"Siwon-ah, selamatkan aku!" Lee DongHae, namja itu langsung menarik tangan Siwon yang baru saja keluar dari toilet, tidak memperhatikan wajah Siwon yang tengah meringis seperti kesakitan. Itu semua karena ia terlalu fokus untuk melarikan diri dari acaranya. Saat ini para rekannya sedang mengadakan pesta bujang untuknya, namun entah mengapa ia merasa luar biasa bosan dan memutuskan untuk diam-diam kabur dari acara tersebut. Tentu saja dia tidak kabur sendiri, dia mengajak Siwon agar namja itu dapat membelanya saat nanti dia mendapat amukan dari para member lainnya, atau setidaknya Siwon pasti mampu untuk membeli ganti ikan-ikannya, bila para rekan lain tega mencelakai peliharaannya tersebut.
"Yak Lee DongHae! Kau gila! Ini acaramu, kenapa kau malah kabur huh?! Aish! Aku bisa dibunuh Kangin Hyung!" DongHae yang sedang menyetir langsung menginjak rem mendadak mendengar nama Kangin.
“Kangin Hyung yang merancangkan ini?” Tanyanya dengan wajah ngeri.
"Yak! Kau ingin membunuh kita berdua? Aish jinjja! Turun! Aku yang akan menyetir!" Maka disinilah mereka sekarang, mengelilingi kota Seoul tanpa arah tujuan yang jelas. Siwon paham jika DongHae gugup karena pernikahannya esok hari namun tetap saja tindakannya tidak dapat dibenarkan. Siwon harus menerima kemarahan para member, menggantikan posisi DongHae yang sudah ketakutan. Walaupun hanya dari telepon, tapi cukup menyeramkan mendengar suara para member yang tiba-tiba lebih tinggi satu oktaf. Bahkan Kangin mengancam akan menghadiahkan sebuah bogem matang padanya. Semua itu membuat DongHae merasa bersalah.
"Won-ah... Mian..." Lirih sang calon mempelai.
"Gwenchana..." Siwon menghela napas berat. Antara lelah dengan dengan sikap DongHae dan menahan rasa sakit pada perutnya.
"Kau marah padaku... Mian... Aku tahu aku kekanakan. Mian.. Aku berjanji ini yang terakhir."
"Jangan membuat janji yang belum tentu bisa kau tepati, Hae-ya.." Jawaban Siwon sangat tenang, bahkan terlalu tenang sampai membuat DongHae merinding.
"Kau marah padaku.. Hiks.. Mianhaeyo... Jongmal mianhae.." Siwon kembali menghela nafas. Jika DongHae sudah begini, siapa lagi yang mampu bertahan dengan kemarahan.
"Yak! Kau akan menikah besok dan masih menangis seperti bayi hari ini? Aish! Ottokhe, huh?! Hae-ya, bohong kalau aku bilang aku tidak marah padamu, aku jengkel sekali dengan sikapmu! Keundae, aku tahu kau pasti punya alasan melakukan ini..."
"Aku tiba-tiba merasa bosan lalu ingin pergi. Tapi aku juga tidak tahu mau kemana, dengan siapa, melakukan apa. Seluruh hati dan pikiranku seperti lelah dengan semua ini. Aku tidak bermaksud membatalkan pernikahanku, tapi aku hanya....lelah...mungkin... Entahlah.. Aku tidak memahami diriku sendiri." DongHae mengalihkan tatapannya keluar jendela sehingga tidak melihat senyum yang sudah muncul di bibir Siwon.
"Kau gugup Hae-ya.. Gwenchana! Semua calon mempelai pasti mengalaminya. Hmm.. Kau tahu, seharusnya kau mengajak Sungmin Hyung, dia pasti lebih paham dan bisa memberikan saran yang tepat untukmu. Kau salah 'menculikku' Hae-ya!" Siwon menutup ucapannya dengan tawa yang sangat menggelegar, membuat DongHae ikut tertawa.
"Shirreo! Kalau aku mengajak Sungmin Hyung, yang ada aku malah diceramahi dan membuatku makin bosan! Uhm.. Siwon-ah, enaknya kita kemana dan berbuat apa yaa? Haaaahhh!! Aku mulai bosan dijalanan!" DongHae menguap sambil meregangkan tubuhnya sampai tangannya menutupi pandangan Siwon.
"Yak! Singkirikan tanganmu! Kau mau membuat kita celaka huh? Aish jinjja!"
"Hehehe... Mian Won-ah.. Jadi kita mau kemana?"
"Pulang! Kita kembali ke dorm supaya para member bisa melampiaskan kekesalan mereka padamu!" Siwon menampilkan smirk jahilnya dan menekan pedal gas.
"Andweeeeee!!!!"***
Tentu saja Siwon tidak setega itu pada DongHae. Ia mengemudikan mobilnya ke suatu tempat yang ia pikir bisa sedikit meredakan kegugupan DongHae: Pantai! Tidak dekat memang, namun menurut perhitungan waktu Siwon, mereka tidak akan mendapat masalah besar jika ke sana.
Siwon tersenyum melihat kelakuan DongHae yang seperti anak kecil kegirangan bermain di pantai. Saat itu sudah bukan siang lagi, namun DongHae tidak peduli. Dalam kegelapanpun ia senang berada dekat dengan laut bermain dengan sang ombak yang seakan mengajaknya bercanda.
“Siwon-ah! Ayo kesini! Ayo main air! Airnya asin, mashiii!!”
“Yak! Jangan minum air laut itu, neo babo-ya! Aish jinjja! Jangan terlalu ketengah Hae-ya! Ini sudah malam, bahaya! Ayo kita pulang! Besok kau harus bangun pagi!”
“Sebentar lagi ne? Aku masih ingin main sebentar.” Siwon tersenyum melihat DongHae yang bersemangat. Bukan hanya main air, dia juga berteriak-teriak, seakan melepaskan kepenatannya. Siwon menyaksikan semuanya dari bibir pantai sambil menahan rasa sakit yang kembali melanda perut bagian bawahnya.
“Hae-ya, kajja kita pulang!” Siwon mengajak DongHae pulang sewaktu sakitnya mulai tidak tertahankan. Keringat mengucur deras di dahinya, tangan dan kakinya mulai dingin serta wajahnya mulai pucat menahan sakit.
“Hae-ya... Kajja!!” Seru Siwon lebih memaksa.
“Nee...neee... Kau cerewet sekali! Mengganggu kesenangan orang saja!” DongHae masuk ke dalam mobil yang sudah dinyalakan oleh Siwon, memasang sabuk pengaman lalu memejamkan matanya sambil tersenyum.
“Gumawo Siwon-ah! Kau memang yang terbaik! Aku tidur dulu ne..” Siwon hanya mampu tersenyum melihat kelakuan DongHae. Ia senang melihat kawannya kembali tenang, namun ia juga takut. Takut tidak bisa menahan rasa sakitnya dan membuat mereka celaka. Oleh sebab itu, dia terus berdoa agar Tuhan melindungi perjalanan mereka.***
“Hae-ya, ireona! Kita sudah sampai!” Berusaha tampil senormal mungkin, Siwon membangunkan DongHae yang terlelap dengan nyenyaknya.
“Eunghhh... Sudah sampai? Whoaaa!!! Gumawo Siwon-ah!”
“Heum.. Cheonma... Keundae Hae-ya, berjanjilah satu hal padaku, apapun yang terjadi, besok kau harus tetap menikah. Dengan atau tanpa kehadiranku, kau harus tetap menikah!” Kalimat Siwon membuat DongHae yang sedang membuka sabuk pengamannya langsung mengernyit bingung menatap namja tampan itu.
“Yak! Mengapa kau berkata begitu?! Apa maksudmu?”
“Eum...” Sial! Ini sakit sekali. Jebbal! Tahan sebentar lagi! jangan sampai DongHae menyadarinya!
“Aniyaa... Geunyang... Ummm...”
“Yak Choi Siwon! Jangan bilang kau tidak akan datang besok?!!! Awas saja!!! Aku akan.....”
“Yak Lee DongHae! Jangan macam-macam! Dewasalah sedikit!”
“Tapi... Kau kan sudah berjanji! Bahkan aku lebih memilihmu dibandingkan Teukie Hyung atau Hyukie untuk menjadi pendamping utamaku...” DongHae mengucapkan kalimat itu dengan sangat lirih bahkan Siwon yakin namja itu sudah hampir menangis.
“Yak, uljima! Mianhae.. Kemarin nae Abeoji berpesan untuk menggantikannya pergi rapat ke Taiwan besok. Aku sudah coba mengulurnya, tapi kau tahu sendirikan nae abeoji seperti apa? Atau bagaimana jika kau saja yang bicara padanya...”
“Shirreo! Choi Ajjushi sangat galak! Shirreo!” Berhasil!
“Mianhae... Aku juga tidak tahu akan mendadak seperti ini... Jongmal mianhae! Chukkae! Haengbokaseyo!”
“Heum...” DongHae masih tertunduk, ia menangis.
“Uljima, Hae-ya! Mianhae...” Siwon memeluknya erat dan dibalas sama eratnya oleh DongHae. Siwon ikut menangis, karena ia tidak dapat menghadiri hari bersejarah DongHae dan karena ia menyesal harus membohongi DongHae. Namun Siwon tidak memiliki pilihan lain. DongHae bisa berbuat nekat jika ia tahu yang sebenarnya.
“Turunlah dan tidur! Besok pagi jangan sampai terlambat bangun! Jaljayo!” Siwon mengusap sayang kepala DongHae dan dibalas dengan anggukan lemah.
“Kau juga hati-hati! Gumawo!” DongHae turun dan berjalan masuk ke rumahnya dengan langkah lunglai. Siwon menyaksikan hal tersebut juga dengan hati yang tak kalah sakit dari sakit yang ia rasakan diperutnya.
“Mianhae, Hae-ya...”_to be continue_