Part 10 - Melepaskan (End)

1.1K 44 2
                                    

"karin belum cerita ya?" ibu karin menarik tanganku pelan mengajakku untuk berbicara di luar ruangan karin.
.

.

.

"karin. Sudah memiliki penyakit sejak berumur 10 tahun"

Aku kebinggungan mendengar ucapan ibu karin "penyakit? Penyakit apa tante?" tanyaku penasaran

" karin menderita Kanker otak. Dan dokter bilang umurnya ga bisa lebih dari 5 tahun" ibu karin menatap langit-langit rumah sakit.

Entah apa yang sedang ia lakukan.

Ia menatap kembali wajahku dan menghirup banyak-banyak oksigen.

Aku melihat mata ibu karin sudah berkaca-kaca.

Rasanya air mata ibu karin tengah berusaha keluar dari tempatnya.

Ibu karin kini menangis tersedu-sedu.

Hikss..

Hikss..

Hikss.

Aku kebinggungan harus melakukan apa saat melihat ibu karin yang tegar kini tengah menangis tanpa henti.

"tante ga papa?" tanyaku.

Ibu karin menghapus kasar air matanya dengan punggung tangannya.

"dia hebat" ibu karin menghentikan ucapannya.

'dia siapa? Karin?'

"dia bahkan bisa hidup 1 tahun lebih lama dari ucapan dokter waktu itu"

'ahh. Benar. Yang dimaksud ibu karin itu karin'

" saya dan suami saya sangat bahagia saat dia menginjak umur 16 tahun. Walau dia harus merasakan sakitnya kemotrapi berulang kali. Tapi dia tetap tegar menjalani hari-harinya"

Ibu karin terisak kembali.

Aku terdiam sejenak. Merasakan apa yang karin rasakan.

"dia memang ga pernah di diagnosis bahwa kanker Otaknya itu hilang. Tetapi, melihatnya begitu sehat banyak yang mengira dia hidup tanpa penyakitnya itu"

Aku menatap dalam-dalam wajah ibu karin.

Ia menarik nafasnya.

"saat dia masuk SMA. dia sangat bahagia. Kami pun sebagai orang tua karin turut bahagia melihat anak kami. Apa lagi saat karin mulai bercerita tentang kamu"

Ibu karin menoleh kearahku memberikan senyuman kepadaku.

"kamu. Satu-satunya laki-laki yang membuat anak saya lupa akan sakitnya. Lupa akan waktunya yang semakin berkurang. Dan kini waktunya telah habis didunia ini. Dia sudah bahagia disana. Ga akan ngerasain sakit lagi. Walaupun saya dan suami saya bukan orang tua kandung dari karin. Kami sangat bahagia saat mengetahui karin meninggal dalam keadaan bahagia. Dan buat kamu david. Saya tau kamu sangat mencintai anak kami. Tapi, tolong iklaskan dia. Dan jaga terus dia dihati kamu"

Aku mengangguk pelan.

Ibu karin berlalu meninggalkanku yang kini tengah dalam keadaan sedih tetapi juga bahagia.

❤❤❤

Rasanya baru kemarin aku mengenal karin.

Memperhatikan senyuman manisnya itu.

Mengantarnya pulang kerumah.

Mengajaknya untuk pacaran.

Dan kini aku tengah nengantarnya pulang ke tempat peristirahatan terakhirnya

Semua yang mengantar karin ke peristirahatan terakhirnya itu menahan kesedihan yang teramat dalam.

Mengingat pesan terakhir karin untuk tidak ada kesedihan di pemakamannya.

Kami semua disini pun menahan untuk menangis.

Menahan untuk bersedih.

Dan terus mengingat bahwa karin sudah tenang disana.

Sudah sangat bahagia disana.

❤❤❤

Satu persatu orang meninggalkan pusaran karin yang sudah penuh dengan bunga.

Aku menatap lekat-lekat pusaran tersebut.

Seakan tak percaya karin kini telah tiada

Aku berjongkok didepan pusaran itu mengulas senyum dengan harapan karin dapat melihat itu dan bahagia melihat kekasihnya kini tidak bersedih lagi.

Aku menaruh pelan buket bunga mawar merah yang malam itu belum sempat ku berikan pada karin.

"happy anniversary sayang. Aku mencintaimu"

.

.

.

.

Aduhh endingnyaa bikin diriku tak sanggup menangis 😭😭😭

Thank you udah baca ceritaku.

Ini part terakhir yaaa.

Jangan lupa likenya ❤

Your Smile [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang