Arrrghh!!! Perutku! Segala bagian kepalaku! Semuanya sakit!!!
"akkhhh" desisku kesakitan
"Sayang!! Nupi ku.." ujar ayahku dengan gembira menyambut kebangunan ku
"Yas, pertemuannya akan dimulai. Kami duluan, Pastikan kau segera menyusul" ujar Pamanku, tanpa rasa iba melihatku kesakitan.
"OKEYY john, pergilah, aku akan menyusul!" bentak ayahku mengusir Pamanku yang tidak soPan itu dan Kak Beni mengintili Pamanku itu sambil tersenyum kearahku seraya dia berkata 'syafakillah adikku, kakak akan mengurusi orang itu'
Ayah hanya berkutik dan menasehatiku singkat, yah seperti itulah kalau aku harus lebih hati hati dan aku tidak boleh kabur lagi dari rumah. Namun dia menyinggung soal ibu pada kalimat terakhir. Yang aku tahu sih, memang ibu meninggalkanku dan Kak Beni, dan menyerahkannya kePada ayah.
Namun ayah menyinggung beberaPa kata "Ibu mu sudah bangkit kembali, bersiaplah". Setelah mengucapkan itu, ayah mencium keningku dan pergi dengan tergesa gesa keluar dari kamarku.
Aku pun mencoba untuk menenangkan diri untuk tubuhku yang lemah ini. Rilex, Allah pasti melindungiku. Aku mengambil tayamum, dan berusaha sholat di kasur ini. Berdoa supaya aku dijaga keamanannya oleh Allah.
***
'Cekrekkkrekkk' suara gagang pintu, ada yang mencoba membuka pintu kamarku tanpa kunci. Karna aku melihat guard kepercayaan ayah itu sedang tidur di sofa kamarku ini, kupikir ini sudah masuk waktu malam.
"MASSSS masss bangun mass!" bisikku dengan sedikit tegas. Krik.. tiba tiba suara gagang itu berhenti.
'DUGDUGDUGDUG!!' gedoran pintu, dimana gagangnya pun semakin bergoyang hampir rusak. Mas guard terbangun dengan kagetnya, langsung sigap di balik pintu. Aku panik, mencari pistol di meja dekat kasurku dengan lemas, aku tidak menemukannya.
"Nupi!!@*(*(*&(*#@" mas guard itu mengode kepadaku supaya bersembunyi di balik tirai jendela. Jalan sambil menahan perut dan menyusuri tembok. Bersembunyi di balik tirai, tidak membuatku tenang.
Ketakutan semakin tinggi, setelah melihat satpam dan 3 guard rumahku tergeletak di teras rumah. Rumahku benar benar sedang diserang oleh musuh yang tidak dikenal. Aku pun tak bisa menahan nafasku yang terengah – engah ketakutan.
'BRAKKK!!' sepertinya pintu kamarku berhasil dijebol. '
DORR!!' suara peluru yang sudah lepas dari pelatuknya. Merasakan cipratan darahnya terkena tirai ini.
"AAAaaaaa!!" teriakku dengan bodohnya saat pistol itu menembak seseorang.
Tiba tiba suatu lengan menarik pundakku, dan mendorongku jatuh kebawah. Saat kutatap wajahnya. Dia adalah guard kepercayaan ayahku yang lainnya.
"Mas Ryan??!!" ucapku kaget.
"HAHAHA permata yang bodoh!" senyumnya sinis menarik hijabku ke belakang. Dan dia menarik kedua tanganku yang lemas ini keluar kamar dengan kasarnya.
Aku pun menabrak tembok dari kanan ke kiri. Kukumpulkan energiku sedikit demi sedikit, dan membalikan badan.
"kamu mau cari mati?berani?!"bentak Mas Ryan itu menodongkan pistolnya menempel ke kePalaku. 'BUGG!!' dengan sigap aku menendang –anu-nya samPai dia terjatuh kesakitan.
Aku berlari kecil, karena masih lemas. Menuju dapur, dan bersembunyi sejenak. Tadi kulihat di gerbang depan ada beberapa orang tak dikenal, aku perempuan seorang diri yang tidak dapat menyombongkan hal apapun karena aku dikepung oleh beberaPa lelaki jahat. Aku mengambil botol minum, dan berjalan perlahan kea rah pintu rahasiaku.
"kemana dia?!"—"cari sekeliling rumah, dia sedang sakit, tak mungkin kuat berjalan keluar, Pasti bersembunyi!" suara yang aku tangkap itu membuatku mempercepat langkahku.
Masuk ke dalam ruangan persediaan, dan menguncinya dari dalam. Kemudian aku pergi ke pojok ruangan yang memiliki pintu berbentuk lemari dengan sandi sidik jariku. Aku keluar dari ruangan itu. Dan menguncinya lagi dari luar halaman belakang ini, dengan kunci biasa.
Ku membalikkan badan, rupanya lorong halaman penuh pohon kecil ini, memiliki penunggunya di ujung Pagar pintu keluar ini. Langkah demi langkah bayangan itu semakin mendekat.
'Krsk! Krsk! Krsk!' aku kembali ke pintu, membuka kuncinya lagi namun tampak dari kaca pintu mas Ryan berusaha membuka pintu yang kukunci dengan sidik jariku ini.
Aku pun panik, apa yang harus aku lakukan dengan situasi sangat terkepung ini. Aku berusaha berjalan kearah lelaki berhodie itu lagi yang muncul dari bayangan tersebut. Dengan kenyerian perut, dan cenat cenut kePala yang tak karuan.
Aku jalan dengan Pasrah menghadapi maut.
'Seeeet! Seeet!!' 2 buah pisau lemPar terbang di sebelah telinga kanan dan telinga kiri ku. Mataku hanya bisa melotot memandang 2 belah pisau yang terbang hampir mengenai ku.
'akhh!!' teriak 2 orang dibelakangku membuatku kaget.
Mas Ryan dan rekan gelapnya tertancap pisau di bagian mata dan dadanya. Melihatnya membuatku semakin ingin mundur kembali. Mundur, aku semakin mundur dengan cepatnya. '
Sseet!!' pisau terbang melayang melewati lengan kananku, dan lenganku terkena tipis membuat kulitku robek dan mengeluarkan darah. Aku pun membungkuk memegang lengan kananku untuk memberhentikan pendarahan dan menahan nyeri perutku yang masih menyerangku selalu.
Remaja lelaki hodie itu pun berlari ke arahku. Dan aku pun berusaha tegak kembali, sambil menahan lengan kananku.
Aku membantingkan tubuhku kearahnya, sehingga badan kami terpental kearah yang berbeda. Aku langsung bangkit, dan berjalan pincang ke arah pagar keluar. Ada yang menahan badanku dari belakang, menahan seperti memelukku dari belakang dengan penuh tenaga. Aku pun terbawa tangannya.
Remaja lelaki hodie itu menarikku kearah luar juga, dan memasukkan aku ke dalam mobil yang bersiap untuk pergi. Tanganku diikat dan aku terpental ke kanan-kiri di bagian bagasi mobil minibus ini.
"tolong!!! Aku diculik!!! Aku akan dijual!!!" teriakku Panik.
"kamu baru saja diselamatkan bodoh!! Orang yang akan menculikmu dan menjualmu adalah orang yang ada dirumahmu!! Diamlah!!" bentak remaja lelaki hodie itu.
Aku pun menjadi diam setelah mendengar bahwa dia yang menyelamakan aku disini. Aku menahan rasa sakit ini, dan darah lengan kananku yang tak berhenti. tapi semua ini membuat aku semakin lemas, dan .....
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack Yourself
Short StoryTantangan dan Ancaman selalu datang dari orang - orang sekitar kita. Haruskah kita percaya dengan semua omongan mereka? apakah semua itu benar tentang kita? keluarga? guru? teman? orang asing? siapa yang patut kita percayai. Tentunya hanya Allah. T...