Langkah kaki telah kembali di kota Jakarta. Udara panas yang makin pengap membuat tubuh terasa jauh lebih gerah. Luka yang mengejutkan masih terbayang-bayang dari pikiran Karina. Ingin sekali ia pergi menjauh, tapi ke mana? Pergi meninggalkan dua manusia yang akan membangun kisah romantis.
Rasanya, Karina tak sanggup membayangkan itu. Ia tidak kecewa dengan dunia yang tak berpihak padanya. Ia hanya merasa tak mampu bertahan pada kenyataan yang akan terjadi nanti. Akan tetapi, semua itu tidak mungkin bukan? Ia harus menyelesaikan pendidikannya di kampus yang sama dengan calon sepasang kekasih itu. Ia harus terus hidup dan menghidupkan kehidupannya bukan?
Sejak kepulangannya dari Rinjani lima hari lalu, Karina belum menemui Andra. Gadis itu tak tahu, bagian mana yang harus ia ceritakan pada teman baiknya itu. Andra pun pasti tidak tahu apa yang harus dikatakan pada Karina setelah melihat isi video yang ia terima. Hari ini, Karina sangat berterima kasih pada ketiga pemuda yang menemaninya selama perjalanan di Rinjani. Kini mereka rajin sekali mengganggu Karina melalui pesan singkat.
Udin
Karina Mentari, kamu sungguh cantik. Wajahmu yang begitu cerah sangat berseri mengalahkan sinar mentari pagi maupun senja sore. Lagi apa, yank?Adul
Karina, besok kan wik-en, hari Sabtu, kosong gak? Nonton fainding doli, yuk!El
Ka, sepulang saya kerja, bisa ketemu? Saya punya novel Andrea terbaru, nih.Karina tersenyum bahkan tertawa pelan ketika membaca pesan-pesan yang masuk seperti iklan sponsor di sebuah acara. Pesan yang begitu menyenangkan. Pesan yang membuatnya rindu pada sosok-sosok manusia unik. Udin yang kurus kerempeng dan bisa berbahasa daerah Lombok, Sumatera, dan Jawa Barat. Adul si pemuda yang gendut, tetapi, tak pernah sakit hati tiap menjadi bahan ejekan. Juga El, si pemilik suara bas yang telah berperan sebagai pengganti Bang Jafar selama pendakian.
Karina bersyukur. Karena mereka, patah hati yang ia rasakan menjadi lebih ringan. Namun, tidak satu pun pesan dibalas olehnya. Tak lama kemudian, sebuah pesan baru diterima. Tampak nama si pengirim pesan. Andra.
Andra
Jenong, nanti malam ketemu di Kedai Warna, ya. Ada hal yang mau aku omongin sama kamu.Karina meninggikan sudut bibir kanannya. Ia tahu apa yang akan Andra bicarakan malam nanti. Kalau bukan tentang video yang ia terima, maka kemungkinan tentang bagaimana acara menanjaknya tempo hari.
Sepanjang perjalanan dari toko buku, angin sore menampar wajah Karina dengan lembut. Topi yang selalu ia pakai seolah ingin sekali berpaling darinya. Bapak Sopir telah menawarkan helm untuknya. Namun, Karina menolaknya. Si Bapak Ojek pun sangat hati-hati mengendarai sepeda motor.***
Jafar mengunjungi Karina. Ia tahu adiknya baru saja kembali dari liburan lima hari yang lalu. Ya, Jafar dan Karina tinggal di rumah yang berbeda. Sejak persiapan pernikahannya, Jafar telah membiarkan adik semata wayangnya itu tinggal seorang diri. Sedang dirinya menempati rumah yang dibelinya beberapa bulan lalu.
"Dek, kamu gak bawa oleh-oleh buat Abang?"
Gadis itu terkekeh. "Nggak."
Jafar menggelengkan kepala. "Kamu gak ada pikirannya sama Abang," keluh Jafar berjalan menuju dapur.
Karina yang baru tiba di rumah dan masih duduk di sofa pun tersenyum simpul. "Di kulkas ada salak lombok, aku cuma beli jajanan seadanya. Aku tinggal sendiri, kalau beli banyak dan gak habis nanti mubazir. Abang bawa aja semuanya kalau suka," jawab si gadis yang tengah membuka bungkus buku yang baru dibelinya.
"Oh iya, nanti malam aku mau ke Warna dengan Andra. Abang menginap atau balik?"
"Jangan pulang terlalu malam. Abang nginap aja kalau gitu. Gimana kuliahmu? Kapan masuk lagi?"
Jafar yang sebelumnya sibuk memeriksa kulkas, kini berjalan menghampiri sang adik dengan membawa setoples salak lombok yang tadi dicarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3.726 [COMPLETE]
Aktuelle LiteraturKarina Mentari senang banget waktu Arsel mengajaknya mendaki Gunung Rinjani. Bagi Karina, nggak ada perjalanan seromantis itu sejak pertama kali mengenal Arsel. Seperti jalur pendakian yang berliku, kisah cinta pun tak selalu berjalan mulus. Saat ti...