Bab 12. Rival

4K 372 6
                                    

BRAK!

Pintu kos terbanting keras karena perbuatan Reksa. Pemuda itu menghantamnya dengan kaki kanan sekuat tenaga, membuat Karina dan Arsel terperanjat, keduanya menoleh ke arah pintu. Beruntung kos Karina berada di kompleks yang tidak ramai penduduk dan tidak banyak warga yang berlalu lalang pada jam ini; jam 8 malam, sehingga tak ada yang protes dengan tindakan Reksa barusan.

"Bisa santai kan ngomong sama cewek?" tanya Reksa dingin. Ia maju beberapa langkah mendekati Arsel.

Arsel menelan ludah. Tidak, Arsel tidak takut atau gugup pada Reksa, ia hanya malu dan merasa bersalah pada Karina. "Lebih baik kau pulang, ini urusanku dengan Karina."

"Jelas ini urusan saya juga! Saya dengar kau menyebutkan nama saya, dan kau membentak Karina karena amarah yang tak berdasar!" Reksa tidak main-main, meski ia menahan intonasi ucapannya, perkataannya cukup membuat Arsel tak berkutik.

"Sa, pulang. Ini urusanku dengan dia." Karina menyela. Matanya meremang menahan emosi memandang Arsel.

Reksa menoleh memperhatikan tatapan Karina, kemudian kembali menatap Arsel.

"Gak bisa, Ka! Orang ini perlu dikasih pelajaran biar gak maki-maki cewek sembarangan!"

Arsel mendorong pelan bahu Reksa isyarat menyuruhnya pergi.

BUGH!

Bercak biru keunguan tercetak jelas di pipi Arsel. Reksa berhasil memberikan salam perkenalannya yang lebih merekatkan kenangan. Sudah cukup ia menahan kepalan tangnnya sejak tadi.

"Kau gak berhak mengusir saya. Lucu sekali, harusnya saya yang mengusirmu. Sangat jelas kau yang melakukan kesalahan di sini." Tatapan Reksa dingin ke dalam mata Arsel.

Lawannya masih tersungkur di lantai memegangi pipinya yang membiru.

"Sa...."

Reksa menatap Karina lagi beberapa saat.

"Saya pulang, kamu jaga diri baik-baik. Usir orang ini sebelum saya panggil warga sekitar buat usir dia. Teriakan maling kalau dia berani macam-macam padamu."

Reksa beranjak dari kos Karina dan kembali ke rumah sewanya.

"Maaf," ucap Arsel seraya berdiri kembali.

Karina membuang pandangannya ke arah lain. Gadis itu membenahi gelas minuman Reksa dan membawanya ke dapur. "Pergilah," katanya pada Arsel.

"Saya ingin kamu mengetahui sesuatu, Ka."

Karina menghentikan langkahnya. Tanpa menoleh, gadis itu siap mendengar ucapan Arsel selanjutnya.

"Saya ke sini karena ingin menemuimu. Setelah berhari-hari tidak bertemu denganmu, sementara kamu bahagia bertemu dengan laki-laki lain, saya tidak kuat menahannya. Saya menghilang bukan karena saya menghindarimu, saya ingin memastikan apa yang terjadi pada diri saya. Jujur saja, saya merasa sesak melihatmu tampak nyaman bersama Bang El ketika di Rinjani, bahkan tak sekalipun kamu bicara pada saya selama di sana. Lalu ketika telah kembali, saya melihatmu tertawa dan akrab dengan penyanyi kedai itu...." Arsel menarik napas panjang. Matanya terpejam beberapa saat. Selama ini tidak ada yang mengetahui kegamangan hatinya, bahkan Karina tidak tahu apa yang tejadi pada dirinya setelah mengirimkan vidio pada Andra.

Karina melanjutkan langkahnya.

"Saya dan Andra ... kami gak ada hubungan apa-apa."

Lagi-lagi ucapan Arsel berhasil menahan langkah Karina. Kedua tangan Karina bergetar hingga nampan yang dibawanya pun ikut menggetarkan gelas di atasnya.

"Andra menolak saya di malam api unggun setelah turun dari Rinjani. Dia mengirimkan pesan kalau apa yang saya lakukan adalah kesalahan. Saya bertemu dia satu hari setelah tiba di Jakarta, dia menjelaskan semuanya."

3.726 [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang