Warning!
Very short story
Awas baper!"Aaarrgggghhh!!!!" Sang Leader membanting telepon genggamnya, membuat Sang Cinderella terkejut kemudian memungut benda tak berdosa itu. Sebagai penyuka warna merah, tentunya gambar dengan tulisan berwarna merah berukuran besar menarik perhatiannya.
Kangin Out!
SungMin Out!Begitulah yang tertulis disana. Ia menghela napas lelah, mengembalikan benda tersebut kepada sang empunya, sambil duduk disebelah chingunya tersebut.
"Gwenchana... Kita pasti bisa melaluinya.. Yaksokhe!"
"Hmft! Jinjjayo? Kau seperti tidak tahu mereka saja! Lagipula kau bukan Leader, kau tidak tahu beratnya tanggungjawab yang perlu kutanggung! Aarrgghh!!!"Sang Cinderella tersenyum sambil menepuk-nepuk bahu namja disampingnya tanpa berkomentar apapun.
"Kau tahu, aku yakin sebentar lagi pasti akan segera menyusul postingan yang bertuliskan 'LeeTeuk Out!' Aarrgghh!!"
"Eum.. Dan benar sajaaa..." Heechul menunjukan gambar seperti yang diprediksikan oleh Leeteuk, membuat sang malaikat menjambak rambutnya.Sungguh dia tidak kuat jika terus seperti ini. Dia hanya manusia biasa, mereka hanya manusia biasa! Mereka bisa melakukan kesalahan, mengambil keputusan yang keliru dan mengecewakan banyak orang. Akan tetapi, bukankah keluarga itu memaklumi emosi sesaat serta memaafkan setiap kesalahan sebelum ada atau bahkan tanpa ada kata maaf yang terucap? Bukankah keluarga mengasihi dengan tulus dan menerima keberadaan masing-masing apa adanya? Bukankah keluarga tidak bisa diputuskan hubungannya karena alasan apapun? Bukankan semua personel Super Junior adalah keluarga?!
'Keluarga? Cih! Itu hanya kamuflase! Situasi seperti ini membuktikan hal tersebut!'
Leeteuk menangis meraung. Sebut dia lemah, sebut dia tidak tegas, sebut dia dengan panggilan sehina apapun, dia akan menerimanya. Akan tetapi, jangan minta dia untuk mengambil keputusan untuk membuang dongsaeng-dongsaengnya, dia mati!"Gwenchana Teukienim... Na wasseyo! Gwenchana..." Heechul menarik Leeteuk dalam pelukannya, berusaha menjadi bahu yang nyaman untuk sang Leader mencurahkan kegundahannya.
'Menangislah chingu, menangislah di bahuku, kau membutuhkannya.. Mianhaeyo... Sebagai chingu, aku hanya bisa melakukan ini... Jongmal mianhaeyo, Leader-nim...'
_the end_