Karina sudah tiba di kampus bersama Reksa. Pemuda itu menepati janjinya untuk menjemput. Pagi ini ada yang berbeda dari Reksa, harum tubuhnya berubah.
Sebelumnya, Karina sangat yakin kalau Reksa menggunakan parfum wangi lavender. Namun, kali ini harum vanila yang menyeruak terasa lebih lembut. Sepanjang perjalanan hingga tiba di kampus, Karina sudah menikmati wangi pemuda itu.
"Sa, ganti parfum ya?"
Reksa meninggikan sudut bibirnya. "Suka, gak?"
"Lebih lembut," jawab Karina sekenanya.
Ia jujur, hanya saja ia menjawab dengan ekspresi datar karena tidak ingin menerbangkan diri Reksa. Jika itu terjadi, maka Reksa harus bersiap-siap karena Karina akan segera menjatuhkannya lagi.
"Temenin saya ke perpus, mau?"
Karina memicingkan alisnya. Bukan tidak percaya, ia hanya tidak menyangka kalau pemuda di hadapannya dengan tampilan acak ini, rupanya masih ingat dengan tempat bernamakan perpustakaan.
"Kenapa?" tanya Reksa.
Karina menggelengkan kepala. "Ada novel di sana?"
"Mana saya tahu," ucap Reksa datar. Pemuda itu berjalan meninggalkan Karina. Si gadis pun mengejar.
Setelah kembali berjalan bersisian, Reksa merangkul si gadis bertopi.
"Pendek," kata Reksa hingga membuat Karina membulatkan mata dan menunjukkan kepalan tangan ke arahnya, seolah berkata jangan macam-macam.
Reksa menatap Karina sepanjang berjalan bersisian. Detik berikutnya ia mengacak topi Karina lembut. Sebenarnya tujuan Reksa ingin mengelus rambut sekaligus puncak kepala Karina, tetapi, karena si gadis selalu memakai topi jadilah ia hanya mengacak topinya.
***
Sejumlah rak yang telah terisi ratusan jenis buku kini ada di hadapan Karina. Harum lemon dari ruang perpustakaan menguar hingga tercium sampai di ambang pintu. Karina dan Reksa melepas sepatu dan meletakkannya di rak samping pintu perputakaan.
Perpustakaan di kampus Karina sangat nyaman. Setiap yang datang wajib melepas sepatu karena perpustakaan tidak menyediakan kursi dan meja.
Para mahasiswa yang datang biasanya membaca dengan duduk di karpet lantai dan bersandar pada bantal yang disediakan. Bagi Karina, perpustakaan kampusnya bisa menjadi kamar kos para mahasiswa jika mereka tidak memiliki jadwal.
"Nyesel saya ke sini," ucap Reksa membuyarkan pandangan Karina.
"Kenapa?"
"Jadi mau tidur."
Benar bukan? Perpustakaan ini lebih cocok dikatakan sebagai asrama memang. Karena di hadapan mereka kini, sejumlah mahasiswa tengah membaca sembari duduk bersandar pada bantal, dan ada juga yang tidur-tiduran sembari membaca. Padahal jam sudah menunjukkan 7.45.
"Di sini atau ke kelas?"
Reksa menatap Karina malas. Raganya sudah jatuh di perpustakaan, matanya mengerling sayup-sayup meminta untuk tetap di perpustakaan. Mengetahui maksud Reksa, dengan segera Karina menarik lengan pemuda itu dan mengajaknya ke luar perpustakaan.
"Pakai lagi sepatumu. Bisa dapat C kalau kita gak masuk kelas pagi ini."
Reksa tersenyum. Melihat Karina yang panik sungguh menyenangkan baginya. Detik berikutnya Reksa menarik lengan Karina hingga gadis itu terjerembab ke dalam pelukan Reksa.
"Jangan pernah bikin saya khawatir seperti semalam, dan jangan pernah buat saya marah."
Hanya sebentar, tidak lebih dari sepuluh detik setelah Reksa bicara, Karina sudah menjauhkan tubuhnya. Hal tadi tidak benar, sangat tidak benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
3.726 [COMPLETE]
General FictionKarina Mentari senang banget waktu Arsel mengajaknya mendaki Gunung Rinjani. Bagi Karina, nggak ada perjalanan seromantis itu sejak pertama kali mengenal Arsel. Seperti jalur pendakian yang berliku, kisah cinta pun tak selalu berjalan mulus. Saat ti...