"GAK!"
Pemuda bersurai merah itu melindungi kepalanya. Matanya tertutup rapat. Menolak mentah mentah ide yang diberikan sang ketua.
Leo memajukan bibirnya. Bando kucing berwarna merah ia genggam di tangannya.
"Ayolah Suo, cuma pakai saja"
Tsukasa menggeleng. Mencoba menepis tangan Leo.
"Absolutely not! Aku tidak mau memakai benda itu"
Jadi, ceritanya gini. 30 menit yang lalu seorang anak kelas 3 tiba-tiba membobol masuk kelas 1-A dan memaksa Tsukasa memakai bando kucing yang ia temukan di toko pinggir jalan. Untung saja semua teman sekelasnya sudah pergi.
"Lagian kenapa aku? Kenapa tidak Ritsu-senpai atau Narukami-senpai? Sena-senpai juga bisa!"
Hening. Tidak ada suara yang terdengar di telinga Tsukasa. Penasaran, Ia mencoba membuka sebelah matanya.
Aksi yang salah, tentu saja.
Tepat di depan mukanya adalah Leo. Menatap Tsukasa lekat-lekat.
"H-Huwaa!"
Gedubrak
Tsukasa jatuh dari kursinya dan menghantam lantai yang sama sekali tidak empuk. Wajahnya memerah karena malu yang tidak tertahankan.
"L-leader!"
Si tersangka mengeluarkan cengiran tidak jelas. Ia berjalan ke arah Tsukasa dan duduk di depannya.
"Untuk menjawab pertanyaanmu, Suo, aku beli dua bando. Satu untukku dan satu untukmu"
Dari sakunya ia mengeluarkan bando yang sama, namun berbeda warna. Bandonya berwarna oranye, sama dengan rambutnya.
Tsukasa tertegun melihatnya. Kesempatan itu langsung dipakai Leo untuk memasangkan bando merah di kepalanya.
"Nah, sudah~"
"A-Apa?!"
Tsukasa dengan cepat mencoba melepaskan bando itu. Namun naas, tangan Leo lebih cepat.
"Leader! Lepaskan tanganku!"
"Suo-"
"Semua orang akan menertawaiku!"
"Suo-"
"Kau juga pasti akan menertawaiku, kan?!"
"Suo!"
"Apa?!"
Tsukasa menatap Leo dengan wajah panik tidak karuan. Sebaliknya, Leo menatapnya dengan wajah serius yang jarang sekali ia tunjukkan.
"Tidak. Aku tidak akan menertawaimu"
Tsukasa terdiam. Wajahnya yang sudah merah makin menjadi. Leo tersenyum simpul dan memberikan bando oranye ke tangan Tsukasa.
"Nih, sebagai pembalasan kau boleh memakaikannya padaku"
Tsukasa masih bengong saat bando itu ada tangannya. Leo yang tidak sabaran melambaikan tangan di depan mukanya.
"Suo? Suo~!"
"Eh, iya?"
"Pakaikan bandonya padaku~"
Tsukasa melihat Leo dengan aneh. Namun, ia tetap melakukan suruhan sang ketua.
Leo yang dipakaikan bando itu mendengkur selayaknya kucing di tangan Tsukasa. Sang junior tertawa kecil melihat seniornya itu.
Leo yang mendengar tawa itu melihat ke arah Tsukasa.
"Hm? Kau pikir ini cocok?"
"Eh? T-tidak bukan itu maksudku-"
Tsukasa menggeleng cepat sambil mengembalikan tangannya. Leo tertawa kecil.
"Aku juga pikir itu cocok untukmu, kok"
Leo mengulurkan tangannya untuk memyentuh kuping kucing Tsukasa.
"Yah tapi gimanapun juga kau imut, sih"
"A-aku tidak imut!"
Tsukasa menjauhkan tangan Leo dari kepalanya. Wajahnya merah padam.
"Hm? Benarkah?"
Leo mendekatkan wajahnya ke Tsukasa.
"Kupikir kau imut. Imut sekali malah"
"L-leader-!"
Leo mendekatkan wajahnya lagi
"Apalagi kalau..."
"A-apa yang-"
Sang ketua mendekat lagi hingga kening mereka bersentuhan.
"Apalagi kalau kau malu-malu seperti itu"
-The End-
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
(Ku teriak-teriak sendiri bikinnya wkwkw)Kenapa saya malah bikin ini dan bukan req? Karena cerita ini tiba tiba terpikirkan di tengah tengah pelajaran bahasa sunda saat tengah mikirin tentang req (dan karena saya fans berat Leokasa wwww)
Jadi, yah, nikmati saja dulu Leokasa ini sambil saya muter otak nyari ide
KAMU SEDANG MEMBACA
Ensemble Stars-One Shots
FanfictionWarning:ooc, gaje:v, style nulis tdk tetap Request open tpi jangan terlalu berharap ya :v //digampar