Part 1

18 4 0
                                    


"Nupi!! Kamu diPanggil wakasek sekolah tuh" Panggil temanku, sambil mencabut salah satu earphoneku.

"duh apa lagi sih, Kenapa harus ada masalah lagi argh!" gumamku kesal sendiri.

Aku berjalan menyusuri lorong kelas menuju ruang guru dan menembus ke ruangan wakasek. 'tok.. tok.. tok..' aku mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan wakasek. Pa Saridjan wakasek itu sedang menatap jendela seperti mengintip.

"Pa?" Panggilku halus

"Nupi, nupi, nupi, bolehkah baPak bertanya?" ujar Pa Saridjan membalikkan badan ke arahku

"silahkan Pa.." jawabku dengan halus lagi

"bolehkah seorang siswa membawa senjata api ke sekolah beserta peluru tambahannya?" Tanya Pa Saridjan dengan serius, dan melemParkan tas aku ke lantai. Kulihat itu semua adalah persediaan senjataku yang disimPan di loker.

"sudah kubilang Pa, ini adalah bentuk penjagaan diri dari ayah sa----" jawabku dengan sigap, namun dipotong olehnya.

"sudah stt.. alasanmu selalu sama. Ini adalah sekolah, kamu aman disini! Ini toleransi terakhirmu ingat! APabila kamu membawanya lagi, kamu akan di skors lebih lama dari sebelumnya, dan prestasi akademikmu tidak akan menutupi apapun!" bentak Pa Saridjan menasehatiku.

Jujur memang aku sering ketahuan seperti ini, namun aku tak bisa apa apa. Ka Beni bilang bisnisnya sedang bermasalah terkait kecelakaan kematian seseorang. Dan dia bilang suPaya aku menjaga diri, takutnya aku menjadi ladang balas dendam dari pihak korban. 

Skors lagi skors lagi. Aku harus berlibur dirumah selama 1 minggu, karena skors nya semakin ditambah. Pikirku ini gak apa apa sih, menjaga nyawaku juga dan aku bisa banyak belajar dirumah. Tapi dalam beberapa bulan ini aku aman tanPa suatu terror apapun. 

Apakah Ka Beni hanya menakutiku saja?

Attack YourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang