First Snow & First Kiss

CHAPTER 7

Haloo kali ini saya mau kasih lagu yang jadi inspirasi FF ini sebagai peringatan 1k viewers dan 2nd kiss scene /cieelah pake diperingatin segala/ wkwk oke cekidot

Yang Yoseob (BEAST) ft. Daniel (Dalmatian) - First Snow and First Kiss

——————————

Siang itu Daekyung University tidak bisa dibilang sepi. Meski hari minggu, banyak sekali orang-orang hilir mudik di sana. Ada beberapa mahasiswa/i yang datang untuk kegiatan, penambahan nilai, atau beberapa orang yang pergi ke perpustakaan kampus untuk menyelesaikan skripsi mereka bersama dosen pembimbing.

Jae In menatap takjub sekelilingnya. Ini pertama kalinya ia melihat kehidupan kampus secara nyata. Myungsoo tersenyum melihat reaksi positif yang diberikan Jae In. Mereka baru saja selesai berkeliling di mantan kampus Myungsoo itu. Dan kini mereka sedang duduk di salah satu bangku yang ada di universitas itu, memakan es krim di hari yang dingin mungkin terlihat sedikit aneh tapi Jae In dan Myungsoo tidak memedulikan suhu di sana.

Myungsoo teringat sesuatu. Ia lupa bahwa ia belum meminta maaf atas kejadian tempo hari yang menyebabkan mereka bertengkar. Ya, kejadian ketika Myungsoo meledek nilai Jae In habis-habisan. Tapi bila dilihat entah Jae In sudah melupakan kejadian atau belum, mereka hari ini terlihat normal. Tidak terlihat seperti orang yang sedang bertengkar.

"Anu..." Myungsoo memecah keheningan. "Aku minta maaf soal waktu itu."

Jae In menoleh dan melempar tatapan bingung. "Waktu itu yang mana?"

"Waktu kau marah padaku karena aku mengejek nilaimu habis-habisan." Jawab Myungsoo. "Sebenarnya waktu itu aku hanya ingin menghiburmu. Maaf kalau aku kelewatan."

Jae In mengangguk paham. Dilumatnya lagi es krim rasa stoberi yang ada di tangannya. "Waktu itu aku memang kesal, sih."

Myungsoo menoleh, menatap sosok Jae In yang sedang sibuk dengan es krim miliknya.

"Tapi aku sudah memaafkanmu, kok." Jae In balas menatap mata Myungsoo dengan cengiran lebar. "Lagipula aku sudah melupakan kejadian itu. Jadi tak masalah."

Tapi entah kenapa ekspresi sedihmu waktu itu seperti mengiris hatiku.

Myungsoo masih menatap sosok Jae In. Entah mengapa pandangannya pada Jae In agak sedikit berbeda hari ini. Hari ini Jae In terlihat lebih bercahaya dari biasanya. Seolah-olah ada beberapa peri bercahaya di sekitar Jae In. Perut Myungsoo seperti tergelitik. Perasaan macam apa ini? Perasaan nyaman sekaligus gelisah apa ini? Seumur hidupnya ia baru merasakan perasaan campur aduk dan aneh seperti ini.

Apa ia sakit? Tidak. Sepertinya itu bukan jawaban yang pas.

"Apa yang akan kau lakukan setelah lulus?" tanya Myungsoo pada Jae In.

Jae In menatap lurus ke depan. "Entahlah. Aku juga tidak tahu." ia menghela napas. "Aku selalu menjadi robot ibuku. Terkadang aku ingin terbang bebas seperti burung di langit."

Myungsoo mengangguk-angguk, mengerti perasaan Jae In. "Apa kau ingin jadi model?"

"Entah." Jae In tidak mengalihkan pandangannya. "Dulu aku sempat ingin jadi model tapi kalau untuk profesi entahlah."

"Kenapa?" tanya Myungsoo heran. Baginya model adalah suatu pekerjaan yang mengasyikan. "Jadi model itu seru, lho."

Jae In tersenyum pasrah. "Aku tahu. Tapi sepertinya ibuku tidak akan setuju."