Namaku Lian, seorang gadis berusia 22 tahun yg hidup mandiri di daerah Bekasi. Aku bekerja di kantor leasing elektronik. Bersama dg temanku, cewe juga asli orang Purwodadi.
Kami tinggal disatu gedung mess (asrama karyawan) bersama dg beberapa orang cewe yg bekerja di toko, masih satu bos.
Ceritanya, malam itu malam jumat. Seperti biasa ada salah satu dari kami yg piket untuk menunggu kolektor (penagihan kredit) pulang untuk setoran. Nah, sore itu menjelang adzan maghrib aku izin pada temanku, Dita. Mau mandi dulu di mess, nanti balik lagi. Dan dia mengiyakan.
Akhirnya di mess aku masuk kamar, jadi kamarnya itu hanya dipisahkan oleh skat kayu. Satu kamar Dita bersama 2 teman lainnya. Dan yg satu kamarku dg seorang teman.
Saat ingin ke kamar mandi, aku mendengar suara sedikit berisik dikamar Dita. Aku pikir ada anak toko yg libur, karena mereka mendapat jatah libur di hari biasa. Aku tidak peduli, toh kami juga tidak akrab.
Selesai mandi, adzan maghrib berkumandang. Kulihat pintu kamar Dita sedikit teebuka, dan menampakan sekelebat bayangan seseorang sedang berjalan. Aku rasa memang Indah, satu satunya anak paling diam di mess.
Aku melaksanakan sholat maghrib sendirian. Tidak ada suara lagi dikamar sebelah. Selesai sholat maghrib aku berniat kembali ke kantor untuk menemui Dita. Namun, karena iseng aku mengintip celah pintu kamar Dita, ingin tau siapa yg ada dikamar.
Saat membuka sedikit pintu kamar, aku lihat seseorang sedang Ruku'. Mungkin Indah sedang sholat maghrib. Lalu aku tutup rapat pintu kamar Dita dan kembali ke kantor.
Sesampainya dikantor, Dita sedang bercanda dg kolektor. Entah mengapa, kolektor itu langsung diam saat melihat kedatanganku.
"Lu ngapa Ded ?" Tanyaku pada Deddy, kolektor.
"Engga, lu abis darii mana ?" Kulihat pandangannya tidak fokus.
"Abis mandi ama sholat. Napa ?" Deddy hanya menggeleng. Kemudian sibuk dg ponselnya.
Aku duduk disebelah Dita dan mebgecek notifikasi ponsel, hanya ada beberapa line masuk dari official account.
"Eh, Dit. Si Indah diatas ya?" Basa basiku pada Dita. Dia menoleh padaku dg wajah bingung.
"Indah kan dari kemaren di Tangerang nemenin abangnya yg sakit" aku diam. Mungkin temanku yg satu.
"Mbak Nani libur ?" Tanyaku lagi.
"Engga, dia di toko tuh. Tadi barusan nelpon" kali ini aku menelan ludahku dg wajah kaku.
"Terus tadi yg sholat siapa ?" Sedikit ngeri aku bertanya pada Dita. Ini serius kan ?
"Sholat ?" Beo Dita tak mengerti.
"Dikamarmu, tadi ada yg sholat. Pake mukena mu yg putih." Terangku mulai ketakutan.
"Li, dikamarku ga ada orang. Dan mukena putih lagi dicuci. Kan dikamar aku pakenya mukena ijo" oke fix. Berarti tadi yg lagi sholat bukan orang.
"Kamu gapapa ?" Dita memastikan bahwa aku tidak akan kena serangan jantung ataupun stroke.
"Dit, aku keluar bentar nyari udara." Aku langsung melarikan diri keluar dari kantor.
Aku memegangi dadaku yg berdebam cepat. Astaga, serius tadi bukan orang ?
Ya alloh,
Aku berjingkat kaget saat seseorang menyentuh pundakku. Aku menoleh, berharap itu bukan makhluk tak kasat mata.
"anjir Deddy, bikin kaget lu!! " seruku padanya. Diah hanya nyengir tanpa membalas makianku speerti yg biasa dilakukannya.
"ada cewe dibelakang lo tadi. Tapi udah pergi" bisik Deddy sebelum dia berlari ke parkiran.