Tapi aku berhasil membelinya kembali."

Tentu saja dia pasti berhasil melakukan itu, Jaejoong sama sekali tak meragukannya. "Kau pasti telah bekerja sangat keras, ya?" Tanya Jaejoong. Siwon pernah bercerita tentang keteguhan komitmen pria ini, serta kemampuan menjalankan bisnis yang sangat Briliant.

"Aku tidak pernah melakukan apa-apa selain bekerja," tegas Yunho. "Kehidupan sosialku sangat terbatas. Siwon berusaha keras mengubah keadaan itu. Dia mengenalkan aku kepada banyak orang. Kemudian aku juga menyadari aku punya bakat berbisnis, yang untung saja masih terus berlanjut hingga hari ini.

"Jadi, kau benar-benar incaran yang menguntungkan." Itulah saat pertama kali Jaejoong mampu berbicara dengan sedikit bergurau.

"Aku tidak berpikir sampai sejauh itu," jawab Yunho tanpa tersenyum.

"Tapi kau pasti pernah berpikir untuk meneruskan eksistensi Perusahaan keluargamu?" Tanya Jaejoong.

"Menurutmu bagaimana?" jawab Yunho, melirik sekejap ke arah Jaejoong.

Sepercik getaran kecil di sorot mata Yunho yang indah membuat Jaejoong meremang. Gadis itu menyadari pria itu benar-benar menawan. Tapi ia tidak mau mengakui hal itu.

Pertemuan Dan Kisah Cinta Jaejoong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang