Hasil kuis telah dibagikan beberapa menit yang lalu. Namun gadis itu, Jae In, masih bergeming di tempatnya. Tatapan horor terpancar menatap kertas yang ada di depannya. Aura suram mulai terasa di dekat Jae In. Bahkan bel pulang tak terdengar lagi olehnya. Kelas yang menyisakan beberapa kepala itu perlahan tampak menakutkan dengan adanya aura suram milik Jae In.
Jae In masih bergeming. Kepalanya berputar-putar melihat angka tujuh puluh delapan yang berwarna merah itu.
Nilainya terjun payung. Dan tentunya, itu bukanlah pertanda yang baik.
Apa yang akan ia katakan pada ibunya? Bisa-bisa ibunya akan menyekolahkannya di rumah, dimana dirinya tak bisa bertemu Hongbin. Oh, belum lagi si bajingan yang menjadi guru privatnya itu. Bisa hancur wajah Jae In dibuatnya.
Bahunya ditepuk seseorang, yang tak lain adalah Hongbin. Sederet gigi yang sangat rapih menghiasi wajahnya yang tampan. Tak tertinggal pula kedua lubang kecil yang selalu timbul ketika dirinya menarik kedua sudut bibirnya itu.
"Mau sampai kapan meratapi nilai yang nyaris setara dengan nilai standar?"
Ajaib, bisikan Hongbin yang entah mengapa dapat menenangkannya. Aura suram di sekitarnya perlahan lenyap. Sorot matanya kini pun melembut seperti biasanya.
Inikah kekuatan cinta?
Atau kekuatan senyum malaikat Hongbin?
Apapun itu, kekuatan itu telah mengembalikan kesadaran Jae In seutuhnya.
"Belum pulang?" tanya Jae In yang sedang membereskan bukunya begitu tersadar.
Hongbin tertawa kecil. "Aku menunggumu, lho."
Jae In menoleh secepat kilat dan melempar tatapan tidak percaya. "Eh? Benarkah?" pipi Jae In merona. "T-tunggu sebentar! Aku akan membereskan ini dengan cepat! Sungguh!"
Lagi, Hongbin tertawa pelan. Sosok Jae In yang sedang membereskan buku itu entah mengapa tampak bersinar, membuat matanya silau. Ah, sepertinya Hongbin memang sedang mabuk cinta.
Atau tepatnya, ia tak bisa mengendalikan perasaannya.
♚♚♚
"Ck"
Myungsoo menempelkan ponselnya di telinga, melihatnya, dan menempelkannya lagi. Urutan kegiatan tersebut telah berlangsung selama lima belas menit. Namun suara operator selalu menyambut panggilannya yang mau tak mau membuat Myungsoo jengkel.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Anda akan terhubung dengan baik pesan suara setelah nada berikut.
Selalu seperti itu. Myungsoo tidak menelpon lagi. Ia mendongak menatap salju yang mulai menapaki bumi. Angin musim dingin mulai berhembus, membuat Myungsoo menggigil sesaat meski dirinya sudah berpakaian cukup tebal. Ternyata pilihannya untuk menunggu di luar rumah memang bukanlah pilihan yang tepat.
"Kenapa lama sekali sih?"
Myungsoo mendumal kesal karna tak kunjung mendapat apa yang ia inginkan. Udara semakin dingin, membuatnya menggosok kedua tangannya yang nyaris membeku.
Saat ini, Myungsoo sedang berada di depan rumah Jae In. Sesungguhnya hari ini tidak ada jadwal privat, namun rasa penasaran yang amat besar untuk mengetahui nilai kuis Jae In yang diyakininya jelek itu terus menggelitiknya. Hingga akhirnya ia jauh-jauh berjalan dari apartemennya yang di dekat Gangnam Statiton hingga ke rumah Jae In.
Sayup-sayup suara tawa dan candaan itu terdengar oleh Myungsoo. Ia ingin mengacuhkannya namun suara itu semakin jelas, dan tiba-tiba berhenti. Myungsoo yang penasaran membuka matanya dan mendapati sosok Jae In yang kaget, di sebelahnya ada Hongbin yang menatapnya datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Snow & First Kiss
FanfictionCover by: ARTlantis_Girl Pernah diselamatkan oleh seseorang dengan sebuah CIUMAN? Lalu bagaimana perasaanmu? Yoon Jae In. Gadis SMA tingkat akhir yang tiba-tiba ditolong oleh seorang lelaki misterius bernama Park Dong Joon dengan sebuah CIUMAN. Diul...