(terserah apa saya gak bisa mikir)-(Leo Tsukinaga x reader)

1.2K 85 5
                                    

"Uwaa!"

Seorang pemuda bersurai oranye tengah tergeletak di tengah koridor. Iris hijaunya menatap langit-langit koridor dengan tajam. Di sekitarnya terserak puluhan kertas yang berisikan notasi musik.

"Kenapa inspirasiku hilang di saat seperti ini sih..."

Leo mengetukkan pena yang dipegangnya ke kepalanya. Dahinya berkerut memperlihatkan bahwa ia tengah berpikir keras (yang sangat sangat jarang ia lakukan).

"Kalau saja ada (y/n) pasti aku langsung dapat inspirasi"

Ia mengguman kecil sambil terus mengetukkan penanya.

Dari ujung koridor, seorang perempuan datang mendekati Leo.

"...Leo-san? Kau sedang apa?"

Leo melirik ke atas kepalanya untuk melihat (y/n) yang datang tersebut.

"Uwaa! Rupanya tuhan benar-benar mengabulkan doaku!"

Dalam seketika Leo membalikkan tubuhnya. Pena di tangannya dengan cepat ia goreskan ke kertas. Sekali-kali ia mencuri pandang kepada perempuan besurai (h/c) tersebut.

(Y/n) menggelengkan kepala.

"Apapun yang kau lakukan, senpai, bisakah kau melakukannya di tempat lain? Kau menghalangi jalan"

Leo tidak mengubris perkataannya. (Y/n) menghela nafas pasrah. Akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkann perjalanannya saja.

Saat tengah mencoba menghidari puluhan kertas yang berserakan, Leo menarik kakinya.

"Jangan pergi, (y/n)!"

"Hah?"

"Kamu tidak boleh pergi! Inspirasiku tidak boleh pergi!"

"Leo-san..."

"Kau diam saja disini dan biarkan aku menyelesaikan karyaku, oke?"

"Tapi aku harus pulang...."

"Pulang bisa menunggu! Inspirasiku tidak!"

(Y/n) menghela nafas. Ia tahu dia tidak bisa memenangkan argumen ini.

"Ya sudah. Aku harus diam di mana?"

Ia menjauhkan lembaran-lembaran kertas sampai terdapat cukup tempat untuk satu orang.

"Sini"

(Y/n) menurut dan duduk di tempat yang disediakan. Iris (e/c)nya memperharikan pemuda bersurai oranye di depannya yang telah kembali berkutik dengan inspirasinya.

"(Y/n)? (Y/n)!"

Leo melambaikan tangannya ke wajah yang tengah melamun itu.

"Eh? Ada apa?"

"Wahaha! Wajah melamunmu sangat lucu!"

Rona merah muncul di pipinya.

"A-aku tidak..."

"Sudah! Sudah! Lupakan!"

Tangan Leo menarik lengan baju (y/n).

"Sini! Tidur denganku!"

"A-apa?!"

"Sini!"

Leo menepuk tempat di sebelahnya.

"...Baiklah"

(Y/n) menelungkupkan tubuhnya di sebelah Leo.

"Sebenarnya kau sedang bikin lagu apa sih?"

"Lagu untukmu, tentunya"

"Ya lagu tentang apa?"

"Ya tentangmu!"

Perempuan bersurai (h/c) itu menggelengkan kepala. Iris (e/c)-nya akhirnya memutuskan untuk menatap kertas di tangan Leo saja.

"Bagian sini kurang menyatu"

Jari (y/n) menunjuk ke sebuah bagian di karya Leo. Leo memperhatikan kertasnya dengan lebih saksama.

"Huh? Oh, kau benar!"

Dengan cepat ia mencoret bagian itu dan menggantinya dengan yang baru.

"Waha! Matamu teliti juga, ya, (y/n)! Bahkan mengalahkan mata musisi jeniusku!"

(Y/n) terkekeh sedikit.

"Tidak juga. Lagu-lagu yang kubuat tak pernah sebagus lagumu"

"Tapi tetap saja kau punya bakat!"

Ia menempelkan ujung pena ke mulutnya. Beberapa detik kemudian ia mengeluarkannya kembali

"Ah! Bagaimana kalau kau jadi muridku? Aku akan mengajarkan mu semua tentang membuat lagu!"

"Eh? Itu tidak perlu-"

"Sssh!"

Leo menempelkan ujung penanya ke mulut (y/n). Hal yang mengakibatkan pipi (y/n) memerah.

"Hal pertama yang akan kau pelajari, jangan menolak tawaranku!"

(Y/n) menyembunyikan wajahnya. Tidak ingin Leo melihat wajah merahnya.

"(Y/n)? Apa kau sakit? Wajahmu merah"

Tangan Leo memegang dahi (y/n). Gadis itu dengan cepat menepis tangannya.

"T-tidak. Aku tidak apa"

Iris hijau Leo menatap langit-langit. Terlihat memikirkan sesuatu.

"Tapi wajahmu merah. Kalau wajahmu merah ada dua kemungkinan. Satu, kamu sakit, tapi kamu bilang kamu tidak sakit berarti..."

Ia menusuk pipi (y/n) dengan penanya.

"Dua, kamu malu akan suatu hal. Jadi apa yang membuatmu malu?"?

(Y/n) menatap mata hijau Leo.

"Tadi... Penamu.. "

Ia menatap penanya.

"Ada apa dengan penaku?"

"Tadi kau menaruhnya di mulutmu..."

Ia mengikuti apa yang di katakan (y/n).

"Seperti ini?"

"Lalu kamu menaruhnya di mulutku..."

"Seperti ini?"

Ia kembali mengikuti apa yang dikatakan (y/n). (Y/n) dengan cepat memindahkan tangan Leo.

"Ya, seperti itu. Itu berarti kan... Ciuman tidak langsung?"

"Hmm? Ciuman tidak langsung? Aku tidak pernah mendengar ada ciuman seperti itu"

"Ya, itu seperti saat dua orang meminum satu botol yang sama"

"Oh...."

Leo menatap wajah (y/n).

"...Apa ada sesuatu di wajahku, Leo-san?"

"Hmm? Tidak ada sih"

Tangan Leo mengelus wajah (y/n).

"Aku hanya ingin melihat wajahmu. Wajahmu cantik"

Pipi (y/n) yang tadinya sudah merah tambah memerah.

"Lanjutkan saja lagumu itu"

Leo mengembangkan senyumnya dan menuruti perintah (y/n)

---"

Ini udh ngebusuk berapa lama gak di publish wwww

Req dri hasyahafizhanti maaf klo gk sesuai harapan ya :vv

Ensemble Stars-One ShotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang