[2]

6.3K 509 62
                                    

"Eugh,"

Aku berguling-guling di atas kasurku yang sangat empuk, setelah selesai melawan si Darkness sialan, aku langsung tidur karena lelah di atas kasurku. Ya di atas kasur... Kasur?

Aku membuka mataku dan dengan gegabah dan langsung berusaha bangun hingga membuat kepalaku pusing. Setelah rasa pusing itu hilang, mataku melebar dengan apa yang aku lihat sekarang. Padang rumput!

"Eh? Eeehhh?!" jeritku kaget.

Aku melihat sekelilingku yang sangat berbeda dari kamarku. Mimpi ... ya, pasti ini mimpi.

"Aku yakin, pasti semua ini hanya mimpi," ucapku pelan sembari menepuk pelan tanganku.

Walau aku berusaha meyakinkan diri tapi tetap saja keringat dingin mengalir dari wajahku. Aku menarik napas dan menampar wajahku dengan cukup keras.

"Argh, Sakittt!"

Aku yakin kedua pipiku pasti menjadi merah tapi dari pada mengkhawatirkan pipiku, aku lebih khawatir pada tempat di mana aku berada.

"Ini nyata? Tapi di mana ini?"

Aku berusaha mengingat-ingat kembali kejadian semalam. Siapa tahu aku pergi keluar sebelum tidur. Semakin aku berusaha berpikir, semakin aku yakin bahwa aku tidur setelah mengalahkan sang Raja.

Apa ini dunia game? Haha jangan konyol. Ini bukanlah cerita fiksi yang membuatmu masuk ke dalam dunia lain dan memaksamu untuk bertahan hidup.

"Tunggu! Dunia game?"

Aku melihat seluruh tubuhku. Satu set equipment berwarna hitam yang sedang aku kenakan, begitu juga dengan sebuah pedang hitam yang tergantung di pinggangku.

Aku menarik pedang tersebut dari sarungnya, mataku menatap dengan tatapan tak percaya. Pedang hitam dengan sebuah garis putih pendek dan matahari yang hampir tak terlihat di tengahnya.

"Ini, Black Sun."

Aku masih menatap pedang tersebut dengan tatapan tak percaya. Bagaimana bisa?! Aku masuk ke dalam dunia Game? yang benar saja! Ini pasti bohong 'kan?! Tidak mungkin hal sekonyol ini terjadi.

Hanya karena kau tertidur setelah mengalahkan Raja terakhir dan hal itu membuatmu memasuki dunia tersebut. Tidak ada satupun pernyataan logis tentang hal tersebut.

Aku menghela napas, rasa frustasiku sudah diambang batas. Aku mengembalikan pedangku pada sarungnya. Tiba-tiba sebuah pemikiran logis muncul di benakku.

"Jika ini dunia game berarti aku hanya perlu mencari tombol log out pada menu bar-ku."

Tapi... di mana menu barnya? Jika ini di depan komputer pasti mudah saja, hanya perlu menekan tombol escape (esc) dan ada pilihan Log Out.

Kembali aku menghela napas, dengan perasaan frustasi, kuayunkan tangan kiriku dan tanpa kusadari muncul menu bar yang aku cari-cari dari tadi. Dengan perasaan senang aku jelajahi menu tersebut dan menemukan menu log out-nya namun ketika aku tekan sebuah tanda silang muncul.

Apa?! Ini bohong 'kan?! Aku benar-benar terkurung di dunia ini!

Mau tak mau, aku harus bertahan hidup di dunia ini sebagai seorang adventure. Aku tidak mau memikirkan apa yang akan terjadi jika aku mati di sini. Ini buruk, sangat buruk.

Setelah kulihat item list dan friend list, aku berusaha menenangkan diri dan juga berusaha menerima kenyataan yang berat dan pahit ini. Aku menghilangkan menu bar, membuka map dan berjalan ke sebuah kota di dekat sini. Sesampainya di kota, aku melihat benteng tinggi yang terlihat sangat kokoh mengelilingi kota, ketika aku hendak memasuki kota, seorang prajurit menghentikan langkahku dengan tombaknya. Aku berhenti dan menatap wajahnya.

Ragalos Online [End - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang