Chapter 6 - He Worried

91 21 17
                                    

.
.
.

© 2017, hoondestiny
Credit cover to Rookie Art

***

Hening.

Krik.

Sudah lama sekali, aku tidak bersama Taehyung dalam jarak dekat seperti ini. Dia tidak mengajakku berbicara. Aku memperhatikannya-mencuri pandang padanya sejak tadi. Dia menyetir dengan sangat tenang. Nampaknya dia juga tak berniat menyalakan radio mobilnya untuk melenyapkan keheningan ini.

Pantas saja mereka mengatai Taehyung sebagai orang yang dingin.

Tapi bagiku, dia tidak seperti itu. Dia hanya sedikit kurang hangat. Dia hanya terlalu cuek pada sesuatu yang tidak menarik perhatiannya. Kim Taehyung adalah penghibur yang baik. Namun, percayalah bahwa dia bukan lelaki penghibur.

Aku rindu dia dan segala perhatian kecilnya.

Ini sudah menit kesepuluh, kukira-kira. Sejenak, aku membuang pandanganku kearah jalanan. Lalu kuputuskan untuk berbicara lebih dulu.

"Tadi aku dan ibumu bertemu di supermarket, lalu aku diajak berkunjung olehnya."

Kemampuan berbasa-basiku diuji di dalam mobil ini.

Aku memainkan kedua ibu jariku sambil meliriknya.

"Yeah. Aku tahu." katanya. Aku benar-benar menatapnya, berharap dia melanjutkan kata-katanya. "Terlihat dari belanjaanmu." katanya lagi. Sekilas, dia melirik kaca spion, mungkin melihat belanjaanku yang terpantul dari sana.

Kami terdiam lagi setelah itu. Membuktikan bahwa aku telah gagal memperpanjang percakapan. Aku memilih untuk bersandar pada punggung jok yang kutumpangi. Pelan-pelan, kedua tanganku meremas seatbelt yang kukenakan. Tak ada maksud tertentu saat aku melakukannya.

Ugh. Aku baru ingat bahwa dia sempat mengganti pakaiannya sebelum kami pergi dari rumahnya. Dia tak mengubah gaya berpakaiannya. Parfumnya juga masih sama. Ini akan menjadi wangi favoritku sepanjang masa.

Lalu, aku tersenyum getir. Dia membawa mobil ayahnya. Dan berpakaian rapi. Dan menggunakan parfum. Dan terlebih, ini di hari Minggu.

Pasti dia akan pergi kencan dengan Ahreum setelah ini.

"Apa?"

Eh?

Aku menoleh padanya. "Apanya yang apa?"

"Kau bergumam tadi, tapi tak terlalu jelas."

Aku bergumam? Bahkan aku tak bisa mengontrol gerak mulutku sendiri.

"Tidak, kok. Perasaanmu saja."

Hening lagi setelah Taehyung mengedikkan bahu kanannya. Terlihat sangat tidak peduli dan tak ingin tahu.

Ketahuilah bahwa he was a person who definetely should knowing every particular object about me. Yeah. He was.

"Nyalakan saja radionya, kalau kau mau." ucapnya, membuatku tersenyum samar.

Aku yakin sekali, Taehyung masih ingat bahwa aku tak senang pada keheningan.

Aku menekan tombol play yang ada pada dashboard.

So baby let's just turn down the lights and close the door
Oh, I love that dress but you won't need it anymore
No you won't need it no more
Let's just kiss 'til we're naked, baby

[ Chaptered ] It Should be YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang