"Nola??? Kenapa lo datang di kehidupan gua???"
"Reyyyy??? Kenapa Rey!!!!
"Nolaaaaaaaa???!!!!!!"
"REYYYYY!!!"
Gery berteriak berkali-kali. Ia juga telah ditegur berulang kali oleh suster.
"Maafin, Gua Gwenn!!! Maafinnn!!!!"
Boommmm
Genta dan Nadia mendengar suara itu. Namun mereka tak mendengar teriakan Gery lagi.
Ternyata, Gery mengantukkan kepalanya ke dinding. Ia pun terjatuh dan tak sadarkan diri karena benturan tersebut.
"Susterrrr!!! Susterrr!!! Tolonggg!!!!" Mereka berteriak. Tak lama kemudian, suster pun datang dan mengangkat Gery ke tempat tidur yang bisa disorong, lalu membawanya ke ruang UGD.
***
"Gwen?" panggil Genta.
"Genta!" sambil memeluk Genta.
"Gwen. Lo kenapa tadi ngusir Gery?" tanya Genta dengan lembut. Ia tak mau mengatakan bahwa Gery sedang di UGD. Ia tak mau membuat keadaan semakin parah. Ia tak mau membuatku semakin drop.
"Gua benci sama dia! Gua baru tau dia mantan Nola!" sentakku sampai bergema. Di dalam kamarku hanya ada aku dan Genta. Nadia menjaga Gery.
"Tuhh... Lo tau dari mana?" tanya Genta dengan tersenyum kecil.
"Rey udah kasih tau semuanya! GERY JAHATTT!!!" teriakku dan menangis lagi.
"Nahh... Lo tenang dulu. Gua bakalan cerita sama lo selengkapnya." kata Genta. "Gery memang mantan Nola. Gery mutusin Nola karena Nola kasar. Kasar bukan tipe Gery. Lal..."
"Lohh??" cetusku.
"Tenang dengar dulu" kata Genta dengan tenang. "Lalu, dia kenal sama lo semenjak kita SMP. Dia suka sama lo. Lalu apa salahnya dia jatuh cinta lagi? Gery tak pernah lagi berhubungan sejak Nola membully lo pas Mos." jelas Genta lalu menarik nafas sebentar dan membuangnya. "Rey? Rey memang sepupu gua. Tapi, dia memang salah. Rey sama sekali gak suka sama lo. Terus ngapain dia bilang dia suka sama lo? Nahh... Di sini puncaknya. Dia suka sama Nola semenjak SD. Tapi karna ada Gery, cintanya tak terbalaskan. Oleh karena itu, dia mau menghancurkan hubungan lo dengan Gery karna Gery mutusin Nola" sambung Genta sambil mengelus kepalaku.
Aku tak tahu apa yang harus ku katakan. Aku percaya sama Genta. Apa aku harus mempercayai orang yang baru ku kenal? Aku bingung. Sekarang aku hanya bisa menangis. Menangis dan menyesali semua perbuatanku yang mengecewakan Gery.
"Oh iya, masalah berantam itu, justru Gery mau bela lo. Dia ga suka lo di permainkan sama Rey. Makanya dia berantem sama Rey." Genta berbicara lagi. "Biar lo tau, Dia bisa nangis cuma gara-gara cewe. Berarti dia sayang sama lo. Lo tau kenapa dia ga mau pacaran sama lo? Karena dia takut. Dia takut ninggalin lo. Dia harus SMA di Italia bersama nyokapnya." Genta menambahkan.
Aaaaaaaaaaaaaaaaa
"Dimana otak gue Gen? Dimanaaaa??? Dimanaaa??? Kenapa gue bisa percaya sama Rey! Gua harus jumpa sama Gery sekarang juga. Dimana Gery? Dimanaaaa???" teriakku.
"Lo sabar. Lo harus janji sama gua. Lo ga boleh drop dan tetap kuat!" kata Genta sambil memegang kedua tanganku. "Sekarang lo duduk di kursi roda. Biar gua temuin lo sama Gery" kata Genta dengan sangat lemas hingga meneteskan air mata.
"Gen... Lo kok nangis? Gery kenapa Gen??? Gen.... Jawabbb!!!!" paksaku sambil menggoncangkan badan Genta.
"ikut gua" kata Genta dengan datar.
Genta membawaku perlahan kamar. Kami masuk ke lift. Lalu setelah keluar lift, aku melihat Nadia tepat di depan UGD.
"Nad ngapain lo disini?" tanyaku dari depan lift yang sedang didorong menuju arah Nadia.
Nadia hanya diam tanpa suara. Wajahnya datar seperti ada yang di sembunyikannya.
"Gen?" panggilku.
"iya. Ayukk masuk..." mendorongku masuk ke ruang bertuliskan UGD itu.
Saat memasuki pintu aku langsung melihat Gery yang tertidur di tempat tidur namun tak menutup mata.
"Gery!!!" panggilku dari jauh. Aku ingin bangkit dan berlari dari kursi roda ku. Namun, Genta menghambatnya.
Kursi roda ku tiba tepat di samping tempat tidur Gery. Gery menatapku dan tersenyum dengan gaya manjanya.
"Gwenny sayang... Masih ngambek? Maafin gua yaa..." katanya dengan wajah pucat yang sangat lemas sambil mengelus kepalaku dengan tangan yang sangat dingin.
"Gery... Maafin gua. Gua salah pahamm... Gua sayang sama lo. Plisss maafin gua!" kata ku sambil memegang tangannya dan menangis.
"Hehee... Gwenny tak pernah salah. Udah jangan nangis. Tadi nitip puding coklat kan? Itu udah ku bawa..." kata sambil tersenyum kecil.
"Gery... Gua serius. Gua bakalan tinggalin Rey dan Nola. Itu bukti gua bener-bener sayang sama lo." kataku sambil mencium tangan Gery.
"makasih sayang. You are my everything. I love you." sambil berusaha bangkit.
"Gery... Ga usah bangkit juga..." kataku sambil mencubit tangannya. "oiya... Lo kenapa? Kok pakai acara di UGD segala?" tanyaku.
"oh ini, ga papa. Tadi agak ngantuk jadi numpang tidur... Hehehe" ia tertawa kecil.
"Seriusssss..." paksaku.
"Dia it..." kata Nadia
"Sttttt... Ga usah ikut campur" kata Genta sambil mengarahkan jari telunjuknya tepat di bibir Nadia.
"huuufffttt. Gua terus yang ga dapat info ya..." kesalku.
"Ya udah sini gua bisikin" Kata Gery sambil bangkit dan mendekatiku.
.
.
."I LOVE YOU" bisiknya lalu mencium pipiku.
Awwwwwww... Tamat jugaaa
Oppp
Tenang dulu. Jangan nangis.
Belum tamat kokKan aku janji 20 atau 30 part kn? Ga mungkin donk aku ingkari.
Tenang... Bakalan banyak rintangan yang harus di hadapi 3G.
Jadi, siapkan mental dan fisik kalian ya...
LUphh yuu all
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine
Teen FictionCerita ini aku tulis karena terinsipirasi dari teman sekelasku. Sebut aja namanya Gwen. Dia memiliki seorang sahabat bernama Gery. Gery menyayangi Gwen, bukan mencintai. Lalu, terjadilah konflik.