Seorang pria berawakan tinggi melangkah lebar dengan congkaknya. Pria itu baru saja keluar dari kantor polisi untuk melaporkan kasusnya semalam. Pria itu tak tanggung-tanggung untuk turun langsung melaporkan dompetnya yang hilang dicopet.
"Fian?" ya, Fian. Pria itu hendak memasuki mobilnya namun tertahan saat sebuah suara menghentikan langkahnya. Dahi Fian berkerut saat seorang gadis berlari menghampirinya.
"Kau mengenalku?" tanya Fian saat gadis berseragam SMK itu sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Tidak." Jawabnya dengan gelengan pelan di kepala dan hal itu semakin membuat dahi Fian mengeriting.
"Ini," Fian menatapnya tak percaya, "Aku disuruh mengembalikan ini padamu."
"Di mana orang yang menyuruhmu?" tanya Fian penasaran saat gadis itu menghindari tatapan matanya.
"Aku tidak tahu."
"Jangan berbohong."
"Aku tidak berbohong."
"Aku akan melaporkanmu ke polisi dengan tuduhan telah mencopet dompetku jika kau tidak memberi tahu di mana orang yang menyuruhmu." Ancam Fian yang membuat gadis itu menegang seketika.
"Apa maksudmu? aku tidak mencopetmu justru aku mengembalikannya padamu." Tukas gadis itu cepat meskipun dengan wajah yang pucat.
"Aku tidak peduli." Ucap Fian yang kini mengambil alih dompet yang sedari tadi masih berada di tangan gadis SMK.
"Aku-" ucap gadis itu terpotong.
"Cepat katakan di mana!" gertak Fian tak sabar.
"Di belakang truk yang berada di belakangku." Ucap gadis itu pada akhirnya dengan suara yang sangat pelan. Sontak hal itu membuat Fian tersenyum tipis dan mengucapkan terima kasih padanya.
***
Fian tersenyum miring menatap gadis yang masih berpakaian sama seperti semalam. Gadis itu berjalan menunduk di sisi trotoar jalan dekat kantor polisi tanpa menyadari tatapan Fian yang seolah menelanjanginya.
Senyum miring andalan Fian semakin tertarik sampai telinga saat gadis itu berhenti tepat di hadapannya karena memang Fian sengaja menghalangi jalannya. Fian melihat jelas perubahan wajah gadis itu yang memucat seketika saat menatapnya.
"Apa kabar... gadis sialan?"
Deg
Gadis itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Tatapan yang menyiratkan tentang keadaan jantungnya saat ini. Gadis itu ketakutan hanya karena melihat senyum miring andalan Fian.
"J-jangan hukum aku." Cicit gadis itu dengan kepala yang ditundukan. Sontak hal itu membuat Fian menatapnya tak percaya. Bagaimana tidak, semalam gadis itu pandai sekali memberontak sedangkan sekarang sikapnya sangat alum tanpa diduga.
"A-aku minta maaf." Ucap gadis itu lagi dengan kepala yang masih menunduk. Gadis itu seperti sedang mengalihkan rasa takutnya dengan memilin ujung kaos yang kini dipakainya.
Fian melihat jelas ketakutan yang gadis itu rasakan. Fian berdecak pelan saat wajah gadis itu semakin terlihat pucat hingga membuatnya merasa iba seketika.
"Siapa namamu?" tanya Fian dengan datarnya yang langsung membuat gadis itu mendongakan kepalanya seketika. Gadis itu bungkam tak bersuara saat mata itu menatapnya tajam.
"Apa kau tuli?" tanya Fian lagi yang dibalas gelengan cepat oleh gadis itu.
"Lalu?" tanya Fian dengan alis yang dinaikan sebelah.
"Gi-gia." Gagapnya yang membuat Fian ingin sekali meledakan tawanya saat ini juga. Baru kali ini ia berhadapan dengan gadis yang memiliki sikap nervous berlebihan. Sebenarnya Fian sudah ingin menghentikan sikap dinginnya tapi entah kenapa ia ingin bermain-main dulu dengan gadis kecil ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIA'FY LAND
Fantasy"Ka-kau?" gadis itu mematung tak percaya mendengar lontaran tajam dari pria di depannya. "Ya, aku tau! kau bukan manusia seutuhnya. Kau manusia yang terjebak di dalam mimpi."