chapter 15

1K 190 6
                                    


.

.

.

***

Jaejoong sedang duduk di bangku batu, pandangannya menerawang jauh ke arah lautan ketika diam-diam Yunho duduk di dekatnya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Yunho seraya meraih tangan Jaejoong.

"Aku tidak apa-apa," ujar Jaejoong.

Yunho memandang Jaejoong lekat-lekat, jelas-jelas melihat kemarahan gadis itu. Tanpa riasan sedikitpun, dan dengan rambut tergerai lepas serta agak berantakan membingkai wajahnya, juga dengan tubuh ramping yang terbalut kaus dan celana pendek santai seperti itu, Jaejoong tampak bagaikan gadis remaja berumur lima belasan.

"Kita semua tahu, Kibum sedikit paranoid bila menyangkut Minho," sahut Yunho. "Dia tidak pernah membiarkan Minho luput dari pandangannya."

"Sedikit paranoid? Itu berlebihan," ujar Jaejoong ketus sambil menarik lepas tangannya dari genggaman Yunho. Tanpa sadar, ia memilin ujung rambutnya dengan Jemarinya.

Untuk beberapa saat keduanya duduk berdampingan, seraya membisu.

"Kibum memang punya masalah dalam hal itu. Tapi, untuk apa kita membicarakan Kibum? Aku lebih tertarik membicarakan kita berdua." Yunho memandang lurus mata Jaejoong setelah lama mereka terdiam.

Jaejoong langsung memerah, "Apa yang ingin kita bicarakan?" ujar Jaejoong.

"Kita sempat bercumbu semalam, ya kan?" Tanya Yunho.

"Ya, aku masih ingat." Jaejoong takkan pernah bisa melupakan itu.

"Apa kau memimpikan aku?

Jaejoong mendesah lembut. "Aku merasa kau selalu di dekatku setiap kali aku mencoba memejamkan mata."

"Lalu?" mata Yunho tampak berbinar di bawah siraman cahaya matahari.

"Lalu aku tertidur sangat lelap."

"Jadi, kau takkan mendengar seandainya aku datang mengetuk pintumu pelan-pelan?" Yunho kembali meraih tangan Jaejoong dan mengecupnya. "Aku sangat menginginkan dirimu." ujar Yunho.

"Untuk berapa lama?" Tanya Jaejoong sendu, tanpa sadar telah terpengaruh omongan Kibum. "Kupikir aku memerlukan sedikit perlindungan dari seranganmu."

Yunho tersenyum. "Kau tidak bermaksud mengatakan aku semacam binatang buas, kan?"

"Yang aku dengar kau punya kemampuan menjerat wanita." wajah Jaejoong merona sehingga gadis itu memalingkan muka.

"Lalu kau takut pada fakta itu?"

"Ya," sahut Jaejoong. "Kau telah menguasai terlalu banyak bagian dari diriku hanya dalam waktu singkat. Kadang-kadang kau bersikap seolah..... "

"Kau milikku?" Tanya Yunho.

"Ya," sahut Jaejoong pelan, dan tiba-tiba saja air matanya menggenangi kelopak matanya.

Yunho memandangi Jaejoong dengan sorot marah sekaligus penuh kasih sayang. "Aku tahu Kibum telah membuatmu marah, dan membuatmu tidak percaya padaku, tapi jangan lakukan ini," katanya. "Aku tidak tahan melihatmu menangis sekaligus menekan keinginanku untuk memelukmu. Yang terjadi semalam bukan main-main, Jae. Kalau itu yang membuatmu gelisah. Aku sudah lama berhenti bermain-main dengan wanita manapun."

Jaejoong mengusap air matanya. "Maaf. Kuakui aku memang sedang bingung,  terlalu banyak peristiwa yang menimpaku dalam waktu nyaris bersamaan, Yun," Jelas Jaejoong. "Aku baru kehilangan ibuku sekaligus menemukan ayah kandungku. Selama ini orang yang selalu ku panggil ayah tidak pernah memperhatikanku, seolah-olah memang aku tidak mempunyai seorang ayah selama dua puluh lima tahun ini. Sungguh menakjubkan rasanya tiba-tiba ada seorang laki-laki mengaku ayah kandungku dan kami berdua bisa langsung cocok, begitu juga dengan Minho. Aku merasa sangat senang aku mempunyai seorang adik, tapi tidak dengan Umma tiriku."

Yunho terdiam mendengar curahan hati Jaejoong. "Ayahmu memang sangat mencintaimu,Jae." ujar Yunho sambil terus memegang tangan lembut itu. "Dan Aku pun menyukaimu." Yunho mengulurkan tangan dan mengaitkan helai-helai rambut panjang Jaejoong ke belakang telinga gadis itu. "Apa yang aku rasakan terhadapmu lebih daripada sekedar nafsu berahi, kalau hal itu yang kau takuti."

Jaejoong menatap Yunho dalam-dalam. Pria ini begitu tampan dan kuat, sekaligus gagah dalam balutan sweter abu-abu santai dan celana jins ketat. Jaejoong harus mengakui ia mencintai pria ini. Cinta pertama di dalam hidupnya. "Maaf kalau aku terlalu tegang menghadapi segalanya, tapi kau terlalu antusias dan bahaya terpancar di dalam dirimu."

Yunho agak tidak suka dengan omongan Jaejoong yang menilai dirinya. "Ayolah, Jae. Aku tidak setuju dengan pendapatmu itu." ujarnya Yunho kesal. "Kurasa yang kaubicarakan itu adalah tentang resiko emosional. Kau menganggap aku memikat hatimu, begitu juga sebaliknya, tapi kau takut terlalu banyak mengungkapkan siapa dirimu sebenarnya. Aku bisa terima itu." ujar Yunho.

Terdorong rasa sayangnya, Yunho mengulurkan tangannya lagi dan mengacak-acak rambut Jaejoong seperti yang biasa ia lakukan pada Minho. "Jadi sayang, santailah. Kau kau merasa ini terlalu cepat, dan kau belum dapat mengambil langkah untuk berhubungan secara serius, aku sudah cukup puas berperan sebagai kakak yang baik untukmu."

Jaejoong tersenyum. "Memangnya itu mungkin?"

"Jangan pesimis dulu!" mata Yunho berbinar menggoda. "Aku tahu apa yang kaumaksud. Semuanya memang terlalu cepat."

Jaejoong mengangguk. "Kurasa aku tidak ingin masuk untuk makan siang ini," katanya, merasa tidak yakin akan suasana di dalam rumah.

"Tidak seorang pun yang akan mengganggumu, tapi kalau kau mau kita bisa makan di teras saja, bagaimana?" Tanya Yunho.

Setelah mendapat persetujuan dari Jaejoong, Yunho masuk sebentar untuk meminta maid membawa makanan ke teras di mana ia dan Jaejoong akan makan.

-

-

-

Setelah menyelesaikan makan mereka melanjutkan obrolan sambil jalan di sekitar taman. Tangan Yunho tidak lepas menggandeng tangan Jaejoong.

"Ibuku tadi menelpon menanyakan dirimu, Jae. Beliau ingin bertemu denganmu. Maukah kau mengunjungi ibuku?" Tanya Yunho.

"Benarkah? Aku mau, apakah ayah akan mengijinkan aku untuk bertemu dengan ibumu?" ujar Jaejoong.

Yunho tersenyum. "Aku akan membicarakannya dengan ayahmu. Lihat saja nanti, pasti dia dengan senang hati akan mengizinkanmu pergi."

Jaejoong mengangguk dengan penuh semangat, matanya berbinar gembira.






T B C




Maaf pendek. Semoga suka

"

Pertemuan Dan Kisah Cinta Jaejoong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang