Guntur dan Undangan

390 30 0
                                    

Suara setumpuk kertas kerja yang menyentuh meja mahoni beralaskan kaca tebal terdengar kurang tajam karena banyaknya gabungan suara lain yang hadir di ruang kerja pribadi si bungsu Uchiha. Ada televisi datar keluaran terbaru yang sedang menyiarkan dengan volume suara rendah sebuah kilas berita tentang prakiraan cuaca sore dengan topik hujan yang akan mengguyur seisi Konoha. Ada suara bising khas dari air conditioner besar yang terinstal di tepi jauh ruangannya, juga dengung rendah dari mini refrigerator yang turut mengisi ruang di kantornya. Ada pula suara langkah kaki Sasuke Uchiha yang masih melangkah sibuk kian kemari tanpa pernah bertahan lama di satu titik yang sama. Juga suara baritone-nya yang dalam dan khas.

"Hn. Ya, aku tahu. Aku tahu, Okaa-san. Ya, aku akan pulang cepat. Aku janji. Ya, ya. Hn. Jaa na," ujar Sasuke sembari mempertahankan ponsel pintarnya di dekat telinga kirinya sementara tangan kanannya sibuk mengacak-acak meja rendah khusus untuk menjamu tamu secara pribadi. Hanya berselang beberapa detik setelah menutup telepon tangannya menemukan benda yang dicari-carinya.

Sebuah remote televisi. Ia menekan tombol power dan televisi berkedip cepat dengan bunyi bip lalu melempar kembali remote televisi itu ke atas meja tempatnya berasal. Ia melangkah kembali menuju meja kerjanya dengan napas berat. Ia mengambil tempat di kursi kebesaran Uchiha yang dibalut kulit berkualitas nan mahal yang empuk, dan memijit pelipisnya yang lelah.

Hari itu entah hari keberapa sejak pekerjaan di kantor milik keluarga Uchiha membludak secara kejam. Sasuke sendiri menghabiskan setidaknya delapan belas jam sehari untuk berada di kantor selama seminggu terakhir. Bukan suatu berita buruk memang, justru perusahaan mereka sedang menerima beberapa proyek besar sekaligus untuk dijalankan. Suatu keuntungan besar yang harus dibayar mahal dengan jam tidur yang tersisih dan otot yang semakin letih.

Sesuatu tiba-tiba mengagetkannya.

Tanpa ada peringatan, listrik ruangannya padam, meninggalkannya dalam gelap sepenuhnya.

ZTAARRRR...!

Suara guntur yang menyalak garang terdengar dan menggetarkan gedung berlantai enam milik keluarga Uchiha. Tidak ada cahaya kilat yang menyambar masuk ke ruangan Sasuke yang benar-benar terisolasi dari lingkungan luar.

Dua detik setelah sambaran guntur tersebut, listrik kembali berkedip dan mempertahankan nyalanya. Ia segera mengangkat gagang telepon yang ada di mejanya dan menekan nomor panggilan cepat untuk menghubungi sekretarisnya. Telepon berdering sekali sebelum suara seorang pria dewasa menjawab.

"Ya, Uchiha-san. Anda memerlukan bantuan?"

"Aku tak apa-apa. Juugo, periksa stabilitas listrik gedung ini dan area sekitarnya. Pastikan tidak ada yang terkena dampak setelah guntur tadi. Setelah selesai, laporkan padaku segera dan kau boleh pulang," perintah Sasuke tanpa kesulitan.

"Baik, Uchiha-san. Saya akan laksanakan," jawab suara di ujung lain telepon sebelum Sasuke meletakkan gagang dan mengakhiri pembicaraan.

Dia sudah berjanji pada Ibunya untuk pulang cepat hari ini. Tapi dia harus memastikan tidak ada yang rusak atau terganggu setelah pemadaman listrik barusan. Perusahaan mereka tidak perlu masalah tambahan di tengah hiruk pikuk proyek yang sudah sangat menyita waktunya. Memastikan keamanan gedung adalah hal terakhir yang harus dilakukannya sebelum menutup hari kerjanya.

Selagi menunggu kedatangan laporan sekretarisnya, ia merapikan beberapa tumpukan kertas yang menghiasi meja kerjanya. Tugasnya memang belum tuntas, tapi karena menyelesaikannya di hari yang sama sekarang menjadi tidak mungkin, ia harus menyisihkannya untuk hari esok. Di tengah kerja tangannya yang cekatan, ponsel pintar miliknya yang disimpan di dalam saku celananya berdering. Ia mendelik.

Mendung MemoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang