Ku melihat semua todongan pistol dan shutgun menuju sasaran, yaitu aku.
"Ayah! Paman! Kak Beni!" teriakku supaya menyadari mereka.
"Nupi, kamu sedang apa disini?! Pergilah! Ini urusan bisnis keluarga!" sontak Kak beni
"Wah hebatnya anakku ini! Thanks to my lovely husband, kau mendidik anak kita dengan baik. Kupikir dia sudah siap menjadi prajurit barumu. Ya kan sayang?!!!" ujar perempuan setengah baya itu kepada ayahku. Siapa dia?! Husband?! Anak?!
Aku prajurit baru? Inikah takdirku. Sedari kecil aku dididik belajar bela diri, olahraga keras, dan berlatih menembak sejak dini. Karena aku dilatih untuk menjadi seorang pembunuh bayaran yang sama seperti Kak Beni dan paman. Anak? Apakah dia ibuku?!
"aku bukan calon prajurit nyonya tua! Aku adalah anak dari ayahku!" bentakku dengan kasar
"sopan sekali pada ibumu ini, ayahmu yang begitu kejam membunuh saudara saudara ibu nak" ujar perempuan itu yang mengaku sebagai ibuku. 'tsssss' air mataku tiba tiba mengalir tanpa sebab. Benarkah dia ibu? TIDAK MUNGKIN!
"ibu macam apa yang menyuruh anak buahnya membunuh anak kandungnya sendiri?!!" tanyaku dengan keras mendekati perempuan itu.
'DOR! DOR! DOR!' suara tembakan dari arah belakangku. Pa Saridjan muncul dengan 2 pistol di kedua tangannya. "Paman!! Ayah!!!" teriakku dengan histeris, melihat ayahku dan Pamanku tertembak tubuhnya terkena peluru pistol Pa Saridjan.
"hey Easy!! Easy!! Kita sudah berjanji tidak akan membunuh mantan suamiku! dasar Saridjan!!!" teriak perempuan itu dengan penuh emosi.
Ka Beni berhasil menghindar, dan loncat dari atas gedung. Membuatku semakin histeris, Kak beni bunuh diri dengan loncat dari rooftop ini.
"Ka Beniiiiiiii!!!!!!" teriakku sambil menangis.
Semua hidupku hancur, semua keluargaku telah mati, termasuk semua guard ku. Aku pun jatuh dengan lemas. Memandang keburaman dari jauh, melihat perempuan itu berseteru dengan bodohnya dengan Pa Saridjan. Ku terbaring lemah di permukaan kasar ini. Ku ambil pistolku tadi, mengarahkan kearah Pa sadrijan. Menarik pelatuk dengan lemas, 'DORR!!!' tembakanku melesat jauh dari dadanya, hanya terkena kakinya saja.
Kemudian sambil menangis histeris, tak bisa menahan kesedihan ini. Aku kehilangan semua orang di sekelilingku, mengarahkan pistol kearah wanita itu.
"Nupi Azizah sayangku, aku ini ibumu. Percayalah, janganlah kau menjadi seorang pembunuh. Kau bukan pembunuh bayaran seperti ayah, Paman, dan kakakmu-----" ujarnya dengan tulus terpotong dengan pelatuk yang telah ku lepaskan.
'DORR!! DORRR!' aku menembaknya 2 kali, di perut dan di kakinya. Hingga dia terjatuh dengan lemas.
HUHUHUHUHUHUHHU kenapa ya Allah, setan apa yang merasuki aku untuk membunuh orang orang jahat disini. Walaupun mereka jahat, setidaknya bisa dibalas dengan kebaikan, bukan pembunuhan yang sudah aku lakukan seperti ini. Aku tak henti menangis. Suasana sunyi dengan hembusan angina yang dingin, membuatku semakin betah untuk menangis. Sedangkan Pa Saridjan berusaha berjalan meninggalkan rooftop dengan darah berceceran.
Aku seorang pembunuh, aku seorang pembunuh, aku seorang pembunuh, terus ku mengucapkan kata kata itu dari mulutku.
"12 Januari 1999 jam 10 Pagi, tangisan bayi mulai terdengar" ujar perempuan itu menembus kesunyian.
"mulas nya mulai subuh, ingat sekali" ujarnya lagi.
Itu tanggal ulang tahunku, jam 10 Pagi jam kelahiranku. Apakah dia benar ibuku? Aku pun mengusap air mata, dan mendekati perempuan itu.
"Pada zaman itu, ibu senang sekali kartun terbaru bernama snoopy. Jadi anakku pun memiliki nama Nupi" ujarnya lagi sambil menahan perutnya yang mengeluarkan darah terus menerus.
"Panggilannya--" lanjutnya
"NUP NUP" ucapku berbarengan dengan perempuan itu.
Benar !!! dia adalah ibuku. Sepintas aku mengingat masa kecil yang pernah ku lupakan, air mata yang deras tidak bisa berhenti.
"ibu?!!!! Ibuuu!!!!! Maafkan aku ibu!! Aku anak yang durhaka!! huhuhuh" ucapku sambil tersedu sedu dan menangis histeris, memeluk ibuku dengan eratnya.
"aku tidak mengakui ibu, aku membunuh ibu!! Maafkan aku ibu!!" ucapku terus menangis menggoyang goyangkan tubuh ibuku. Ibuku membalas dengan senyuman tulus yang sudah belasan tahun aku hidup tak pernah menyaksikannya. Aku melihat kebahagiaan tertinggi dalam hidupku.
'DOR!!' suara pistol ke arah langit. Aku berbalik dengan kaget, sekaligus senang karena polisi sudah datang.
"bapak polisi, tolong ibuku.. dia sekarat tolong arrghhhh!!!" Panggilku dengan histeris. Polisi itu mendekatiku, diikuti dengan petugas ugd yang mengecek ibuku.
Aku pun menjauh dan melanjutkan menangis, aku memeluk kedua lututku.
"dek??" Panggil polisi itu
"iya Pa?" jawabku sambil mengusap pipiku yang banjir dengan air mata ini.
"siapa yang menyerang ibu ini?" Tanya polisi tersebut.
"AKU" jawabku dengan tatapan kosong
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack Yourself
Short StoryTantangan dan Ancaman selalu datang dari orang - orang sekitar kita. Haruskah kita percaya dengan semua omongan mereka? apakah semua itu benar tentang kita? keluarga? guru? teman? orang asing? siapa yang patut kita percayai. Tentunya hanya Allah. T...