0

16 2 0
                                    

     Di dunia ini ada dua tipe orang yang paling aku benci. Yang pertama orang yang menyalahgunakan jabatan dan yang kedua orang yang tidak peduli dengan sekitarnya. Dan bayangkan saja jika dua tipe orang ini dipertemukan, bakal jadi seperti apa ? Tapi, tanpa perlu susah-susah membayangkan tentang hal ini pun semuanya sudah benar-benar terjadi dalam hidupku. Lebih tepatnya, kehidupan sekolahku.

     Perkenalkan, namaku Ambara Sarasvati. Usia 16 tahun dan duduk di bangku kelas dua sekolah menengah atas swasta. Tolong garis bawahi kata swasta dan jangan bayangkan sekolah swasta elite dengan segudang fasilitas dan prestasi. Sekolahku hanya sekolah swasta dipinggiran kota yang cukup besar tapi tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sekolah sebelah yang notabenya adalah sekolah negeri.

     Sekolahku didominasi dengan anak-anak yang katanya "buangan" dari sekolah negeri dan lebih banyak lagi anak-anak bemasalah dan terpaksa harus pindah sekolah. Tapi, jangan lantas memukul rata semua anak seperti itu yang ada disini, contohnya aku. Yah, alasanku masuk kesini memang bukan karena aku gagal masuk sekolah negeri maupun karena aku bermasalah di sekolah sebelumnya lalu pindah. Alasanku masuk ke sekolah ini adalah...sudahlah lupakan saja yang jelas bukan keduanya.

     "Anjing...siapa nih yang berani masukin sepatu ke laci meja gue !"

     "Rokok gue mana ya ?"

     "Mampus, hp gue tadi kena sita Pak Gun dikanti gara-gara nonton bokep."

     "Risa...cantik deh, selamat pagi."

     Mohon bersabar ini ujian, dan ujian ini selalu terjadi setiap hari. Telingaku bahkan nyaris bosan mendengar kalimat-kalimat seperti itu. kelasku hanya berisi sekitar duapuluh enam siswa dengan sembilan belas diantaranya adalah laki-laki, dan ini terjadi nyaris di semua kelas yang ada. Jadi bisa disimpulkan, sebagian besar siswa sekolahku adalah laki-laki.

     Kembali ke topik awal tentang dua tipe manusia atau bisa kau sebut orang yang tidak aku sukai, mari kukenalkan contoh dari salah satunya. Dia yang saat ini berdiri diambang pintu kelasku. Namanya, Banyu dan jangan kamu coba tanyakan nama lengkapnya padaku atau yang lain. Jangan coba-coba !

     "Selamat siang, maaf mau minta waktu kalian sebentar !" sapa Banyu ke seisi kelas.

     Kuakui Banyu memang terlihat ganteng dan berkharisma, tipe-tipe cogan di novel remaja yang sering aku baca. Itu jelas dia kan seorang ketua OSIS !
Tapi kuperingatkan jangan tertipu, ingat dia adalah salah satu contoh dari dua tipe orang yang tidak aku sukai.

     Banyu membenarkan letak jam tanganya sambil meliriknya sekilas. " Jadi begini, gue butuh sepuluh anak cowok perwakilan dari kelas ini buat ikut nanti sepulang sekolah."

     "Mau ngapain ?" itu suara Haryo. Ketua kelasku. Bisa dibilang anak cowok paling teladan dikelas ini.

     "Ada kunjungan kecil ke sekolah tetangga, gue butuh tim sorak dengan banyak anggota."

     "Oke, gue ikut." Haryo mengangkat tanganya tanda berpartisipasi, diikut oleh teman-teman cowok lainya.

     "Masih kurang satu orang lagi, yang cowok nggak ada lagi yang mau ikut ?" Banyu memandang keseleuruh penjuru kelas. "Yang lain pada kemana ?"

     "Udah bablas ke kantin, lo telat masuk kelasnya sih." Abimanyu yang duduk disampingku mejawab, aku mencibir kearahnya.

     "Kamu kan juga cowok kenapa kamu nggak ikut aja ?" Kataku. Dan Abimanyu hanya meringis memamerkan deretan giginya yang rapi.

     "Oke gue gamasalah, yang emang gamau ikut gue persilahkan." Banyu menatap sinis kearah Abimanyu. "Cuma gue nggak mau tau, pulang sekolah nanti harus ada sepuluh siswa perwakilan dari kelas ini. Kumpul ditempat biasa."

     Banyu berlalu begitu saja dari kelas kami, wajahnya tidak seramah saat ia masuk tadi. Ah,bukan rahasia lagi kalau Banyu dan Abimanyu itu perang dingin, bisa dibilang mereka berdua itu sama-sama pemimpin dari dua kubu yang ada disekolah.

     "Paling juga sama anak Bakti Luhur lagi." Abimanyu kembali membuka suara. Aku meliriknya malas, tim sorak yang dimaksud Banyu tadi tidak lain adalah anak-anak yang bakal pergi tawuran melawan sekolah yang sudah jadi target, dan itu artinya pulang sekolah nanti aku harus mncari jalan lain menuju rumah. Dan apa aku bilang tadi ? jangan tertipu dengan Banyu. Ini adalah salah satu penyalahgunaan jabatan yang ia miliki.

     Kalau kalian heran kenapa Banyu yang ketua osis itu bisa pergi tawuran bahkan dikatakan sebagai koordinator, jawabanya adalah Banyu itu punya otak cerdas dan bisa dibilang pintar sekali ditambah jago berantem. Wali kelas ngecalonin dia jadi ketua osis karena dia pintar tapi anak-anak milih dia karena dia jago berantem. Dan yang terakhir, orang tua Banyu adalah salah satu penyokong terbesar sehingga sekolah ini tetap beroperasi. Sempurna bukan ?

     "Nanti pulangnya sama aku aja, gabakal aku turunin dijalan. Gausah khawatir." Abimanyu menoleh kearahku dan lagi-lagi sambil memamerkan deretan giginya.

     "Kamu hobi banget ya pamer gigi ?"

     "Enggak, hobinya cuma meringis ke Amba aja kok." Ia mengedipkan mata kearahku sambil beranjak begitu saja dari duduknya.

     Aku kembali mencibir Abimanyu yang punggungnya kini telah menghilang dibalik pintu kelas. Mataku beralih memandang keluar jendela tepatnya kearah lapangan yang cukup lengang. Lagipula siapa yang mau berpanas-panasan dilapangan kecuali...

    "Lari... lebih kencang lagi !" teriak Pak Gun kebeberapa siswa kelas satu. Para calon penerus Banyu.

     Aku menghela nafas jengah, sudah menjadi pemandangan biasa sebenarnya tapi selama hampir satu setengah tahun berada disini aku belum bisa terbiasa dengan ini semua. Namun aku juga tidak berminat untuk pindah ke sekolah lainya.

     Aneh bukan ? mungkin alasan kecil yang dapat aku berikan untuk kalian adalah, agar hidupku lebih berwarna. Ibarat sebuah film yang memiliki episode panjang, aku ingin memiliki cerita menarik di setiap episodenya. 

School PlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang