[8]

4.1K 361 84
                                    

Trang! Trang! Trang!

Aku berhenti memukul logam tersebut, sama seperti saat aku masih memainkannya di depan layarku, logam tersebut bersinar dan mulai berubah bentuk menjadi sebuah pedang.

Sebuah bar muncul di hadapanku, bar ini muncul untuk menamai senjata yang telah jadi. Aku memberikan sebuah nama untuk pedang berlogam crimson dengan sebuah tulisan BR di dalam lingkaran.

Analyz

Crimson meteor (katana)
SSS Rank
Level 245

Aku menutup bar penjelasan tersebut, lalu muncul sebuah bar di hadapanku.

Sub job
Level 9 > 10 (max)

"Ber... berhasil." ucapku penuh kemenangan

Setelah lima hari berturut-turut, akhirnya aku berhasil menaikan sub job hingga max. Aku segera merapihkan seluruh peralatan menempaku. Setelah rapih akupun mengunci rumah dan kembali ke fairy house. Sesampainya di sana, aku langsung berjalan ke arah kamarku tanpa memperdulikan sapaan Eiri.

Aku membaringkan tubuhku pada kasur, melepas semua rasa lelah setelah cukup lama tidak beristirahat.

❖❖

Mataku secara perlahan terbuka, aku sesekali berguling sambil menunggu tenaga dan kesadaranku terkumpul.

"Apa kau sudah tidur dengan puas?" tanya seorang wanita

"Yah, puas sekali, hehe...." jawabku cengengesan

Aku melirik ke arah suara tersebut dan melihat Racktus tengah melipat tangannya di depan dadanya sambil melotot padaku.

"Halo, Nona Racktus. Selamat pagi."

"Kau ini, sudah sore dibilang pagi," ucapnya sebari menutup sebelah wajahnya

"Oh, aku lupa... tunggu, bagaimana kau bisa masuk ke kamarku?"

Aku segera bangun dan duduk di atas ranjang.

"Kau tidak menguncinya. Siapapun bisa memasukinya dengan mudah."

"Ah... sepertinya begitu. Jadi apa yang menyebabkan kau ke msini? Jangan bilang untuk mengajakku ke markasmu lagi?!"

"Ti-tidak, aku berani bersumpah bahwa tindakan yang dilakukan oleh Brigadier, tidaklah sesuai perjanjian denganku."

"Begitu. Baiklah, anggap saja aku percaya padamu."

"Tidak percaya disaat orang lain sudah bersumpah itu sangatlah kejam," ucapnya lemas

"Baiklah, jadi ada apa sebenarnya kau kemari?"

"Ah, kau menghilang selama sembilan hari, dari mana kau itu?"

"Memangnya kenapa? Kaukan bukan ibuku," ucapku ketus

"Ta-tapi...."

Aku melihat matanya yang hampir menangis karena perkataan kasarku, aku merasa gelisah, tak seperti kebanyakan orang yang kukenal, biasanya mereka tidak peduli apa yang akan kulakukan, tak peduli aku akan menghilang selama apapun, tapi dia....

"Berbeda," ucapku singkat

"Kau mengatakan sesuatu?"

Ragalos Online [End - Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang