Short Message dan Tanda Pertama

253 26 0
                                    


Sasuke menatap layar ponsel pintarnya; membeku dan dalam kebingungan. Baru saja dia menerima sebuah pesan singkat yang dikirim dari kontak bernama Dobe. Dia sedang berjalan sendirian di lobi kantornya saat getaran singkat itu memanggil perhatiannya. Dalam campuran emosi yang didominasi kebingungan dan rasa khawatir lebih daripada yang lainnya, ia membaca kembali—untuk yang kesekian kalinya—barisan teks singkat pada layar.

From: Dobe

Content:

Hei, teme. Aku akan ke Kiri untuk beberapa hari. Aku tidak bisa membawa Boruto dan Himawari bersamaku, jadi aku minta tolong padamu untuk menjaga mereka sementara aku pergi. Aku sudah bilang pada Sakura, dan mereka sudah ada di rumahmu sekarang. Aku titipkan mereka padamu.

Selagi dia membaca ulang pesan tersebut, ponselnya kembali bergetar singkat, tanda bahwa ada pesan lain yang masuk. Rupanya dari orang yang sama.

From: Dobe

Content:

Maaf kalau aku merepotkanmu, maaf juga kalau ini mendadak. Tapi aku buru-buru, tidak ada orang lain yang bisa terpikir olehku selain kau untuk minta tolong. Maaf ya.

Sasuke tersenyum tipis. Entah kenapa ada sedikit rasa bangga begitu dia selesai membaca pesan tersebut.

(Tidak perlu minta maaf. Sudah pernah kubilang, 'kan. Aku selalu ada bersamamu.)

Senyum Sasuke tidak bertahan lama; air wajahnya ciut kembali ke dalam renungan serius. Dia tidak masalah dengan kehadiran Boruto dan Himawari di rumahnya, sama sekali tidak. Tapi hal yang mengganggu pikirannya adalah alasan di balik kepergian mendadak Naruto ke kota Kiri. Kota itu adalah tempat yang pastinya memberi kenangan pahit bagi pria itu, lalu untuk apa dia pergi ke sana? Sasuke tahu bisa saja itu beban pekerjaannya, tugas yang diberikan atasannya di menit-menit terakhir. Tapi firasatnya seakan-akan meneriakinya dengan peringatan, mendorong akalnya untuk mencurigai motif kepergian sahabatnya—(Apa kata itu masih berlaku sekarang?)—secara tiba-tiba.

Jari-jemarinya menari dengan lincah di atas layar, mengetuk huruf demi huruf untuk memberi balasan akan pesannya.

To: Dobe

Content:

Tidak perlu minta maaf. Tidak masalah, rumahku akan selalu terbuka untukmu. Apa yang kau lakukan di Kiri? Pekerjaan?

From: Dobe

Content:

Terima kasih, Sasuke. Soal itu aku tidak bisa bilang untuk sekarang. Bukan pekerjaan, urusan pribadi.

To: Dobe

Content:

Urusan apa? Kau bisa bilang padaku, aku bisa membantumu.

From: Dobe

Content:

Tidak perlu. Aku tidak mau merepotkanmu. Aku bisa mengurusnya sendiri. Tenang saja.

Sasuke ingin mengatakan bahwa dia sama sekali tak akan merepotkan dirinya, tapi jarinya langsung menghapus balasan itu sampai tuntas. Alih-alih memberi balasan, Sasuke kembali ke pesan terakhir yang dikirim oleh pria itu. Matanya terfokus pada kalimat terakhir dalam pesan tersebut.

Aku bisa mengurusnya sendiri. Tenang saja.

(Kau suruh aku tenang? Bagaimana mungkin? Kau di sana, jauh dari tempat aku bisa memandangmu. Jangan pergi.)

Sasuke hampir saja mengetik pesan balasan "Jangan pergi", tapi dia segera sadar bahwa tindakannya tidak akan berarti apa-apa, tidak akan mengubah keputusan Naruto sedikitpun. Ia menghela napas lelah, memasukkan ponsel hitam pribadinya ke dalam saku celananya. Ia berdiri di balik dinding kaca tembus pandang, menatap awan mendung yang tampak berat menggantung di atas langit. Tinggal menunggu hitungan menit sebelum hujan deras akan mengguyur kota Konoha.

...

...

...

...

...

'Jangan melakukan hal bodoh, Naruto. Aku tak berdaya melakukan apa-apa kalau kau menjauh dariku seperti ini. Lekaslah kembali.'

(Jangan melakukan hal bodoh, Naruto. Kau tak seharusnya menjauh dariku seperti ini. Jangan pergi dan tinggallah selamanya di sini.)

Mendung MemoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang