Chapter 5

19 4 0
                                        

Langit sore tak lagi cerah seperti siang tadi. Semilir angin sepoi-sepoi mampu menerbangkan helai demi helai rambut panjang gadis yang sedang duduk termenung di bawah pohon rindang itu. Tidak dingin. Tidak panas. Cuaca seperti itu sangat mendukung suasana hatinya saat ini. Tidak sedih. Tidak pula bahagia. Semuanya terasa hambar dan sepi. Seperti tidak ada arah dan tujuan. Hati itu masih saja sama seperti dulu. Jantung itu masih berdetak dengan banyak harapan yang menggantungi setiap dentumannya.

Fika menyisipkan beberapa helai rambutnya dibelakang telinganya. Menatap kesekeliling. Sepi sekali. Hanya ada beberapa orang yang melewatinya silih berganti. Tenggorokannya terasa kering. Ia harus segera mencari minimarket terdekat untuk membeli minuman. Mungkin coklat hangat?

Ia kemudian bangkit dari duduknya dan menyandang tasnya. Kemudian berjalan menuju mencari minimarket. Mungkin ia juga akan memberi makanan sembari menunggu Fanny dan Min Ho yang saat ini sedang menghabiskan waktu bersama. Senyum dibibirnya mengembang mengingat dua orang itu. Siang tadi, Min Ho menyetujui ajakan Fanny untuk menonton film dan berkencan layaknya sepasang kekasih. Lucu sekali. Fika maupun Fanny sangat tidak mempercayai Min Ho dengan mudah menyetujui permintaan itu. Mungkin pria itu benar-benar sudah bosan dengan seringnya dia berpartisipasi dengan acara seperti itu.

Meski tadi sempat menimbulkan kontroversi, akhirnya dengan permohonan dari Min Ho sendiri, para panitia menyetujui permintaan yang sedikit gila itu. Fanny melonjak kegirangan dan sontak memeluk Fika yang berdiri disampingnya saat itu. Fika juga ikut bahagia untuk sahabat seperjuangannya itu.

Akhirnya mereka berhasil meninggalkan hotel itu. Agar tidak mengundang keributan, Min Ho mengenakan topi dan masker hitam. Sementara Fika dan Fanny masih dengan busana mereka yang sebelumnya. Mereka pergi dengan menumpang sebuah taksi yang sudah dibooking khusus untuk mengantar mereka kemanapun. Tadinya, akan banyak panitia yang mengiringi mereka agar aman. Namun Min Ho menolaknya. Mungkin dia benar-benar ingin menikmati kesempatan untuk bersantainya.

Karena kesetiaan kawannya, akhirnya Fika memisahkan diri. Ketika mereka tiba di bioskop, Fika menghilang begitu saja. Kemudian ia mengirim pesan singkat pada sahabatnya itu. Fika yakin Fanny sangat menikmati waktunya saat ini. Ia akan tetap menunggu Fanny dan pulang bersama. Meski ia harus menunggu hingga malam.

Ia mendorong pintu kaca sebuah minimarket yang akhirnya ia temukan. Ia melangkah masuk dan berjalan menuju ke tempat dimana ia bisa membuat coklat hangatnya sendiri. Kemudian berjalan lagi menuju rak snack dan mengambil sebuah snack rumput laut yang menurutnya masih bisa ditoleransi oleh lidah indonesianya. Setelah selesai, ia berjalan menuju kasir dan membayar tagihannya. Kemudian ia keluar dan duduk disebuah meja dan kursi yang disediakan minimarket tersebut untuk pelanggannya. Ia pikir ia akan menunggu Fanny disini hingga malam nanti.

*****

Fika : Fan, gue pergi. Lo puas2in deh waktu sama dia. Gue tunggu lo diluar. Kabarin gue kalo udah kelar. Good luck!

Fanny tersenyum tipis setelah membaca pesan dari sahabatnya itu tadi. Saat ini ia baru saja duduk dikursi dan siap untuk menonton film yang mereka pilih tadi. Film horor,genre yang sangat disukai Min Ho. Meski Fanny tidak begitu menyukai genre tersebut, namun ia masih bisa menikmatinya. Syukurlah.

"Dimana temanmu itu?" Tanya Min Ho sambil memberikan minuman soda milik Fanny yang tentu saja dalam bahasa inggris. Baik sekali.

Fanny menerima minuman itu dan meletakkannya dikursinya, "Dia ada urusan lain." Jawabnya tak enak hati. "Apa tak apa hanya kita berdua?" Tanyanya sedikit ragu. Ia takut Min Ho akan merasa tidak nyaman.

PredestinationWhere stories live. Discover now