Lee DongHae. Namja itu sudah tapi dan terlihat sangat tampan dalam balutan tuxedo putihnya, berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang nampak sendu. Bagaimana tidak? Pendamping utamanya, chingu yang paling bisa menenangkannya, mendadak tidak bisa hadir di hari bahagianya.
DongHae masih menundukan kepalanya dan larut dalam pemikirannya sendiri sehingga tidak menyadari bahwa Leeteuk sudah berdiri disampingnya, memandang prihatin pada dongsaeng kesayangannya itu.
"Hae-ya.. Gwenchana?" Tepukan ringan dibahu menyadarkan dirinya dari lamunan.
"Eoh Hyung... Gwenchanayo.."
"Aish! Mana ada yang percaya kau baik-baik saja kalau wajahmu kau tekuk seperti kasur lipat begitu! Aigooo!! Tersenyumlah Hae-ya! Ini hari bahagiamu!" DongHae menarik kedua ujung bibirnya, memaksakan senyum. Benar kata Leeteuk, ini hari bahagianya tapi ia merasa hampa tanpa kehadiran namja itu.
"Omooo!!! Jelek sekali senyumanmu! Cobalah lebih baik lagi!" Leeteuk duduk di samping DongHae sambil mencubit manja pipi sang dongsaeng bagaikan namja itu masih balita.
"Aish, geumanhaeyo Hyung!" DongHae menghalau tangan Leeteuk dan menggamitnya sambil meletakan kepala pada bahu Hyungnya dan memejamkan mata.
"Yak! Aigooo!! Dalam hitungan jam...ani.... Menit! Dalam hitungan menit kau akan berstatus kepala keluarga dan begini kelakuanmu sekarang?!! Aigoooo Lee DongHae!!"
DEGH! Ucapan yang sama. Sungguh ia berusaha mencari kenyamanan agar bisa merasa tenang, namun perkataan Hyungnya itu malah mengingatkannya pada sang sumber kesedihan.
"Hiks...hiks... Dia jahat, Hyung! Dia tega padaku! Hiks...hiks... Dia memilih bisnis keluarganya dibanding aku..hiks.. Padahal...hiks.. Dia bilang dia...hiks... Dia menganggapku saudaranya!! Tapi sekarang...hiks... Dihari pentingku dia malah..hiks...hiks..." Dan tumpah sudah airmata yang sekuat tenaga ditahannya. Leeteuk sampai kehabisan kata-kata untuk menenangkan sang calon mempelai. Ah! Dia butuh Siwon sekarang!
***
"Hyung, jebbalyo... Tidak bisakah ditunda satu jam lagi saja? Jebbal?!" Ini adalah yang kesekian kalinya Siwon memohon sampai membuat yang ditanya merasa kesal.
"Mianhamnida Busajangnim..."
"Aissshh Hyungnim!!Jangan panggil aku dengan sebutan itu! Aish jongmal!"
"Kalau begitu hentikan juga menanyakan hal yang sama! Kau tahu, seharusnya kau sudah selesai dioperasi! Aku sudah mengambil risiko besar dengan mengikuti permintaanmu! Kau tahu, usus buntumu bisa pecah kapanpun, Choi Siwon Busajangnim!" Park Hyun Bin, dokter kepercayaan keluarga Choi mulai meradang karena pasiennya yang satu ini sangat keras kepala. Seharusnya Siwon sudah menjalani operasi sejak kemarin siang, saat namja itu memeriksakan dirinya dan hasil diagnosa menunjukan bahwa dia mengalami appendicitis atau lebih dikenal dengan radang usus buntu. Namun nyatanya, sampai saat ini dia masih mengulur-ulur waktu, membahayakan keselamatannta sendiri demi rekannya.
"Hmm.. Tolonglah, Hyung.. Sekali lagi ini sa... Akh!" Siwon merasakan nyeri yang teramat sangat pada perut kanan bawahnya disertai dengan mual yang cukup mengganggu.
"Segera siapkan ruang operasi!" Park Uisanim memberi perintah pada suster yang ada disampingnya.
"Chakkamanyo Hyung! Tolong beri aku 10 menit lagi!"