[6]

4.2K 366 33
                                    

Burung dengan sayap keemasan yang diselimuti api merah yang berkobar-kobar yang tak lain adalah phoenix, salah satu devine beast di Ragalos online.

Keringat mengalir deras di tubuhku, ketika ini masih game, tak banyak player yang akan melawannya, ini adalah monster yang hampir abadi, sangat sulit untuk dilawan namun bukan berarti tidak bisa dikalahkan. Aku juga salah satu dari sedikit player yang mampu mengalahkannya, namun itu juga berkat kerja sama dengan teman-temanku.

Aku berpikir dengan keras, mencari cara untuk bertahan hidup. Bila ingin melawannya maka kau harus menguasai sihir air atau es yang sangat tinggi, karena sihir air atau es yang rendah tidak akan berpengaruh pada api phoenix. Jika kau tidak bisa menggunakan sihir maka jalan satu-satunya adalah menggunakan magic weapon bertipe es atau air tentu saja dengan kualitas minimalnya adalah B.

Aku termasuk beruntung, aku memiliki tiga buah pedang berelement es dengan rank S. Aku membayangkan bentuk pedangku dan melakukan pertukaran dengan kendali otakku.

Aku kini memegang pedang es terbaikku, ice death sword. Aku segera membentuk posisi menyerang, aku melesat dan disaat yang sama phoenix tersebut juga menerjang ke arahku, aku menebas phoenix itu dengan pedangku, namun aku sadar bahwa seranganku tidak berhasil, bahkan aku kehilangan pedangku. Aku melihat phoenix itu mencengkram pedangku.

Phoenix itu mengobarkan apinya dan melebur pedangku tanpa sisa. Aku terdiam, tak tahu apa yang harus kulakuan. Phoenix tersebut terbang tinggi lalu mengobarkan apinya lalu menukik ke arahku. Aku sudah pasrah dengan semua yang akan terjadi, aku hanya bisa berharap bahwa sistem yang menghidupkan player ke kota masih menyala untukku.

"Sial! Setidaknya aku berhasil menolong orang lain dan tidak bermaksud menyakitimu!"

Ku merasakan panas membakar wajahku, cakarnya tepat di depan wajahku namun dia tak mencengkram atau membakarku. Phoenix tersebut perlahan menghilangkan apinya lalu ukurannya juga mengecil.

"Kau, apa maksud perkataanmu?"

Aku mencari asal suara tersebut namun tidak menemukan sumber suara itu.

"Dasar tidak sopan! Aku berbicara di hadapanmu!"

Aku menatap phoenix itu lalu menunjuk ke arahnya.

"Kau yang berbicara?"

"Ya, aku sang burung api yang berbicara kepadamu."

"Wow! Itu hebat, jadi kenapa phoenix yang perkasa ini berbicara padaku dan tidak membakarku hingga hangus?"

"Aku ingin mengecek kejujuran dari perkataanmu barusan."

"Oh, tentu saja, aku kemari karena panas yang mengganggu tidurku lalu menemukan mereka yang terluka parah dan menyerangmu karena kau menyerangku terlebih dahulu."

"Itu bukan cara membuktikan."

"Jadi bagaimana caranya?"

Phoenix itu terbang kebih tinggi lalu mengobarkan apinya sekali lagi, "Jika kau jujur maka kau akan hidup. Tapi jika kau berbohong maka kau akan mati."

Phoenix itu menukik tajam ke arahku lalu dia seperti menembus tubuhku begitu saja. Untuk sesaat tubuhku diselimuti oleh api, namun tak lama kemudian api itu menghilang seperti tidak pernah ada sebelumnya. Phoenix itu menghilangkan apinya lalu mendarat di hadapanku lagi.

"Kau jujur, ternyata masih ada manusia yang baik dan jujur sepertimu. Apa kau mau membuat kontrak denganku?"

"Membuat kontrak dengan devine beast? Memangnya itu bisa dilakukan?"

Ragalos Online [End - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang