Chapter 2 - Four to Fun

1.6K 157 6
                                    

"Natasha,"

Gadis yang dipanggilnya itu menoleh dengan wajah yang mengerut.

"Maafin gue yah," ucap seorang lelaki sebayanya. Diraihnya kedua tangan gadis itu, kemudian ia genggam erat kedua tangannya. Gadis itu menolak, menepis, dan melepaskan tangannya dari sentuhan orang itu.

Keduanya beradu pandang, gadis itu menatap sinis, sedangkan lelaki itu menatapnya dengan puppy eyes. Itulah mereka, si kembar dua, Nathan dan Natasha. Kehidupan mereka memang tak pernah luput dari pertengkaran. Perbedaan usia yang hanya berselanf 5 menit membuat keduanya tak pernah akur lebih dari satu jam. Akan selalu ada pemicu pertengkaran mereka yang mungkin hanya hal kecil yang sepele.

Kali ini, mereka sudah berperang dingin selama kurang lebih satu minggu, akibat Natasha yang terlalu sibuk sebagai pemuda yang memiliki bisnis yang tidak kecil yang ia handle sendiri tanpa bantuan siapa pun, yaitu berjualan kosmetik. Kirimannya tak hanya satu kota, melainkan satu provinsi, pulau, dan tentunya berbagai pelosok Indonesia. Ketika Nathan dan sahabat-sahabatnya berkumpul, Natasha tak pernah ikut dan mereka marah kepadanya. Lalu ketika Natasha sudah meluangkan waktunya, sahabat-sahabatnya justru tak datang karena sibuk sendiri. Rasanya tidak adil.

Sahabat-sahabat yang dimaksud adalah kedua sahabat Nathan dan Natasha, yaitu Keysha Allika dan Ardhya Galih Sudjana.

"Nih ya, gue tanya. Enakan mana ngacangin satu orang dikacangin sama tiga orang?" tanya Natasha dengan nada tinggi.

"Iya-iya, gue salah, maaf." Seribu cara sudah Nathan lakukan tapi tak kunjung berhasil. Namun ia terbesit satu cara terakhir agar menjadi 1001 cara.

"Lo doang?"

"Kagak, kita. Gue, Keysha, Ardhya."

"Trus, lo doang yang minta maaf?" tanya Natasha. Dalam hatinya Nathan menggerutu, "ni orang rese banget dah. Kalo bukan kembaran gue, udah gue tempeleng anjir."

"Oke-oke gue ngerti maksud lo, tunggu bentar." Nathan mengeluarkan ponselnya yang diberi casing bening dengan foto polaroid bersama Natasha. Ia memencet beberapa panel kemudian keluarlah nada sambung.

"Halo? Nathan?" Dihadapkannya camera ponsel Nathan ke arah Natasha, Keysha yang ada di dalam video call itu langsung menampakkan muka bingung tak karuan.

"Eh Natasha, hehe." Natasha hanya mendelik, masih kurang satu orang. Dalam video call itu masih berstatus ringing, berselang dua detik munculah seorang laki-laki--Ardhya.

"Nih ya, guys." Setelah berbicara dengan keras, Nathan berbisik meskipun masih terdengar oleh Natasha, "si bu bos rese itu maunya kita minta maaf bareng-bareng ya, yang kompak."

"Satu... dua... tiga..."

"Natasha cantik, kita minta maaf ya!" ucap ketiganya serentak. Natasha yang melipat kedua tangannya di dada tersenyum paksa.

"Tenang, Nat. Nanti ditraktir kembaran lo ice cream red velvet," ujar Keysha yang sebenarnya sembarang. "Tiga scoop loh, Natasha. Masa gak mau maafin?" Ardhya menimpali.

"Bener ya, Nathan?" tanya Natasha. Nathan hanya menghela napas pasrah. "Iya, boleh."

"Yeaaayy, thank you, bear." Natasha memeluk erat Nathan. "Gue berharap lo gendut loh, Nathan. Biar enak dipeluk, hehe."

"Kita juga ya, Nat? Gue tunggu jam 3, di tempat es krim biasa. Ya gak, Dhya?" Nathan dan Natasha lupa bahwa mereka masih tersambung pada video call tadi. "Yoi," sahut Ardhya.

"Nathan harus traktir mereka juga ya!" Nada bicara Natasha berubah menjadi nada bicara anak kecil yang sedang menginginkan sesuatu.

Kalau sudah begini, Nathan pun sulit untuk menolak. Ia sudah mengikhlaskan tabungannya untuk mentraktir sahabat-sahabat sialannya itu.

____

"Ribet banget sih, lo. Minta maaf aja kita harus barengan, hahaha," celetuk Keysha. Kini mereka sudah berada di toko es krim langganan mereka.

"Ya, abis gue kesel banget. Bagian gue yang kena, gue sendiri. Kalian enak marah sama gue aja bertiga, lah gue? Gaenak banget anjir." Natasha mendelik kesal.

Keysha dan natasha memulai perdebatan, padah baru saja mereka bermaafan satu sama lain

"Ya kan lo tau, gue kemarin-kemarin sibuk nganterin ade gue student exchange ke Jepang."

"Ya, tapi kan gak adil. Lu pada sibuk, gue gak marah tuh, gak protes, gak nyindir kayak kalian."

"Lo abis sibuknya gak ngotak. Chat gak dibales, disapa dikacangin. Padahal itu hape lo bawa tiap saat, gini-gini kita gak sekelas gue juga tau lo ngapain aja. Lebih penting customer, ya?"

"Eh, denger ya, Keysha. Sibuknya gue gak ada apa-apanya dibanding kalian semua, gue mah cuman sekali-kali doang. Gausah bawa-bawa customer gue."

Perdebatan yang semakin memanas antara Keysha dan Natasha, membuat perbincangan Nathan dan Ardhya terganggu, dilihatnya tatapan mereka yang sudah setajam pisau.

"Eits, udah-udah ya, gue udah luangin waktu, menyumbangkan tabungan gue buat beliin kalian es krim yang semangkok kecil doang harganya 60.000, trus kalian masih aja debat. Bukannya tadi udah maaf-maafan kan, nih gue suapin." Nathan melerai sekaligus mengomeli mereka, disuapkannya masing-masing sesendok eskrim.

"Lo juga jangan mulai-mulai deh, Key, please." Ardhya menimpali dengan sangat hati-hati, pasalnya ia sangat mengenal Keysha lebih daripada Nathan dan Natasha.

Keduanya mendengus kesal dan memalingkan wajah mereka ke arah yang berlawanan. "Sini." Ardhya mengambil tangan Keysha dan Natasha bersamaan dan menjadikan kedua tangan itu bersalaman.

"Gue gak mau, kita berantem bahkan musuhan cuma gara-gara hal sepele kayak gini. Gak banget," ujar Ardhya. "Kita ini masih muda. Wajar kalo kita punya kesibukan dan lupa segalanya." Ardhya berhasil membuat keduanya luluh, entah karena wejangan Ardhya yang bagaikan 'ayah' dari mereka bertiga atau pesona Ardhya yang semakin bertambah akibat menceramahi Natasha dan Keysha.

Natasha menghela napasnya. "Maafin gue ya, guys. Gue janji, gue janji bakal prioritasin kalian diatas customer gue. Tapi kalo lagi gak mendesak ya, soalnya kan lumayan dapet cuan."

Nathan menoyor kepala Natasha dengan tega. "Heu, kampret."

"Iya, gue juga minta maaf ya, gue salah udah nyulut emosi lo, Nat. Padahal gue tau banget rasanya dikacangin itu gaenak banget."

"Gue sama Ardhya juga minta maaf, semoga kita bisa terus jadi pelindung buat kalian ya, jangan marahan mulu dong!"

Keempatnya berpelukan, rasanya sudah lama tak memberi dan menerima kehangatan dalam lingakaran pertemanan mereka. Masing-masing dari mereka berharap tak lagi ada pemicu perpecahan dan masalah-masalah yang mendatangi serta mengancam persahabatan mereka.














Dare to Die [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang