Pagi ini, Andra terlambat memenuhi janji temu dengan pelanggan ibunya di butik. Ibunya tak datang karena mengurus tagihan pajak bumi dan bangunan.
Andra terlambat karena peristiwa kebakaran di Pasar Senen Jakarta Pusat subuh tadi. Peristiwa itu berhasil membuat lalu lintas padat merayap. Taksi yang ditumpanginya tersendat di jalur Senen yang mengarah Pulogadung. Andra mendengar berita dari radio taksi.
Pembawa berita mengatakan, kebakaran yang terjadi di Blok I dan III Pasar Senen Jaya disebabkan oleh arus pendek pada listrik dan menghanguskan sebanyak 1.691 kios. Pemadam kebakaran pun dikerahkan sebanyak empat puluh lima unit, untuk memadamkan api.
Andra memandang ke luar jendela, terlihat beberapa polisi sedang melerai kepadatan lalu lintas yang terjadi di sekitar area Pasar Senen, dan beberapa lainnya mengamankan barang dagang penjual. Beberapa pedagang berlarian ke luar dan masuk ke pasar lantai satu untuk menyelamatkan barang dagang yang masih bisa diselamatkan. Kemudian berita di radio melanjutkan, para pedagang mengalami kerugian ratusan juta rupiah untuk kios dan usahanya.
Pukul 09.30 pagi, Andra baru tiba di butik ibunya yang terletak di sebuah mal Kawasan Industri Pulogadung. Jarak tempuh yang biasanya hanya menghabiskan waktu satu jam, hari ini perlu menghabiskan dua jam tiga puluh menit waktu perjalanan.
"Selamat pagi, Mbak, kok baru sampai?" tanya Pak Madipetugas keamanan butik Ibu Andra.
"Jalanan macet, Pak. Ada kebakaran di Pasar Senen. Saya masuk ya, Pak," pamitnya pada Pak Madi lalu berjalan memasuki butik.
"Pagi, Dra."
"Pagi, Mas Surya. Maaf aku terlambat," ucap gadis itu pada pemuda tiga puluhan yang sepertinya telah lama menunggu.
"Gak apa-apa. Kita ngobrol di mana?"
"Di dalam aja, sekalian Mas Surya bisa lihat-lihat contoh yang kami produksi."
Pemuda itu berjalan beriringan dengan Andra. Gadis itu sangat cakap menerangkan model batik maupun bahan seperti yang biasa dilakukan ibunya.
"Nah, yang gambar wayang ini batik asli Solo. Kalau yang warna biru dongker motif laut, asli Pekalongan."
"Kalau yang ini?" tanya Mas Surya menunjukkan model kemeja batik berwarna hijau.
"Itu batik tulis, Mas. Asli Yogya."
Mas Surya tampak mengangguk-anggukan kepala.Ia kembali berkeliling mencari model yang menurutnya cocok untuk dipesan.
"Persiapan resepsi Mbak Desi dengan Bang Jafar sudah siap?" tanya Andra pada pemuda yang masih memandangi ketiga model batik tadi.
"Sudah. Sisa seragam untuk panitia acara aja yang belum. Mbak Desi minta saya yang carikan. Temanmu gak cerita?"
"Karina maksud, Mas?"
"Iyalah. Jafar kan abangnya Karina."
Andra terkekeh. "Aku gak enak nanya-nanya."Sebuah getaran terasa dari balik saku celana Andra. Diperiksanya ponsel layar sentuh yang kini ada di genggamannya.
Arsel
Tidak ada yang lebih indah dari tiap-tiap yang Tuhan ciptakan. Tahukah kamu? Kamu akan sama bahagianya dengan para penikmat subuh di bumi ini. Sawah adalah rumah mereka. Ladang adalah makanan mereka. Dan tawa bahagia adalah hiburan mereka.Karina
Dra, kemungkinan hari Selasa depan aku tiba di Jakarta. Titip rumah sama kosan. Oh iya Wutji dan Witja, aku titip di kamu juga. Bawa pulang aja ke rumah sama kandangnya. Sorry semalam lupa bilang. Thanks.Seketika, jari-jemari Andra berselancar di atas layar ponselnya.
"Siapa, Dra?" tanya Mas Surya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3.726 [COMPLETE]
Aktuelle LiteraturKarina Mentari senang banget waktu Arsel mengajaknya mendaki Gunung Rinjani. Bagi Karina, nggak ada perjalanan seromantis itu sejak pertama kali mengenal Arsel. Seperti jalur pendakian yang berliku, kisah cinta pun tak selalu berjalan mulus. Saat ti...