4. Crazy Boy!

939 65 14
                                    

Keesokan paginya,
Seperti biasa aku berangkat ke sekolah naik bus.

Sesampainya di kelas...

Tampak para siswi mengerubungi tempat dudukku, mereka sibuk bersolek dihadapan Mark.

'Cih, murahan!'

"Permisi, gue mau duduk!"
Aku menyingkirkan mereka dengan gerakan mengusir hush hush.

"Gue bingung, kenapa sekolah ini mau nampung murid miskin kayak lo!" cibir Bella.

'rasanya pengen nyobek tu mulut!'

Mereka semua tahu bahwa aku murid beasiswa. Aku memang murid beasiswa tapi belum tentu miskin.

"Gue juga bingung, kenapa sekolah mau nampung murid cabe-cabean kayak lo!" jawabku sakartis

"Aneh ya, miskin tapi gayanya selangit!" ucap Mark menyela

"Apa urusan lo!" Zoe angkat bicara membelaku

'Ini orang kenapa sifatnya berubah-ubah kek power rangers? Kemarin baik sekarang beda!' batinku

Aku menendang kursi yang diduduki Mark sampai tasnya terjatuh lalu [kuinjak.]

"How dare you!" bentaknya

Ia langsung menarik tasku dari pundak, membuangnya keluar jendela, dan jatuh ke tempat sampah.

Aku langsung berlari ke arah jendela dan melihat tasku yang mengenaskan.

'Tasku!'

Amarahku sudah memuncak, ku tarik kerah bajunya "Ambil ngga!"

"Ngga!"

Aku menamparnya, dan ia mendorongku kasar sampai jatuh dan tanganku tergores bibir meja.

"Aww!"

Zoe memberi tatapan tajam pada Mark. Sedangkan Mark hanya memasang wajah datarnya.

Zoe langsung menggendongku ala bridal style menuju ke Uks, semua mata di sepanjang koridor menatap iri padaku.

'Apa sih yang membuat mereka iri? Zoe itu gay! Gay!' batinku

***

-Di Uks-

Zoe mengobati lukaku dengan telaten.

"Kamu itu wanita, tak baik bertengkar dengan laki-laki!" ucap Zoe menasihatiku.

"Apa kamu buta Zoe? Dia yang memulai dulu, kenapa kamu selalu membelanya! Menyebalkan!" lama-lama Zoe membuatku sebal.

"Aku tak bermaksud membelanya, aku hanya tidak mau kamu terluka lagi!"

"Alasan!" Aku mengerucutkan bibir

Dengan wajah kesal aku dan Zoe kembali kelas.

Mark menatapku tajam saat aku memasuki kelas, aku melengos tak menatapnya.

"Minggir!" sengaja ku tinggikan nada suaraku

Ia diam saja, seperti tidak terjadi apa-apa.

'Sudah kasar! Tidak peka lagi!'

Pembelajaran berjalan seperti biasa.

***

Sepulang sekolah, aku dikejutkan dengan kedatangan Ayahku.

Aku langsung lari dan bersembunyi di belakang kakakku.

"Lihat! Karena perbuatanmu, adikku menjadi seperti ini! Apa kau belum puas menyakitinya!" ucap Davin

All About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang