Rio terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan mata lalu mengusap wajahnya seraya mendengus malas.
"Mimpi yang sama." Ucap Rio yang kini menatap langit kamarnya dengan tatapan kosong.
"Siapa sih gadis itu. Kenapa selalu saja hadir di mimpiku, membuatku semakin penasaran saja." Gerutu Rio.
"Andai mimpiku itu nyata. Ah sudahlah, bisa-bisa aku gila hanya karena gadis misterius itu." Decak Rio sambil mengusap dagunya.
Akhir-akhir ini Rio memang sering bermimpi tentang seorang gadis bak puteri kayangan. Gadis di dalam mimpinya itu selalu tersenyum meskipun wajahnya terlihat samar. Rio ingin sekali bertemu dengan gadis itu, melihat dengan jelas wajahnya tentunya. Namun semua itu hanya sekedar bunga tidur. Mana mungkin bisa menjadi nyata.
Lama termenung, akhirnya ia beranjak pergi ke kamar mandi. Mungkin mandi air dingin bisa menyegarkan badan dan juga pikirannya.
Dengan malas Rio memutar knop pintu kamar mandinya. Dan saat itu juga mata Rio membulat sempurna. Ia mematung tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"S-siapa kau? kenapa ada di kamar mandiku?" tanya Rio kaget dengan nada sedikit meninggi saat dilihatnya seorang gadis terduduk di lantai kamar mandinya. Gadis itu memakai dress putih selutut dan memiliki bercak merah tepat di bagian paha kanannya.
"I-ini dimana?" tanya gadis itu saat disadarinya tempat ini asing baginya.
"Jangan pura-pura tidak tahu. Kau berada di kamar mandi kamarku dan-" ucap Rio terputus saat didengarnya sang adik meneriaki namanya cukup kencang.
"Kak Riooooo!" pria itu menghela nafas panjang sebelum kembali berucap.
"Tunggu di sini dan jangan keluar sebelum aku kembali." Perintah Rio yang dibalas tatapan bingung oleh gadis itu.
"Rio, buka pintunya. Aku tau kau sudah pulang semalam."
"Rio, cepat buka aku-"
Ceklek
"Kenapa dikunci? apa kau menyembunyikan perempuan di kamar ini?" cerocos Rea saat Rio sudah membukakan pintunya.
"Jaga ucapanmu, Bitch! aku masih terlalu suci untuk melakukan hal gila seperti itu." Geramnya saat melihat adik kembarnya itu membuka gorden dan juga jendela kamar yang masih tertutup rapi.
"Dasar Jerk kecil, kenapa selalu melupakan hal kecil seperti ini sih?" kesal Rea yang mendelik sinis ke arah Rio.
"Apa kau bilang? kecil?" Rio berdecih pelan sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "Bahkan, aku lebih tua darimu."
"Terserah, Jerk! sekarang aku mau mandi di sini karena kamar mandiku krannya masih rusak."
Shit!
Rio bergerak cepat menahan lengan adiknya yang hampir sedikit lagi akan menyentuh knop pintu kamar mandi. Bisa hancur riwayatnya jika ia ketahuan menyembunyikan perempuan di kamar mandi meskipun ia tidak tahu siapa yang membawanya ke sini.
"Lepas, Jerk!"
"Jangan mandi di sini!" Rea menatapnya dengan dahi yang sudah dikerutkan.
"Why?" ah, sial! bahkan saat ini Rio belum menemukan alasannya. Pria itu tak pandai berbohong dan ia juga tidak pernah berbohong kepada saudara kembarnya.
"Jangan bilang kau-"
"Aku tidak pernah membawa perempuan ke kamarku." Dan saat itu juga Rea menaikan sebelah alisnya.
"Kau berbohong!"
"Aku tidak berbohong." Jawab Rio saat Rea menatapnya tajam dan tentunya ia membalas tatapan itu tak kalah tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIA'FY LAND
Fantasy"Ka-kau?" gadis itu mematung tak percaya mendengar lontaran tajam dari pria di depannya. "Ya, aku tau! kau bukan manusia seutuhnya. Kau manusia yang terjebak di dalam mimpi."