Chapter 14 - Terror to Us

970 97 5
                                    


Kita berlima.

Setelah sesuatu terjadi kemarin, Nathan berencana untuk memberitahukan hal tersebut pada ketiga sahabatnya itu, tentunya bersama dengan, Theona.

Anggota baru dari mereka.

Seperti biasanya, mereka berkumpul di Music Studio. Mungkin bagi mereka, ruangan tersebut sudah menjadi basecamp tersendiri. Tak lama lagi, Theona pun akan merasakan hal tersebut.

"Guys, ada kabar baru!" Seru Nathan pada ketiga kawannya tersebut.

"Kabar paan?" Tanya Ardhya terfokus pada handphonenya.

"Kita dapet.. Anggota baru yeaayyy.." Jawab Nathan gembira.

Ketiga pasang mata tersebut memandang Nathan dengan tajam.

"Emang, kakakku sayang, sejak kapan kita punya organisasi?" tanya Natasha mengangkat sebelah alisnya sambil berjalan menghampiri Nathan.

"Lah? Kita kan bikin grup dan lagipula kita mainnya seginian terus, ya anggap aja kita adalah kelompok." jawab Nathan sambil sedikit menunduk, karena Natasha bisa dibilang jauh lebih pendek darinya.

"Oke oke. Lanjutin siapa anggota barunya?" ujar Keysha mulai pemasaran.

"Siip. Jadi Sang anggota baru adalah.. jeng jeng jeng.." Nathan tersenyum penuh misteri. Semua menatapnya antusias.

"Theona Edelyna." Sambut Nathan bersamaan dengan kedatangan Theona.

"Hai kalian!" Sapa Theona ceria.

"Theona!!" Seru Natasha dan Keysha kompak.

Mereka menyambut Theona dengan gembira, seandainya semua ini terjadi hanya untuk kesenangan, sayangnya situasi ini ada tujuan tersembunyi.

"Sebenernya, kali ini aku ngumpulin kalian disini ada tujuannya," ujar Nathan membuka topik pembicaraan.

"Tujuan? Tumben-tumbenan nih seorang Nathan se-serius ini mau ngobrol sama kita, ya gak?" Ujar Ardhya langsung men-switch off ponsnya mengingat keseriusan nada bicara Nathan.

"Ya, whatever. Yang jelas aku bakal lanjutin omongan yang tadi. Jadi kemarin itu aku ketemuan sama Theona, trus ditengah kita lagi ngobrol, ada bayangan dia, gak cuma bayangan, tapi dia mainin itu grand piano, bahkan tutsnya juga ditekan," Jelas Nathan membuat ketiga orang sekitarnya menelan ludah, terkecuali Theona.

"Dia? Maksudnya Tarra?" Tanya Keysha kembali tertunduk menyesal.

"Hm iya, Key. Udah jangan sedih terus, gak sepenuhnya kesalahan kamu, kok," Ujar Theona menepuk bahu Keysha pelan.

"Maaf ya, Theona. Kita salah. Apalagi aku, harusnya aku gak ngusulin permainan ini," Sesal Natasha memalingkan wajahnya dari Theona.

"Udah-udah. Kalian gak sepenuhnya salah, kok. Aku juga salah," Ucap Theona tersenyum manis.

"Lebih baik kita berdoa buat Tarra. Semoga aja dia tenang di sisi-Nya." Ucap Ardhya menyesal.

"Amiin.." Ucap mereka serempak.

"Dan, mungkin hari ini juga kita bakalan kena te--"

Terror.

Dia muncul kembali.

Dihadapan kita semua.

Mengincar salah satu dari kita.

Itu,

Entah apa yang akan terjadi kedepannya.

Apakah berujung kematian?

Atau ketenangan?

Dare to Die [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang