Chapter 4 - Dare or Die¿

1.3K 145 3
                                    


"Siapa bilang dare or dare? Yang ada dare or die."

Mendengar pernyataan Keysha seluruhnya tertawa. "Lu yakin, Key? Lagian emang kalian berani saling ngebunuh?" tanya Nathan.

"Yaa, siapa pun itu yang kalah, yaa dia harus mati." Keysha berujar lagi dengan santai dan ringan. Semua berpandang aneh kepadanya, seakan Keysha hari ini bukanlah Keysha yang biasanya.

"Yaudah, gue setuju aja." Natasha spontan menoleh pada Nathan, ia mengisyaratkan bahwa ia ragu sekaligus takut, namun Nathan hanya tersenyum tipis seakan berkata "semuanya akan baik-baik saja."

"Lo gimana, Dhya? Daritadi diem aja," celetuk Natasha. Kening Ardhya mengerut tanda bingung, ada yang aneh dengan hari ini. "Ardhya?" Ardhya terus melamun memikirkan apa yang membuat perlakuan Keysha terasa berbeda pada hari ini.

"Eh, iya. Gue ngikut aja."

"So, Natasha?" tanya Keysha dengan tatapan sangat tak mengenakkan, Natasha jadi berpikir bahwa ia terlalu banyak menyulut emosi Keysha sehingga ia berbeda hari ini.

"Ya, mau gimana lagi, kan? Siapa takut." Dua kata terakhir ia camkan di dalam akal pikirannya, apapun yang terjadi ia takkan takut. Lagipula siapa yang berani membunuh sahabatnya sendiri karena permainan konyol seperti ini?

"Nih, gue punya botol buat muter siapa yang kena." Keysha mengeluarkan botol kaca yang ia ambil dan simpan tadi dari tas ranselnya.

Botol itu diputarkan kencang, perlahan-lahan menjadi pelan. Natasha tertegun, ia menelan ludahnya, botol itu berhenti tepat menunjuk dirinya.

"Menurut gue, darenya belakangan aja. Siapa korbannya?" tanya Keysha.

Natasha menggeleng tak setuju. "Gue gak apa-apa kalau darenya sulit, tapi gue gak makan korban, please." Nathan berucap, "iya gue juga setujunya jangan makan korban."

"Lah, gak rame dong. Gak ada dare yang sebanding sama nyawa kalian selain dare yang makan korban." Ardhya menoleh dan menatap Keysha tajam, ia bertanya dengan ketus "Keysha, lo apa-apaan, sih?"

"Apaan, sih? Orang gue biasa aja." Keysha berdecak kesal. "Udah-udah, lanjutin aja." Natasha membulatkan matanya, ia menggerutu kesal, marah, bingung, dan juga takut. "Nathan, lo kenapa sih, anjir?"

"Nah, gitu dong. Jadi gue punya usulan siapa yang bakal jadi korbannya," ujar Keysha.

"Siapa?"

"Anak baru, Tarra," jawab Keysha singkat.

"Engga, sumpah. Gue gak setuju, dan gak akan setuju. Lo tega banget, mau bikin seseorang yang gatau apa-apa jadi korban, hah? Sinting lo." Natasha sudah tak toleran lagi, sikap Keysha hari ini sudah tak masuk nalarnya.

"Gini ya, Nat. Selama lo bisa ngelakuin semuanya dengan benar ya gak akan ada yang jadi korban dan dikorbanin."

"Udahlah, gue capek dengerin kalian semua berdebat. Lakuin aja apa yang harus dilakuin dan gak usah lakuin apa yang gak usah dilakuin." Nathan menyimpulkan semua masalah ini, ia menoleh kepada kembarannya menyiratkan sebuah pesan. "Semuanya bakalan baik-baik aja."

"Ya, ya, bebas. Lo mau ngebunuh orang juga gak apa-apa, bebas." Natasha mendelik. Mungkin suatu hari omongannya terkabul menjadi suatu peristiwa buruk.

"Gue pengen ngusulin kalo lo harus numpahin air panas ke tangan Tarra. Gak usah ada penolakan kalau lo-lo semua gak punya usul yang lebih baik."

"Gue itung ya, 1... 2... 3.... Fine lo semua gue anggep setuju."

"Tapi, Key. Gue gak mau kalo dateng tiba-tiba, gue maunya semua ada proses." Natasha kembali berargumen. Seharusnya permainan ini membuat mereka merasa senang, namun rasanya permainan ini justru membuat aura mereka terlihat suram.

Dare to Die [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang