03

47 0 0
                                    

Abid melewati setiap koridor sekolah namun masih saja tidak ada yang menunjukan kelasnya.

Abid lebih memutuskan untuk pergi kekantin ditimbang mencari kelas baru yang tiba tiba menghilang ditelan bumi.

Setelah mendaratkan tubuhnya di kursi dengan lantangnya ia memesan bakso tanpa memesan ke meja yang sudah disediakan.

Tak lama kemudian terdengar suara lantang laki-laki paruh baya disertai batuk.Yang tak lain adalah penjaga kantin yang bernama Pak Opik.

"Abid pesananmu sudah jadi!"

Karena tidak tega melihatnya, Abid melangkah untuk membawa
pesanannya.

"Pa Opik harusnya sadar diri.
Udah berumur malah teriak kalo serangan jantung terus mati disini,sekolah ini bisa berhantu lagi,seremm pak." Ujar Abid.

"Makannya klo kasihan pesan baik baik itukan meja udah disediain!"

Tunjuk Pak Opik kearah meja coklat tanpa ada orang yang menunggunya.

"Gimana mau pesen itu aja kosong molompong,pak Opik pak Opik." Gelengan kepala abid sambil membawa bakso dan perasan jeruk terenak dikantin sekolah ini.

"Ehhh bayar duluu!!"

"Pakk saya nanti bayarnya kaya biasa.Tapi nanti dibayar ko takut amat pak." celetoh Abid.

"Abidd kamu tuh mampu bayar jika kamu tidak bayar dengan sengaja, rezeki mu seperti ditembok besarkan jadi gabakal pernah masuk malah terpental"

Ceramah gratis dari Pak Opik membuat perut Abid terasa sudah memakan bakso 10 porsi.

"Keburu begah pak" Sambil memberikan uang 10 ribu kearah meja kaca tukang bakso itu.

"Gitu dong"

Abid berjalan kembali ke meja favoritnya paling pojok dikantin karena menurutnya tempat itu bisa memandangi seisi kantin, namun tempat duduknya tidak terlalu bisa dilihat oleh seisi kantin.

Baru saja Abid menikmati kuah bakso,tiba tiba ada segerombolan anak yang menghampiri meja.

"Bid dari mana aja si?lokan satu kelas ama gue.Tapi gue galiat lo daritadi." Suara Andika teman karib Abid dari kecil hingga sekarang.

"Gue tadi kekelas.Tapi gada orang
yaudah gue cabut kesini." Kata Abid sambil menambahkan sambel kedalam bakso.

"Kapan? jangan-jangan lo kekelas yang dilantai 3 lagi" Sekarang Andri yang mengeluarkan suara.

"Bid ada cewe lo tuh bid." Cowo berkacamata disamping Abid, yang tak lain sahabat kecilnya siapa lagi kalo bukan Andra, menunjuk sesosok perempuan dilorong kantin

"Bidd lu jadian ama die?ko lu mau si mending buat gue dah,haha." Sijomblo karatan mulai berkicau yang tak lain Andri si adik kembar Andra.

"Cabut yuk gue uda kenyang!"
Ajak gue sambil berdiri dan pergi dari kantin.

"Abidd tungguin.Ih dede ditinggal mulu sedi deh" Teriak manja jelemaan Andri tidak dihiraukan oleh kami semua bahkan kakanya sendiripun mengacuhkan.

PenyesalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang