3. Sepatu Pusaka

995 30 0
                                    


            Menurut Kalana sepatu ternyaman adalah sepatu Converse berwarna abu-abu yang dapat dikatakan sudah bulukan. Kalian harus tahu bahwa semakin jelek sebuah sepatu rasanya akan semakin nyaman melekat dikaki. Berbicara tentang sepatu bulukan Kalana selalu berhasil mamanya mengomel panjang lebar.

Mama Kalana selalu mengomel karena sepatu bulukan tersebut menurutnya sudah tidak layak pakai, warnanya sudah pudar karena jarang dicuci dan sol sepatunya yang sudah menipis. Pernah sekali mama Kalana membuang sepatu itu dan akhirnya Kalana ngamuk sambil mengorek tong sampah yang untungnya belum diangkut oleh petugas setempat,keberuntungan Kalana.

Saat ini Kalana bersiap pergi kekampus dengan mengenaan kemeja berwarna putih dan celana jins serta sepatu bulukan kebanggannya. Seperti kebiasaan Kalana setiap pagi dia akan singgah dulu untuk sekedar membeli kopi yang nyatanya tidak membantu sama sekali saat dia sudah diserang kantuk saat kuliah.

Dua antrian lagi, tepat setelah pria berjas didepannya adalah giliran Kalana. Dengan cepat Kalana menyebutkan pesanan serta namanya yang lansung dicatat oleh petugas kasir. Kalana berjalan keluar dengan satu gelas ice coffe ditangan kanannya dan hanphone yang terkapit antara kepala dan bahunya.

Kalana terus berjalan dengan posisi seperti itu sambil berbicara dengan mamanya lewat telfon sampai tanpa sadar dia menabrak seseorang yang hanya Kalana lihat bagian sepatunya karena kepala Kalana yang tertunduk. Berbicara tentang sepatu, Kalana terbelalak kaget melihat sepatu bulukan kebanggaannyalah yang menjadi korban karena ice coffe yang belum sempat Kalana minum sama sekali terjatuh tepat di sepatunya.

Kalana mendunga menatap lelaki didepannya, mata birunya bertemu pandang dengan mata hitam pekat milik pria tersebut, Kalana merasa familiar kenapa akhir-akhir ini Kalana merasa seperti ini merasa seperti pernah bertemu tapi dia tidak ingat siapa.

Untuk beberapa detik Kalana hanya diam tampak tertegun dengan warna hitam dari iris pria tersebut sampai akhirnya dia tersadar oleh suara mamanya yang tak kunjung dia jawab.

"Ma nanti Kalana telfon lagi okay" ucap Kalana lalu mematikan ponselnya kembali menatap pria didepannya yang memesang wajah datar.

"Kalo jalan pakek mata dong!" bukannya minta maaf Kalana lansung nyolot baginya wajar jika Kalana menabrak tapi kenapa pria ini tidak menghindar.

"Jalan itu pakek kaki bukan pakek mata, lagian kan kamu yang nabrak saya"

"Pantes aja lo nabrak soalnya jalan Cuma pakek kaki doang gak pakek mata"

"Lah kamu sendiri yang nyuruh saya jalan pakek mata tapi malah nabrak saya matanya aksesoris saja?"

"Lo yang nabrak gue kenapa lo yang nyolot, liat gara-gara lo sepatu pusaka gue jadi kotor" jawab Kalana semakin meninggikan nada bicaranya padahal pria yang tengah menjadi lawan bicaranya masih tetap tenang dan nada bicaranya tidak meninggi sedikitpun.

"Sepatu pusaka kamu bilang? Sepatu bulukan kaya gini aja kamu udah kalut"

"Lo ngina sepatu gue dasar sombong" rutuk Kalana meninjak sepatu pria tersebut dengan sepatu pusakanya lalu pergi meninggalkan pria tersebut yang menjerit sakit, Kalana tidak perduli toh dia meninjak kaki pria tersebut memang untuk membuatnya kesakitan.

Pagi-pagi mood Kalana sudah dibuat buruk oleh pria yang Kalana tidak kenal tapi berhasil membuat otak Kalana berfikir keras karena merasa familiar apalagi saat ini dia masih diperjalanan karena tadi harus pulang terlebih dahulu untuk mengganti sepatunya yang semakin tampak bulukan dengan noda coffe.

Desperately In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang