Chapter 7 - About The Dare

996 130 8
                                    

Keysha's POV

Finally, besok aku harus melakukan darenya.

Entah kenapa, rasanya dare itu akan merubah hidupku menjadi lebih buruk kedepannya.

Walapun, selama ini kita sering bermain permainan konyol seperti ini. Dari mulai Nathan yang harus menembak kakel tercantik disekolah. Namanya Clarience, ketua eskul Jasmine IS.

Aku berbaring di kasur dengan sprei pink motif beruang kesukaanku.

"All i ask, if is.. this is my last night with you--"

Nada dering hpku berbunyi. Aku mengambil hpku. Dilayarnya bertuliskan 'We are Squad Video call group' aku meslide ke arah answer.

"Apaan?" Sapaku sambil melihat wajah ketiga sahabatku melalui video call.

"Besok gimana??" Tanya Natasha sambil menyandar ke arah bahu Nathan.

"Dasar kalian itu ya.. kembar rasa pacar emang." Aku mengomentari mereka yang semakin hari semakin lengket.

"Sebenernya, kalo dia bukan kembaran aku, udah aku pacarin dari kapan." Balas Natasha fangirlingan disebelah orang yang dibicarakan olehnya.

"Btw soal bully, gimana kalo pura-pura ngegores tangannya pake cutter." Usul Ardhya.

"Kejam banget..." Tolakku pada usul Ardhya.

"Ini bullynya to the point atau pura-pura gak sengaja?" Tanya Nathan.

"Kayaknya.. pura-pura gak sengaja aja deh.." Jawabku memilih  langkah yang menurutku benar.

"Gini, besok kan pelajaran tata boga tuh. Kamu pura-pura lagi bawa air panas, trus kamu temuin Tarra. Nanti aku pura-pura nyenggol kamu. Air panasnya jatoh ke tangan Tarra, deh. Tapi, tangan kirinya aja." Usul Natasha.

Sangat kejam. Aku hanya diam membayangkan bagaimana keadaan Tarra nanti, aku pun tak tahu. Aku tidak akan melakukan hal sekejam itu. Aku mengakhiri video call dengan mereka. Otomatis, mereka juga akn terputus satu sama lain.

Natasha bertanya-tanya mengapa aku mengakhiri video call tersebut.

Satu pesan yang membuatku pusing 7 keliling untuk memikirkan hal tersebut.

Nathan : Pilihan 2. Deal?

Aku bingung deal atau tidak. Dalam permainan seperti ini nereka tidak pernah bercanda sekalipun resikonya harus mati.

Aku menghela napas panjang. Aku akan menerima apapun resikonya.

Aku mengetik 4 huruf 'keramat' itu dengan berat hati.

Me : Deal

Semoga aku tidak menyesal nantinya. Dan semoga tidak terjadi apapun pada Tarra. Dan semoga dare itu tidak akan berdampak pada prestasiku.

*** Keysha's bad dream ***

"Tolongg..."

"Pikirkanlah terlebih dahulu,"

"Siapa disana???"

"Tolongg..."

"Jika tidak, engkau akan menyesal nantinya..."

"Siapa???"

"Keyshaa!!"

"Siapa???"

"Aku akan membalas semuanya..."

"Siapa???"

"Hahahahaha!!!!"

"Siapa???"

"Hahahahaha!!!!"

"AAAAAAAAAA!!!!"

*** back ***

Astagfirullahaladzim. Mimpi buruk apa aku ya? Aku takut. Rasanya, dimipiku itu aku dicekik seorang perempuan sebaya denganku. Kulihat layar ponselku, waktu menunjukkan pukul setengah lima pagi.

Aku beranjak dari kasur dan segera mengambil wudhu untuk menunaikan solat shubuh.

Suasana rumahku masih sepi. Ibu dan ayahku sedang pergi ke Eropa untuk urusan pekerjaan. Sedangkan, aku hanya tinggal dengan kakak laki-lakiku, Kevin, dan asisten rumah tanggaku, Mbok Num.

Kevin pun sepertinya tinggal di apartemen dekat kampusnya. Yang jauh dari sini, nyaris berbeda kota.

Aku berjalan ke arah kamar mandi. Kulewati ruang tengah yang berisikan baby grand piano dan furnitur seperti ruang tengah lainnya.

Sebenarnya, aku memiliki sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh sebagian keluargaku saja. Mungkin akan kuberi tahu mereka suatu saat nanti.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Chapter 7 guys!!!

Ini emang chapternya pendek dan nyeritain Keysha.

Kalo gak ngerti? Ngertiin aja oke! Tebak-tebak dikit gapapalah~

Jangan lupa Vote & Commentnya ya!

Bye~

Dare to Die [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang