Chapter 2

544 83 11
                                    

Sebelumnya di Beloved Enemy

"Yang seharusnya menjadi lebih baik itu kau, bukan aku. Kau pikir kau paling sempurna? Omong kosong."
Dan Jieun benar-benar meninggalkan tempat itu setelahnya dengan senyum puas dibibirnya. Baekhyun masih ternganga mendengar ucapan Jieun. Dan Myungsoo, dirinya benar-benar kesal setengah mati. Bagaimana bisa dia dipermalukan seperti ini oleh anak baru. Harusnya dia yang mempermalukan bukan.

Chapter 2

Jieun benar-benar pulang ke rumahnya siang tadi. Dirinya sebenarnya menunggu telepon dari pihak sekolah yang mungkin mengabari bahwa Jieun resmi dikeluarkan. Dari tadi Jieun mondar-mandir di ruang keluarga membuat ibunya yang sedang membaca majalah heran dengan kelakuan putrinya.

"Jieunie, berhenti mondar-mandir. Kau membuat eomma lelah."

Jieun menatap ibunya lalu beringsut mendekat.

"Eomma, apa tidak ada telepon dari pihak sekolah?"

"Telepon? Dari sekolahmu, memangnya kenapa?"

"Eum, itu.... sebenarnya aku pulang sebelum waktu orientasi selesai."

"Mwoya?"

Ibu Jieun berteriak kaget, perempuan paruh baya itu mengelus dadanya pelan.

"Eomma, maaf. Eomma tahu kan aku paling tidak suka diperintah apalagi perintahnya sangat konyol."

Ibu Jieun hanya menggelengkan kepalanya mendengar penuturan putrinya.

"Jieun, Jieun. Jika kau benar-benar dikeluarkan dari sekolah, tamatlah riwayatmu."
Jieun mendengus

"Eomma bisa menyekolahkanku di lain tempat. Aku ke kamar dulu ne. Kabari aku jika pihak sekolah benar-benar mengeluarkanku." Lanjut Jieun

"Anak itu benar-benar menuruni sifat ayahnya."

Sudah menjelang makan malam, dan Jieun masih berlama-lama di kamarnya. Gadis itu menatap layar tablet miliknya. Mengusir bosan dengan memainkan game favoritnya. Sampai detik ini ibunya belum memberitahu perihal telepon dari pihak sekolah, itu artinya pihak sekolah tidak mengeluarkannya. Asumsi sepihak Jieun.
Suara ketukan pintu membuat konsentrasi Jieun terpecah.

"Masuk, tidak dikunci."

Dan pintu pun terbuka, menampilkan sesosok pemuda yang sibuk mengeringkan rambutnya yang basah dengan raut wajah datarnya. Jieun menatap sosok itu heran.

"Ku dengar kau bolos dari kegiatan orientasi hari ini. Apa itu benar?" , orang itu bertanya datar.

Jieun memutar bola matanya malas. Jarinya mempause game yang tengah ia mainkan.

"Benar"

"Kau juga yang membuat kekacauan dengan mempermalukan Myungsoo dan panitia orientasi, right?"

"Yes. Kenapa? Kau tidak suka? Kau tahu dari mana" Jieun merengut kesal

Pemuda itu duduk di samping ranjang Jieun. Ekspresi di wajahnya berubah.

"Kau benar-benar adikku. Tentu saja aku tahu Ji, aku melihatmu dari lantai dua tadi. Kalian terlihat seperti sedang syuting sebuah drama"

Setelah mengucapkan kalimat itu, kakak Jieun tertawa renyah membuat Jieun heran. Dia pikir kakaknya akan mengadilinya tapi yang saat ini Jieun lihat malah sebaliknya, kakaknya itu tertawa sambil berbaring di ranjang miliknya.

"Hyaa, Lee Hyunwoo. Jangan berbaring di ranjangku, ah kau membuat bantalku basah. Lihat itu rambutmu belum kering." Jieun berteriak kesal.

"Kau tidak usah khawatir, kau tidak akan dikeluarkan. Percaya padaku."

Beloved EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang