Chapter 4

26 5 0
                                        


8 November 2016...

Benarkah?

Benarkah ini adalah hari yang ditunggu-tunggu itu?

Benarkah pertemuan itu akan benar-benar terjadi?

Benarkah bahwa mimpi benar-benar menjadi kenyataan?

Fanny sedang asyik memandangi Fika yang sedang mengenakan syal dileher jenjangnya. Hari ini adalah hari yang mereka tunggu-tunggu. Terutama Fanny. Gadis itu sampai tidak bisa tidur semalaman karena membayangkan apa yang akan dilakukannya bersama idolanya itu.

Mungkinkah Min Ho akan jatuh cinta pada pandangan pertama? Apakah pria itu akan mengajaknya makan malam ditempat yang terpisah? Mungkinkah mereka akan berkencan? Bayangan-bayangan itu terus berputar diotaknya. Membuat jantungnya berdegup dua kali lebih cepat dari normalnya. Sungguh lucu sekali. Fanny tahu itu adalah bayangan bodoh. Tapi dia tetap membayangkannya.

Dengan bermodalkan Bus card milik Anin, kedua gadis itu sedang dalam perjalanan menuju hotel yang sama seperti sebelumnya. Hotel Lotte. Fanny sangat pendiam pagi ini. Entah mengapa. Padahal hari ini adalah hari yang sangat ia tunggu-tunggu. Namun menurut Fika, saat ini Fanny sangat-sangatlah berbahagia sehingga tak mampu lagi berkata-kata.

Mereka berjalan mendekati pintu ruangan yang sama dengan sebelumnya, namun dengan dua penjaga yang berbeda. Kedua penjaga itu kemudian membukakan pintu untuk mereka yang saat ini merupakan salah satu tamu teristimewa setelah Lee Min Ho. Setelah pintu terbuka, mereka melangkah masuk.

Ruangan itu sudah tertata dengan sangat rapi dengan nuansa merah muda. Terlihat meja bundar yang sudah dihiasi dengan lilin-lilin kecil dan bucket bunga yang tidak terlalu besar. Cantik sekali. Tidak, lebih tepatnya romantis sekali. Dengan melihat desain begini saja sudah membuat dua gadis itu meleleh.

Pintu terbuka.

Tukk...tuuukkk...tukkk...

Pantofel itu sukses mendominasi suara diseluruh ruangan. Fika dan Fanny menoleh kearah sumber suara. Sontak keduanya tak dapat lagi menutup mulutnya yang secara otomatis terbuka lebar. Lee Min Ho ada disana. Sepatu Pantofel itu miliknya. Pria tampan itu kini sedang berjalan mendekati mereka. Bagaimana ini?! Apa yang harus mereka lakukan?

*****

"Annyeonghasseo*." Lee Min Ho membungkuk 90 derajat sambil menyapa kedua gadis yang sedang tercengang menatap ketampanan yang dimiliki oleh Lee Min Ho. Fanny yang sedari tadi dilihati oleh sang idolanya masih saja memandang keindahan yang dimiliki sang idolanya tanpa menyianyiakan waktu yang telah ditentukan, sebaliknya dengan Fika, ia hanya terlihat seperti biasa saja tidak se-lebay Fanny.

"Hallo." Kata Lee Min Ho yang melambaikan tanganya tepat dihadapan wajah Fanny. "Are you okay?"  Ucap Lee Min Ho lagi yang sukses membuat lamunan Fanny buyar begitu saja, ketika Fanny sadar telah dilihati oleh sang idolanya langsung membuang muka sambil menyisipkan rambutnya yang panjang itu ke telinganya. Dia sangat malu karena ketahuan melihat wajah ketampanan sang idolanya secara terang-terangan.

"ah... Of course... I'm... Okay" Ucap Fanny terbata-bata, lalu sambil tersenyum kepada sang idolanya. Fanny sangat malu setengah mati karena kejadian tadi. Mungkin kalimat "setengah mati" terlalu lebay, tapi Fanny memang merasakan malu yang sangat luar biasa.

"Ih, Oppa* juga enggak tahu apa yang kita bicarakan, Fika" Gerutu Fanny yang sedikit sebal melihat sikap Fika yang menyebalkan itu. Min Ho menaikan sebelah alisnya sambil menatap dua gadis yang duduk dihadapannya. Apa yang sedang mereka bicarakan? Apa mereka sedang membicarakan tentang dirinya? Min Ho sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.

"hemm.." Min Ho berdehem untuk menarik perhatian Fika dan Fanny.

Dan berhasil.

Fika dan Fanny kini menatapnya dengan kikuk.

Min Ho tersenyum manis. Manis sekali. Hingga membuat Fika dan Fanny tak mampu lagi untuk berkata. Pria itu kemudian merogoh saku celana hitamnya untuk mengambil ponselnya.

Fika dan Fanny saling menatap. Apa yang sedang ia lakukan? Tanya mereka dalam hati.

Tak sampai beberapa menit, Min Ho menunjukan layar ponselnya kehadapan kedua gadis itu.

Min Ho: Apa yang akan kita lakukan hari ini?

Fika dan Fanny saling menatap kemudian tertawa. Ternyata, Min Ho membuka aplikasi translator untuk berkomunikasi dengan mereka, lucu sekali. Selain tampan ia juga sangat kreatif. Hal itu membuat Fanny semakin mencintainya.

"What do you want to do?." Ucap Fanny sambil tersenyum ala dirinya.

Min Ho: Apakah kalian lapar? jika kalian lapar kita harus makan terlebih dahulu sebelum melakukan hal yang lain.

Min Ho menunjukan layar ponselnya kepada mereka

"What we have to do things that have been determined by the committee?." Ucap Fanny. Min Ho mentap wajah Fanny dengan heran, lalu menatap layar ponselnya.

Min Ho: Kenapa? Ada masalah?

"No problem, it's just that I want to do other things. Can we?" Ucap Fanny dengan percaya diri seperti Api yang berkobar-kobar. Terkesan lebay, tapi memang beginilah Fanny. Min Ho menaikan alisnya ketika mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Fanny.

"apakah Min Ho Oppa tidak mau?." Tanya Fanny dalam hati.

"Fik, gue malu banget. Gue takut dia nolak permintaan gue, gimana dong?." Gerutu Fanny sambil sedikit berbisik. Fika tertawa pelan mendengar apa yang dikatakan oleh Fanny.

"Makanya jadi orang jangan kepe-dean." Bisik Fika lalu tertawa pelan. Fanny yang mendengarkan bisikan sahabatnya langsung mencubit lengan Fika.

"Aww, sakit bego." Pekik Fika yang sedari tadi mengelus lengannya dengan lembut. Fanny hanya menjulurkan lidahnya kepada Fika.

"Hemm.." Suara itu kembali lagi terdengar, membuat dua gadis itu menatap kembali orang yang sukses membuat mereka berhenti mengejek satu sama lain. Min Ho langsung menunjukan layar ponselnya kepada Fika dan Fanny.

Min Ho: Kamu bilang ingin melakukan sesuatu hal lain, hal itu seperti apa?

"It's just that, Iwant the road with you, such as watching movies, playing games with you. maybe we can become more familiar, can you?." Ucap Fanny. Pria itu menaikan alisnya kembali. a

"Apakah gue mengatakan hal yang aneh?." Batin Fanny. Fanny tau apa yang baru saja dikatakan olehnya. Fanny bukan siapa-siapa dikehidupan pria itu, melainkan Fanny adalah Fans terberatnya. Bagi Fanny apa yang dikatakannya itu adalah hal yang wajar sebagai fans beratnya. Hanya saja Fanny tidak mau menyianyiakan waktunya. Mungkin dia bisa membuat pria itu membalas cintanya. Walaupun Fanny tau cintanya tidak akan terbalas, tapi dia memiliki prinsip bahwa tidak ada yang tidak mungkin didunia ini. Begitulah prinsip Fanny.

Min Ho: Baiklah, sepertinya asik.

Fika dan Fanny yang melihat layar ponsel pria itu langsung menatap satu sama lain. Pipi Fanny yang bakpau langsung memerah seperti Fanny memakai blushon dengan tebal. Tapi, Fanny tidak memakai blushon hanya saja ia ingin berpenampilan apa adanya dimata sang idolanya. Min Ho yang melihat wajah Fanny yang merah langsung terkikik pelan. Fanny tidak sadar sedari tadi ia dilihat oleh sang idolanya. Dia tetap fokus dengan hayalannya untuk nanti jalan dengan Min Ho Oppa. Fanny merasa cintanya terbalaskan.

*****


PredestinationWhere stories live. Discover now