Chapter 11 - Begin

953 122 4
                                    

Hari pertama sekolah, tanpa Tarra.

Hal itu masih terbesit di benak Keysha. Rasa bersalah itu masih menghantuinya.

Aku yang salah.

"Keysha, Miss minta tolong ya. Miss ada tamu. Nanti setelah tugasnya selesai, tolong antarkan keruangan Miss." Ujar Miss Zara.

Suara itu membangunkan Keysha dari lamunannya.

"Iya, Miss." Jawab Keysha.

Keysha segera mengerjakan tugas dari Miss Zara yang ditulis di papan tulis karena sedari tadi ia hanya melamun.

***

"Udah semua, 'kan?" Tanya Keysha memastikan semuanya sudah mengumpulkan buku fisika padanya.

"Udah." Seru semua murid serempak.

"Nat, temenin yuk." Pinta Keysha seraya melambaikan tangan menggantikan kata 'sini' pada Natasha.

Natasha yang tadinya terfokus pada ponselnya langsung beranjak dari bangkunya sambil mengacungkan jempol.

Keysha dan Natasha berjalan dikoridor sekolah sambil membawa setumpuk buku tulis yang bersampul biru kompak.

Sesampainya di ruangan Miss Zara, mereka harus menunggu diluar karena tamu Miss Zara itu masih mengobrol dengannya.

Terdengar sedikit percakapan mereka berdua oleh Keysha.

"Sangat disayangkan ya, Bu. Walaupun dia belajar sendiri di perpustakaan, bisa dibilang.. prestasinya lebih tinggi dari semua anak seangkatannya." Ujar Miss Zara pada wanita paruh baya didepannya.

"Ya, ini emang takdir. Tapi.. tapi.. saya masih belum terima, Bu." Jawab wanita itu lesu bahkan nyaris menangis.

5 menit. 10 menit. Wanita itu keluar dari ruangan. Wanita itu adalah Thellia, mama Tarra.

Keysha ingin salam dengannya. Tetapi,

"Jangan berani salam dengan saya. Masa kamu gak bisa jaga Tarra sih." Omelnya ketus tapi duka masih menyelimutinya.

Wanita itu pun pergi menjauh ke arah gerbang.

Mendengar kalimat itu, Keysha kembali menyesali kesalahannya. Isak tangisnya tak bisa ia tahan.

Natasha segera menenangkan Keysha.

"Semuanya salah aku." Sesal Keysha sambil terisak.

"Udah, udah. Wajar aja, mungkin dia masih sedih." Ujar Natasha menenangkan.

"Ayo lap dulu air mata kamu, kita masuk kedalem." Ajak Natasha seraya memberi selembar tissue pada Keysha.

Keysha mengelap air matanya dan masuk kedalam ruangan Miss Zara.

***

"Jadi, kita abis ini kemana?" Tanya Nathan mengangkat sebelah alisnya.

"Kita ke ruang musik." Jawab Keysha masih terbayang-bayang akan kematian Tarra.

"Ayo kalo gitu." Ajak Nathan.

Mereka berjalan di keheningan koridor. Tak ada satupun dari mereka yang berbicara atau berusaha memecah keheningan koridor sekolah.

Sampailah mereka di depan Music Studio.

Yang mereka pikirkan sebelum masuk ruangan tersebut adalah,

Suara Grand Piano lagu Ballade No.1 in G minor - Chopin.

Tapi permasalahannya, kunci ruangan tersebut hanya ada satu dan kunci itu sedang digenggam erat oleh Nathan.

"I-itu siapa yang main piano didalem?" Tanya Keysha menatap kosong pintu coklat Music Studio.

Nathan berusaha untuk tidak membuat temannya ketakutan.

"Gak ada apa-apa, kok. Kayaknya itu dari tempat lain. 'Kan piano disini ada 3 di ruangan yang berbeda-beda." Ujar Nathan membuka pintu Music Studio dengan pede.

Nihil. Tidak ada apapun di ruangan tersebut. Bahkan, grand piano itu tertutup rapat dan kuncinya masih tergantung di tembok ruangan.

"Mungkin, Tarra gak maafin aku. Dan dia jadi arwah penasaran yang bakalan ngincer aku." Ucap Keysha tertunduk.

"Keysha, kamu gak boleh gitu. Ini semua bukan salah kamu, kok." Ujar Natasha sambil menepuk pundak Keysha pelan.

Sedari tadi, Ardhya hanya berdiam diri seperti sedang berpikir keras akan suatu hal.

"Dhya, kamu kenapa?" Tanya Nathan memiringkan kepalanya ke ara Ardhya yang melamun.

"Kalian, apa kata Keysha itu bener. Kita bakal diincer Tarra yang udah jadi arwah penasaran," Jawab Ardhya dengan setengah kesadaran.

Tiba-tiba terdengar pecahan kaca dari ujung ruangan.

"Apaan, tuh?" Tanya Natasha.

"Kalian tunggu disini aja, ya. Biar aku yang liat." Ujar Nathan mendekati jendela pojok ruangan.

Nathan mendekati jendela tersebut dengan pelan.

Tuk.. tukk.. tukk..

Sesosok perempuan berseragam berdiri di depan jendela tersebut.

Tak ada pecahan, atau apapun yang sesuai dengan suara tadi.

Ta.. Tarra?? Batin Nathan saat melihat sosok itu.

"Kenapa, Nat?" Tanya Natasha.

"Eng.. enggak papa.. ternyata gak ada apa-apa, kok." Jawab Nathan kembali ke tempat duduk semula.

"Guys, kayaknya.." Ujar Nathan sambil mengetuk lantai kayu dibawahnya.

"Kayaknya apa?" Tanya Ardhya mengangkat sebelah alisnya penasaran.

"Kayaknya," Ujar Nathan semakin membuat ketiga orang didekatnya itu semakin penasaran.

Tiba-tiba seorang pria membuka pintu Music Studio.

"Dek Nathan, ya?" Tanya pria itu.

"Iya, kenapa, Pak?" Tanya balik Nathan.

"Kalo sudah dijemput langsung pulang ya. Soalnya guru-guru mau rapat, nih. Takutnya mengganggu atau terganggu." Ujar pria itu menutup kembali pintu Music Studio.

"I.. iya, Pak." Ujar Nathan segera membereskan barang-barangnya. Begitu juga dengan ketiga kawannya itu.

Mereka meninggalkan ruangan tersebut.

Kayaknya.. permainan kita yang sebenarnya baru dimulai.. Batin Nathan meninggalkan ruangan tersebut tanpa berbicara bahkan menoleh sedikitpun pada ketiga sahabatnya itu.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

WB menghampiriku.. Oh tidak !!!!

Jadi aku bakal agak lama update ke chapter selanjutnya.

Walaupun gitu, Vote & Commentnya tetep jangan lupa ya!

Bye~

Dare to Die [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang