Eight

83 6 6
                                    

"GWEENNNN! Ngapain lo sama Rey bermesraan di sini?"

Aku dan Rey terkejut. Kami langsung menoleh kebelakang. Ya. Sudah ku duga. Itu Gery.

"Ger! Dengerin gua dulu. Ini bukan seperti yang lo lihat." kataku sambil berlinang air mata dan berjalan menuju Gery.

"Iya Ger. Lo dengerin kata Gwen dulu" sambung Rey sambil meyakinkan Gery.

"Ga sangka gua! Sumpah! Gua ke sini tadi mau jemput lo Gwen. Karena apa? Rasa sayang gua lebih besar daripada rasa ego gua!" teriak Gery. Ia sudah tak bisa menahan rasa kesalnya.

"Ger! Gua cuma cerita sama Rey tentang Nola dan tentang lo!" jelasku agar dia tidak salah paham.

"Gwen!! Nola lagi? Gua muak sama lo berdua! sumpahhhh! Muak banget!" Teriak Gery dan berlari meninggalkan Gwen serta Rey.

"Gery! Tunggu!!!!" teriakku sambil mengejar Gery dan meninggalkan Rey.

***

"Arrrgggggghhhhhh"
Teriak Gery.
Kesal.

Marah.

Sedih.

Kecewa.

Tak bisa diungkapkan lagi. Semuanya bercampur menjadi satu. Gery mengepalkan tangan kanannya dan mengayunkannya ke sebuah batang pohong.

Bruukkkk
Ia tak mempedulikan rasa sakit di fisiknya lagi. Bahkan ia tak peduli rasa sakit di hatinya. Yang ia tahu sekarang adalah ia harus teriak dan menangis sekencang-kencangnya.

I hate you Nola!!!! 

Aku akhirnya menemukan Gery. Ia berada di taman. Hanya ada dia dan suara teriakkannya. Tak sengaja aku hanya mendengar kata "Nola" dari bibirnya.

"Ger? Gua..."

Gery langsung menuju ke arahku. Ia memelukku. Kuat. Kuat. Sangat kuat.

"Gwen... Jangan tinggalin aku. Aku ga mau di tinggalin untuk kedua kalinya. Plis... I love you so much" sambil memelukku dan menangis sampai terisak.

"Gery... Aku yang salah... Maaf. Maaf... Semua salahku. Aku ga tau bakalan jadi kek gini" sambil meneteskan air mata. "cuma lo yang bisa jadi pengganti papa. Lo laki-laki yang paling sayang sama gua setelah papa tiada. Gua juga ga mau kehilangan lelaki yang gua sayang lagi" jelasku.

"Gwen... I love you more than you know, if I say I stop loving you, it is a lie"

***

"Semua udah di siapkan belum? Jangan sampai ada yang tinggal loh." kata Nadia sambil bebenah.

"iya. Oiya. Rey, ikut kita pulang ke jkt. Nanti dia bareng mobil lo aja ya, Ger." kata Genta dengan santainya karena ia tak tahu masalah tadi malam.

Whattttt???
Aku teriak dalam hati. Bagaimana kami bisa semobil? Aku tak tahu.

"Udah siap kan? Yuk otw!" ajak Genta.

"Gen... Rey ga sama lo aja?" kodeku dengan halus.

"Ga ah... Ganggu aja nanti. Gua sama Nadia ga ada yang boleh ganggu" Ucap Genta sambil tertawa kecil.

"Ya udah. Ga usah lama-lama. Jalan sekarang. Gwen, duduk depan" kata Gery dengan datar.

Kami pun memulai perjalanan untuk kembali ke Jakarta. Di dalam mobil Gery, sangat tenang. Hanya lagu dari radio yang menemani. Karena bosan, aku pun memulai pembicaraan.

"Ger... Lucu gak sih? Kalau nama anak kita nanti Tito?" ucapku sambil tertawa.

"Tito? Apaan tuh?" tanya Gery yang tiba-tiba menjadi semangat.

"TITO loo... TI kus berta TO!" sambil tertawa.

"hahaha... Lo ini memang." sambil mengelus rambutku dan mencium kepalaku.

Semua yang di dalam mobil tertawa. Termasuk Rey yang awalnya hanya memainkan HPnya terus.

"Lo perfect ya, Gwen... Udah cantik, pintar, lucu lagi... Hahaha" ia mengatakannya sambil tertawa dan melihat ke arah Gery. "Beruntung deh yang dapatin lo nanti. Kalau gue nih ya, pasti gua bakalan kejar lo sampai dapat." sambung Rey.

Aaaaaaaaaaaa

Teriak aku dan Rey. Kami terkejut karena Gery rem mendadak.

"maksud lo apa nih Rey? Ngajak ribut lo?" Gery menoleh kebelakang dan mulai naik darah.

"Engga... Gua cuma bilang aja. Woles aja donk" sambil senyum jahat.

"Udahh, Ger... Ingat lo lagi bawa mobil. Jangan sampai lo ga fokus dan terjadi yang ga kita inginkan." kataku sambil mengelus dadanya agar dia tidak berubah menjadi monster.

"Hati-hati lo Rey!" Sentak Gery sambil menjalankan mobil.

Rey hanya tersenyum kecil. Aku gak tahu maksudnya apa. Bagiku dia baik. Sama seperti Gery dan Genta.

***

Kami pun sampai di Jakarta. Kami tiba di rumahku pukul 9 malam.

"Udah malem juga ya. Gua sama Rey duluan balik ya, guys." kata Genta. "Nad... Kakak pulang dulu ya..." sambil mencium kening Nadia.

"iya kak... Hati-hati!" kata Nadia sambil melambaikan tangannya.

"Gery... Lo ga pulang? Lo ga capek?" tanyaku sambil memijat dahiku karena mataku mulai kabur.

"Iya. Aku pul..."

Bruukkkkkk.

Aku terjatuh. Pandanganku gelap. Aku tak bisa melihat apa-apa. Aku hanya bisa mendengar suara Gery dengan samar.

Gery menggendongku dan membawaku ke Rumah Sakit Detak Cinta. Mama dan Nadia juga ikut. Di perjalanan, Nadia langsung mengabari Genta yang pasti belum sampai rumah.

***

"Ger... Gue dimana?" tanyaku dengan setengah suara dan membuka mata perlahan. Aku sangat lemas dan aku gak tahu kenapa.

"Akhirnya lo sadar juga... Lo di RS. Kata dokter lo kecapekan. Tuh pasti karena lo kebanyakan nangis." jelas Gery.

"Loh? Nola? Rey? Kalian kok bisa di sini?" tanyaku yang kebingungan.

"Iya, Gwen. Gua tau dari Gery. Akhirnya lo sadar juga. 2 hari kita nungguin lo" kata Nola sambil tersenyum.

"Oh... Rey?" aku tersenyum padanya.

"Maafin gua. Semua salah gua. Gua sadar gua seakan jadi PHO." kata Rey sambil memijat dahinya dan tertunduk. "Tapi gua ga bisa bohong. Gua tertarik sama lo saat gua pertama lihat lo. Gua jatuh cinta sama lo" sambungnya.

"Lo mau pergi atau gua bunuh lo sekarang?" Teriak Gery dan bangkit dari kursinya.

"Udah!!! Udahh!!! Hargain gua!" teriakku dan tiba-tiba memucat.

"Sekarang ayok kita selesaikan semua!" Gery menarik kerah baju Rey dan membawanya keluar dari ruangan Gwen.

***

"Mau lo apa? Hahh?" sambil memberikan satu kepalan tangan Gery di pipi kiri Rey.

"Gua? Gua mau lo berhenti mencintai Gwen!" sambil mendorong Gery dari hadapannya. "Lo gak kasihan sama Nola? Lo meninggalkan dia gara2 gadis miskin kaya Gwen? Dimana otak lo? Ini yang lo namakan Pria Sejati?" sambungnya dengan teriak di taman rumah sakit itu.

"Lo tau apa tentang gua sama Nola?" tanya Gery yang semakin emosi.

"Gua? Gua tau semuanya! Karena apa? Gua orang yang sangat mencintai Nola. Tapi apa? Gara-gara lo dia ga mau pacaran lagi!" Sentak Rey.

"Gara-gara gua?" tanya Gery sambil tertawa. "Harusnya dia tanya sama diri dia sendiri. Mana mau gua pacaran sama perempuan kasar dan sama sekali ga punya kasih!" sambungnya.

"Kalau lo bisa menghancurkan Nola, gua akan hancurkan Gwen sehancur-hancurnya!" teriaknya di depan mata Gery. "Lo pegang omongan gua ya! Camkan itu" sentaknya di hadapan Gery dan pergi meninggalkan Gery.

Weewwwww... Makin seru cuyy... Lo wajib baca ya part Nine. Bakalan baper habisss!!!

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang