Prolog

329 106 119
                                    

2017 © hoondestiny
.
.
.

Mungkin, pagi ini adalah salah satu pagi sialku.

Saat pintu bus terbuka, aku langsung melompat keluar dan berlari tanpa mempedulikan orang lain yang tak sengaja kusenggol bahunya. Aku sadar betul bahwa aku bersalah. Tapi,  waktuku tidak banyak untuk sekadar meminta maaf pada mereka.

Gerbang sekolah masih berjarak sekitar 35 meter lagi. Dari sini aku dapat melihat Pak Hong, si satpam sekolah, tengah dalam perjalanannya menutup pagar sekolah. Aku memperlebar langkahku, tergopoh-gopoh menuju pagar yang sedikit lagi tertutup.

Aku membenci diriku sendiri yang akhir-akhir ini mengalami insomnia. Dan aku juga membenci alarmku yang lupa kuganti baterainya.

Ugh.

Saat ini kemampuan berlariku yang buruk benar-benar diuji.

Tanganku berhasil mencapai pagar, tepat beberapa detik sebelum Pak Hong benar-benar menutupnya rapat.

"Pak..." aku menarik nafasku yang tersengal-sengal. "...izinkan aku ma—"

"Izinkan aku juga."

Aku belum menyelesaikan kalimatku dengan baik, namun seseorang telah memotongnya. Aku seperti mengenal suaranya. Maka aku menoleh sekilas kesamping, sekadar ingin memastikan. Dan aku tak terkejut ketika mengetahui bahwa dugaanku benar.

"Aku hampir mati kebosanan melihatmu terus, berandal kesiangan."

Pak Hong bukan berbicara padaku. Saat dia membuka kembali pagar yang hampir ditutupnya, aku sedikit melirik kesamping; kearah si 'berandal kesiangan' itu.

Yeah. Kim Taehyung.

Aku melangkah masuk melewati Pak Hong, diiringi dengan omelannya untuk Taehyung yang tidak terlalu kusimak, dan diikuti oleh Taehyung yang mengekor di belakangku.

Aku baru saja akan berterimakasih pada Pak Hong jika saja dia tidak mengingatkan bahwa kami—aku dan Taehyung—harus menjalani hukuman sebelum masuk kelas.

Aku melihat kearah depanku. Ada sekitar lima atau enam murid terlambat yang telah berbaris disana. Kemudian, aku ikut berbaris dengan mereka. Lagi, Kim Taehyung itu mengikuti langkahku.

Pak Hong memberi sambutannya. Sebenarnya, itu bukan benar-benar sambutan. Melainkan hanya beberapa kalimat omelan yang menjurus pada larangan datang terlambat. Sebagai penutup, Pak Hong mengatakan bahwa hukuman kami adalah membersihkan taman belakang sekolah.

Aku memang menyukai taman. Tapi tidak dengan taman belakang sekolah. Sejak hari buruk itu, aku benar-benar membenci taman belakang sekolah.

"Apa lagi yang kautunggu? Cepat lakukan!"

Tapi tetap saja, hukuman ini wajib dilakukan.

Aku melihat kesekitarku. Hanya ada Pak Hong. Aku ditinggal oleh rombongan seterlambatanku.

"I...iya, Pak."

Kemudian, aku menyusul mereka ke taman tersebut.

***

Semoga ada yang mau baca fiksi abal ini :')
- hoondestiny -

[ Chaptered ] It Should be YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang