chapter 9

1.2K 185 7
                                    

Yunho mengantarkan Jaejoong ke hotel tempat ia menginap. "Itu tadi kunjungan yang sangat singkat," komentar Jaejoong ketika keduanya sudah duduk di dalam mobil.

Yunho menjalankan mobilnya dan tetap membisu.

"Setidaknya Dad akan punya waktu cukup banyak untuk menyusun ceritanya nanti," ujar Jaejoong melanjutkan.

"Berapa banyak waktu lagi yang dia butuhkan? Dia sudah menyimpan ini selama dua puluh tahun." Suara Yunho terdengar sinis ketika menyahut.

"Kau benar-benar pendendam, ya?" ujar Jaejoong. Sementara pandangannya tertuju lurus ke depan.
"Dibanding orang lain, aku ini pahlawan. Setidaknya bagi keluargaku. Dan aku tidak suka dijadikan bahan tertawaan siapapun, Nona. Aku berani bertaruh, ayah tirimu yang malang itu juga tidak akan menyukainya. Aku jadi penasaran, apa sebenarnya yang terjadi di antara kalian?"

Jaejoong menimbang-nimbang, lalu melanjutkan. "Aku tidak tahu, dia bukan ayah kandungku sampai Siwon mendekatiku dan menunjukkan surat ibuku."

"Lalu semuanya dibiarkan terjadi begitu saja?" Yunho berbicara dengan sinis.

"Aku tidak mengalami masa kecil yang bahagia, kalau itu yang kaumaksud. Tapi pria yang selama hidupku telah kupanggil 'ayah' selalu berusaha melakukan yang terbaik untukku. Aku punya semua yang kuinginkan. Pendidikan, pakaian, jalan-jalan. Tapi tidak dengan perhatiannya."

"Tidak diragukan lagi kalau kakekmu pasti tahu tentang semua ini, sementara kau tidak. Sepertinya dia punya peran besar didalam kekacauan ini."

"Kakekku adalah orang yang patah hati," sahut Jaejoong pelan, kemarahan Yunho terhadapnya dan Siwon terlihat jelas.

"Ibumu telah meninggalkan banyak jejak hati yang terluka. Masalah yang tidak enteng. Jangan sampai hal ini terjadi pada dirimu." ujar Yunho.

Jaejoong menghela napas dalam-dalam. "Aku jauh lebih bertanggung jawab daripada ibuku. Setidaknya lebih terpelajar. Ibuku tidak pernah sempat menyelesaikan pendidikannya. Sementara aku menyandang gelar sarjana hukum."

"Jadi itu berarti kau tahu segalanya tentang penipuan?" Yunho melirik sekilas ke arah Jaejoong dengan sorot menghujam.

"Aku ingin memberitahumu sesuatu. Apa kaupikir aku senang melihat caramu menatapku?"

"Kau berharap aku percaya Siwon telah membuatmu bersumpah untuk tutup mulut?" tantang Yunho. "Selama ini aku mengira tutup mulut bukan keahlian seorang wanita."

"Ucapanmu terlalu kasar." mata Jaejoong menggelap. "Lagi pula, semua ini kan kisah hidupnya. Kau tadinya akan diberitahu pada saat yang tepat, andai kecelakaan itu tidak terjadi. Kelihatannya kau seperti orang yang sangat kejam."

"Kekejaman kadang-kadang diperlukan. Tentang ayah tirimu, kira-kira apa reaksinya jika tahu tentang semua ini?" Tanya Yunho.

"Mengapa kau harus tahu?"

Yunho melirik, "Oh, Ayolah, bukankah kau sendiri bilang tadi kalau kita akan sering bertemu lagi setelah ini?"

"Ayah tiriku sudah sudah tahu kalau aku bukan anak kandungnya sejak dulu."

"Jadi itu yang membuatmu tidak mungkin lagi tinggal serumah dengannya?"

"Ya, walaupun dia memenuhi semua kebutuhanku, tapi kita tidak selalu saling berbicara. Dia terlihat dingin terhadapku. Sekarang setelah kematian ibuku dia berencana menjual rumah kami kalau aku tidak ingin menempatinya. Dia ingin berkeliling dunia. Hasil penjualan rumah itu semua di serahkan padaku. Karena itu rumah peninggalan ibuku."

"Jadi sekarang kau sudah kaya? Itu bagus karena Kibum menganggap hanya putranya sebagai ahli waris kekayaan Siwon." ujar Yunho.

Jaejoong memandang Yunho. "Berapa banyak uang yang sebenarnya dibutuhkan seseorang?" Tanya Jaejoong pelan. "Uang tak pernah mampu membuat keluargaku bahagia." tepat setelah Jaejoong mengatakan hal itu mereka sudah sampai di depan hotel. Jaejoong keluar dari mobil tanpa lagi menengok bahkan berpamitan. Yunho hanya termangu terdiam. Lalu ia pun meneruskan perjalanan menjemput Kibum dengan rasa hati yang tidak enak.

Pertemuan Dan Kisah Cinta Jaejoong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang